3

°

~ Kediaman Wang.

°

"Pagi Gē,,"

Wang Yue mendongak menatap seseorang yang menyapanya.

"Mn, pagi. Kau ingin sarapan bersama?" Sahutnya dengan mengambil beberapa potong sandwich untuk a Yi dan dirinya.

"Selamat pagi jagoan,," Sapa seseorang tersebut pada si kecil a Yi.

"Tentu saja Gē. Lagu pula aku tak suka sarapan sendiri." Lanjutnya menyahuti Wang Yue.

Ia adalah Wang Hao, si bungsu yang lahir setelah Wang Yue. Hao baru saja kembali dari studinya 2 Minggu lalu, karna alasan hanya ingin dekat dengan keluarganya, jadi ia memutuskan untuk tinggal di tempat sang Gēgē atas perintahnya.

"Pagi paman Hao,,"

Seperti biasa, si kecil menyambut sang paman dengan senyuman.

Sarapan pagi ini cukup ramai bagi Wang Yue dan a Yi karna adanya si bungsu Wang Hao. Setidak nya itu cukup menghilangkan kesunyian di antara mereka berdua yang biasanya sepi karna hanya ada Wang Yue dan si kecil a Yi saja.

"Sudah?"

Si kecil mengangguki sang ayah sambil mengelap sudut bibirnya.

"Ayo, kita berangkat sekarang,"

Pasangan ayah dan anak tersebut pergi, meninggalkan seseorang di belakang mereka yang terus memandangi punggung keduanya dengan rasa bimbang di hatinya.

°

~Kantor Wang.

°

"Apa yang kau inginkan, hingga membuat mu datang kemari."

Ucapan itu terlontar begitu saja dari Wang Yue saat Hao memasuki ruang kerjanya.

"Aw,, Gē. Kau itu bertanya padaku atau apa? Itu sama sekali tak terdengar seperti pertanyaan. Kau seperti tak suka aku datang kesini."

Tanpa permisi Hao mendudukkan dirinya tepat di seberang meja Wang Yue duduk.

"Ah,, dan dari mana kau tahu jika ini aku, Dìdì tersayang mu yang begitu tampan ini,," Lanjutnya dengan menaik turunkan alisnya serta cengiran khasnya yang terlihat menyebalkan bagi Wang Yue.

"Kau bahkan tak menoleh sedikitpun dari tumpukan kertas tak berguna itu." Imbuh Hao dengan nada menyebalkan, yang memang dirinya sedikit kesal melihat sang Gēgē lebih suka menyibukkan diri dengan tumpukan kertas di hadapannya, ketimbang membiarkan dirinya beristirahat berang sejenak saja.

Wang Yue sendiri hanya merotasikan matanya malas mendengar ucapan si bungsu itu.

"Gē."

"Mn."

"Gē."

"Mn."

"Gēgē,.!!!"

Yang lebih tua menghela nafasnya, karna sikap kekanakan Hao.

"Kembalikan."

Hao melirik sekilas beberapa kertas yang ia pegang, lalu kembali menghadap Wang Yue.

"Haakh,!! Gēgē.! Apa sebegitu pentingkah kertas kertas tak berguna ini untuk mu?!! Sampai kau tega mengabaikan ku disini.!!!"

"Katakan. Apa yang sebenarnya kau inginkan, lalu pergilah. Jangan mengganggu pekerjaan Gēgē." Ucap Wang Yue dengan wajah datar.

Hao merasa geram karena sang Gēgē mengalihkan pembicaraan nya tanpa niat menjawab ucapannya.

"Baiklah,, jika begitu jangan salahkan aku jika kertas ini ku hancurkan."

Seketika mata Wang Yue melebar, saat Wang Hao benar benar merobek berkas berkas proyeknya hancur berhamburan di lantai.

"Kau.!!!" Wang Yue menggeram marah.

"Apa?!! Apa Gēgē marah padaku? Lakukan sesuatu, lakukan apapun yang kau inginkan padaku.!" Hao terus memancing kemarahan Wang Yue.

"Kau menghancurkan proyek Gēgē. Tidakkah kau merasa bersalah?!"

Sementara Wang Yue masih berusaha menahan emosinya karna tak ingin terpancing.

"Hemph.!! Kau seharusnya berterima kasih padaku Gē, karna setelah ini kau tak akan sesibuk sebelumnya. Waktumu akan lebih banyak yang kosong, kau bisa menemani putramu sepanjang hari, dan kau bisa menceritakan semua padaku sekarang juga."

" Dìdì,, tidakkah kau merasa sangat kekanakan? Berapa usiamu sekarang? Mengapa kau melakukan hal konyol seperti ini pada Gēgē?"

Wang Yue memandang tajam yang lebih muda yang tak memiliki rasa bersalah atas tingkahnya.

"Berkas itu,,, bahkan belum sempat ku tanda tangani. Aish,jika saja kau tahu itulah caraku. Akh,, sudahlah.! Haohao bodoh.!!" Batin Wang Yue mengesedih.

Meski marah, Wang Yue tak bisa mengungkapkan secara gamblang alasan dirinya selalu menyibukkan diri dengan pekerjaan.

"Ya. Dan tidakkah Gēgē mengalah sedikit saja padaku? Apa susahnya untuk menjelaskan semua yang terjadi.! Aku bukan lagi anak kecil Gē.!! Kau tak bisa terus menyembunyikan nya dariku,"

Dering ponsel mengalihkan perhatian keduanya.

Cukup menguntungkan bagi Wang Yue, karna tentunya itu bisa menjadi alasan dirinya untuk tidak menjawab pertanyaan Hao.

Namun lagi lagi ia hanya menggeram marah oleh tingkah si bungsu. Pasalnya, saat ia ingin mengambil benda pipih berbunyi tersebut, Hao lebih dulu mengambilnya dan tanpa perlu repot meminta ijin pada sang pemilik ia menjawab panggilan tersebut.

"Baiklah,, terima kasih." Hao menutup panggilan tersebut.

"Wang Hao..! Apa yang kau lakukan dengan ponsel Gēgē.? Cepat kembalikan. Kau bahkan tak dapat mengubah dirimu setelah menjalani kehidupan mu yang panjang disana."

Wang Yue merasa bingung melihat gelagat aneh Hao yang memainkan ponselnya, seolah tengah mengirim pesan.

"Nah. Aku pergi."

Wang Yue semakin di buat heran saat Hao pergi begitu saja, setelah mengembalikan ponsel miliknya.

"Hahh,, kau masihlah Haohao kecil Gēgē yang dulu. Seperti Hao kecil yang selalu melakukan apapun atas kemauanmu sendiri tanpa memikirkan tentang hatimu yang akan siap atau tidak untuk menerima nya."

Pandangan Wang Yue menyendu, perasaan kecewa menyeruak kedalam hatinya pada dirinya sendiri.

"Ingat Gē,, meski kau menutupinya dariku, aku takkan tinggal diam. Cepat atau lambat aku akan mengetahui kebenarannya. Dan,, yang bersalah ku jamin akan mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatannya.!!"

"Ha,,,"

Wang Yue tak bisa melanjutkan kalimatnya dan hanya bisa terdiam menatap pintu tak bernyawa yang benar benar telah tertutup setelah kepergian Hao.

°

~Kediaman Chen>

°

"Baik, tolong jaga dia sebentar untukku jie, sepertinya Cc akan sedikit terlambat." Chen Xiao menutup sambungan telepon nya.

"Bibi Cc,, apa sudah selesai?"

Guru cantik itu menurunkan pandangannya pada anak kecil yang tengah menarik narik ujung bajunya.

"Aiyo,, maafkan Bibi karna mengabaikan a Yi,," Ucapnya sembari memasukkan ponsel miliknya.

"Bibi,, apa Yi Paa akan datang?" Tanya a Yi dengan mengamati wajah orang dewasa di hadapannya.

"Mnh.! Tentu."

Beberapa menit kemudian terdengar bel berbunyi, Chen Xiao dan a Yi bergegas untuk membuka pintu karna mereka mengira itu adalah Wang Yue.

"Yi Paa,,, paman Hao?!!"

Hao mengeluarkan cengiran menyebalkan melihat perubahan di wajah sang keponakan.

"Halo jagoan.." Sapanya dengan melambaikan tangan, pandangannya teralihkan pada mahluk dewasa yang tengah tersenyum pada si kecil yang tengah di gandengnya.

"Wuah,, siapa gadis cantik ini.. Benar benar cantik.."

Batin Hao mengagumi sosok di hadapannya yang menurutnya sangat cantik.

"Dimana Yi paa? Mengapa paman yang menjemput??"

A Yi mengerutkan wajahnya sebal karna sang paman tak menjawab pertanyaannya, yang justru malah asik memandangi mahluk dewasa yang kini menggandeng tangannya.

"Ekhemm.. Maaf,, apa anda paman a Yi?"

"Wuahh,, suaranya sangat halus. Sehalus wajahnya."

Bukan hanya wajah rupanya, ternyata suara Chen Xiao mampu membuat Wang Hao terhipnotis karenanya.

"Eh,,? Tunggu.! Tidak tidak.! Aku tidak boleh menyukainya,, tidak Haohao,, kendalikan dirimu. Tapi,, sungguh. Dia benar benar indah.."

Lamunannya terhenti saat merasakan ngilu di punggung tangannya.

"Heyy,! Apa yang kau lakukan bocah kecil. Mengapa menggigit paman? Apa kau lapar hm?"

Bukannya marah karna a Yi menggigit tangannya, Hao justru khawatir jika sang keponakan tengah kelaparan.

"Paman Hao menakutkan.! Paman terus menggelengkan kepala paman dan memandangi Bibi Cc. Paman Hao juga mengabaikan a Yi jadi a Yi menggigit tangan paman agar paman tidak mengabaikan a Yi lagi.." Ucap a Yi dengan polos.

"Aiyo,, maafkan paman, paman tidak bermaksud mengabaikan a Yi. Tolong maafkan paman ya,,?"

Meskipun Hao juga mengabaikan sapaannya tadi, tapi entah mengapa melihat kedekatan antara murid dan pamannya di hadapannya itu membuatnya begitu bahagia. Dan,,, hangat.

Ya,, Guru cantik itu merasakan kehangatan di dalam hatinya, namun ada sebagian dari hatinya yang merasa kosong juga kehilangan.

"Eu,, ma,maaf,,, saya Wang Hao. Paman a Yi." Ucapnya sambil mengulurkan tangan yang di sambut dengan senyum oleh lawan bicaranya.

"Saya Chen Xiao, wali kelas a Yi."

Keduanya pun berjabat tangan.

"Aakh..! Aku tidak peduli, aku sungguh mengaguminya.! Chen Xiao,,! Jadilah milikku,,! Aku mencintaimu..!"

Lagi lagi lamunannya buyar, karna a Yi melepaskan dengan paksa jabatan tangan di antara kedua orang dewasa di hadapannya.

"Paman Hao.! Sebaiknya kita pulang sekarang, sebelum paman membuat Bibi Cc semakin tak nyaman."

"Ah,ha,haha,,,"

Merasa malu karna ucapan a Yi, Hao kembali tertawa konyol.

"Ayo,, eu,, Cc,, kami pamit dulu.."

Hao seketika membungkam dan menepuk nepuk bibirnya, saat menyadari apa yang salah dengan ucapannya. Yang kadang tak bisa terkontrol saat dirinya mengagumi sesuatu yang ia lihat.

°

~

"Cc,, kau datang?" Sapa halus seorang gadis cantik dengan senyum hangat terukir di bibirnya.

"Maaf Jiě, Cc terlambat."

Saat ini Chen Xiao berada di rumah sakit, tepatnya di ruangan Lulu. Setelah a Yi dan pamannya pamit, ia bergegas pergi untuk menemui sang Jiějiě.

Lulu, seorang dokter cantik terbaik di negaranya. Gadis cantik itulah yang menghubungi Cc sebelumnya.

Flash back>>

"Cc,, Jiějiě sudah selesai. Apa kau akan datang?"

"Ah,, sebentar lagi Jiě, ada yang masih harus Cc kerjakan."

"Emn,, kalau begitu kerjakan dengan benar, Jiějiě akan menunggumu."

"Baik, tolong jaga dia sebentar untukku Jiě, sepertinya Cc akan sedikit terlambat."

"Jangan terlalu bersemangat Ok."

Flashback off>>

"Tidak apa,, kau terlihat begitu lelah.."

Lulu mengusap lembut bulir embun yang menempel hampir menutupi seluruh permukaan wajah Cc.

"Tidak Jiě, hanya mengejar waktu saja agar tak membuat mu menunggu terlalu lama. Maaf,, kali ini merepotkan Jiějiě lagi."

"Kau ini,, aku ini adalah Jiějiě mu,, jangan terlalu sungkan padaku. Apapun yang menyangkut dirimu, adalah tanggung jawab ku."

Cc begitu bersyukur karna dirinya dapat mengenal bahkan bisa dekat dengan perempuan cantik di hadapannya, ia begitu baik tanpa memiliki sedikit kejelekan di hatinya pada orang lain.

"Cc,, Jiějiě telah memesan beberapa menu untuk makan siang,, kau bangunkan Jiějiě mu di dalam dan ajak dia makan bersama."

Bertepatan saat Cc membangunkan seseorang di dalam bilik kamar sang dokter, pesanan makan siang mereka pun datang. Kemudian Lulu menyiapkan semua hidangan tersebut untuk santapan makan siang mereka bertiga.

Acara makan siang itupun di penuhi dengan sedikit canda dan tawa yang cukup membuat bahagia. Mengapa hanya cukup?

Ya, setidaknya itu membuat Cc dan Lulu merasa bahagia dan bersyukur seseorang yang berada di antara mereka berdua perlahan pulih dari sakit yang di alaminya.

Bukan sakit yang disebabkan suatu penyakit, tetapi sakit dalam artian lain yang membuat guncangan mentalnya.

Sementara seseorang tersebut hanya menyahuti seperlunya saja, bahkan tanpa ada senyum yang terukir di wajahnya.

Entah apa yang ia pikirkan, yang ia tahu,, hatinya merasakan perasaan aneh dalam dirinya. Seperti,,, 'Kosong...'

"A Lin,, apa makanannya tak enak hm?"

Lulu menghentikan suapan di mulutnya, melihat seseorang di sampingnya yang tak berselera menyantap makanannya.

Senyum tulus tercetak di bibir seseorang yang Lulu sebut tadi, ia menggelengkan kepalanya tanpa menjawab.

Namun bagi Lulu, meski itu adalah senyum yang tulus,, tetapi sorot mata itu tak dapat membohongi dirinya. Ia tahu, dan ia mengerti, arti dari pandangan itu.

"Emn,, Jiě, setelah ini Cc akan langsung mengajak a Lin Jiějiě pulang. Apa tak apa?"

Cc dengan cepat menyelesaikan suapan terakhir nya, ia menyadari jika sang Jiějiě merasa kurang nyaman saat ini.

Lulu tersenyum, "Apa yang membuatmu khawatir Cc? Kau bisa membawanya pulang tanpa harus meminta ijin padaku terlebih dahulu,, kau lebih tahu apa yang harus kau lakukan.." Ucapnya kemudian.

"Baiklah,, a Lin Jiějiě, sekarang sudah waktunya kita kembali ke rumah. Apa Jiějiě siap?"

Meski tak langsung menjawab, namun seperkian detik kemudian si empunya mengangguki apa yang Cc katakan.

Cc membawa sang Jiějiě untuk pulang karena tak ingin sang Jiějiě terlalu lelah. Namun, baru saja keluar dari ruangan Lulu, keduanya di kejutkan dengan seorang anak kecil yang tiba tiba berlari dengan teriakan menggema di sepanjang koridor rumah sakit tersebut.

Tiba tiba saja,,,

*Brruugkk.!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!