4

#

°

~

Seorang anak laki laki berlarian di sepanjang koridor rumah sakit, dengan suara yang menggema akibat tangisannya.

"Hiks,, hiks,, Yi Maa,,, hiks,, Yi Maa kembali,, hiks,,hiks,, Yi Maa kembali,, hiks,,"

Anak kecil tersebut terus menangis dengan menggumamkan hal yang membuat bingung.

"A Yi,??" Gumam Cc pelan.

"Hey,, nak, mengapa kamu ada disini? Bukankah,,,"

Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Wang Hao datang dengan nafas menderu. Nampak kelelahan mengejar a Yi yang terus berlari. Tubuhnya merunduk dengan tangan menyangga kedua lututnya, wajahnya mendongak menatap sang keponakan yang berhasil ia kejar.

"Hey, hahh,hahh,, dasar jagoan na..."

Wang Hao tidak bisa melanjutkan ucapannya, matanya membola sepenuhnya melihat seseorang yang saat ini tengah di peluk oleh sang keponakan tercinta. "Jiě,," Gumamnya lirih.

Sementara Cc masih tak mengerti dengan apa yang terjadi, ia terlalu bingung untuk menyimpulkan semuanya.

Yang ia tahu, a Yi dan pamannya telah pergi sebelum dirinya meninggalkan rumah. Tetapi saat ini yang tengah menangis dan yang berdiri di hadapannya adalah benar a Yi, muridnya dan laki-laki bernama Wang Hao paman dari muridnya.

"Hiks,, Paman Hao,, hiks,, Yi Maa, hiks, ini benar-benar Yi Maa Paman,, hiks,, a Yi memeluk Yi Maa,, hiks,, ini Yi Maa a Yi,, hiks,hiks,, a Yi merindukan Yi Maa,, hiks,, mengapa Yi Maa begitu lama? Hiks,, mengapa baru kembali sekarang? Hiks,, a Yi merindukan Yi Maa,, hiks,,"

A Yi terus menangis, Wang Hao masih tetap diam terpaku pada apa yang saat ini ia lihat. Ia merasa semua begitu membingungkan.

Hal yang sama pula di rasakan oleh a Lin, perasaan yang sebelumnya terasa aneh sejak acara makan siang tadi, kini semakin bertambah aneh baginya. Sejak pertama kali pandangannya tertuju pada bocah yang kini memeluknya.

"Mengapa,, hatiku begitu sakit mendengar tangisannya? Nafasku, begitu sesak melihatnya begitu sedih. Aku merasa benar benar kecewa pada diriku sendiri, seolah aku telah gagal mempertahankan senyumannya. Ada apa dengan diriku? Mengapa aku merasa dia adalah milikku,, siapa anak ini?"

Pikirannya melayang jauh memikirkan tentang anak kecil yang masih saja menangis memeluk kakinya. Menurutnya, itu adalah kali pertama mereka bertemu. Tetapi hatinya mengatakan jika anak tersebut adalah miliknya.

Alam sadarnya kembali, saat merasakan pelukan di kakinya semakin mengerat.

Di usapnya puncak kepala a Yi, kemudian di genggamnya kedua tangan mungil itu. Berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan anak kecil di hadapannya.

Bibirnya bergetar, matanya berembun kala melihat dengan jelas wajah sedih a Yi. Meski masih belum mengetahui siapa sosok mahluk kecil manis di hadapannya, a Lin tak bisa menahan diri untuk tak merengkuhnya.

"S_siapa pun kamu, ku mohon padamu,, jangan lagi menangis seperti ini di hadapan ku,, meskipun ini pertemuan pertama kita, tapi,, rasanya,, ini sangat menyakiti ku.."

Dalam pelukannya, tangis a Yi semakin menjadi setelah mendengar ucapan seseorang yang ia kira adalah ibunya.

Sadar dengan situasi, Hao membuka suara. "Tolong,,,"

Kedua orang dewasa lainnya menoleh, memandang bingung pada Wang Hao.

"Tolong,, biarkan a Yi tetap seperti ini untuk saat ini, sebentar saja.."

Ada genangan di sudut matanya. Tatapan itu penuh dengan permohonan.

"Maaf jika membuat anda merasa tak nyaman, euu, n_nona, tetapi saya mohon sebentar saja. A Yi hanya merindukan sosok Ibunya.."

Sesak. Itulah yang Wang Hao rasakan melihat keponakannya menangis dalam dekapan seseorang yang diyakini anak kecil tersebut adalah ibunya.

Wang Hao bahkan memohon kepadanya untuk memberi waktu sebentar saja agar sang keponakan tercinta merasakan peluk sayang seorang ibu, meski bukanlah orang tua kandungnya.

Wang Hao paham dan tahu betul apa yang a Yi rasakan saat ini, bagaimana terlukanya anak itu harus menjalani kehidupan yang panjang tanpa sosok ibu yang bahkan belum pernah ia lihat sejak di lahirkan.

Wang Hao tahu betul bagaimana rasanya, apa yang a Yi rasakan saat ini pernah ia alami. Hanya saja,, hingga ia dewasa ia tak pernah merasakan sentuhan kasih sayang dari orang tuanya seperti yang a Yi rasakan. Bahkan meski hanya sebuah pelukan dari orang lain yang memiliki wajah sama dengan orang tuanya.

A Lin semakin mengeratkan dekapannya saat merasakan a Yi memeluknya semakin erat. Semakin dalam pelukan itu, semakin dalam pula kegelisahannya. Ada sesuatu menusuk hatinya, meskipun sedikit, tetapi sangat terasa sakit.

"Tuhan,, apakah aku telah melakukan kesalahan? Mengapa jantungku serasa akan terhenti saat ini. Juga,, hatiku begitu sakit dan tak terima saat pemuda itu mengatakan hal demikian. Sebenarnya apa yang terjadi padaku? Ada apa dengan diriku?"

"Hiks,, Yi Maa,, jangan pergi lagi,, hiks,, jangan tinggalkan a Yi lagi, hiks,, jangan tinggalkan a Yi dan Yi Paa lagi,, hiks,, a Yi dan Yi Paa ingin berkumpul, hiks, bersama Yi Maa lagi seperti dulu.. Hiks,,hiks,, jangan pergi.."

"Ada apa dengan tubuh ku,? Mengapa terasa semakin berat, ah tidak.. Mengapa kepalaku tiba-tiba berdenyut, aku tak sanggup lagi menahan sakit di kepalaku, tuhan,, tolong izinkan aku untuk melihatnya kembali jika engkau masih mengizinkan ku bernafas dan membuka mata nanti.."

"Hiks,,hiks,, Yi,, Yi Maa,, Yi Maa..!!!"

Beberapa kali a Yi memanggil saat merasakan tubuh orang dewasa yang ia peluk semakin melemah.

Cc mengerutkan alisnya, menyadari perubahan wajah sang Jiějiě yang terlihat pucat. Ia bergegas menahan tubuh sang Jiějiě yang tiba tiba saja kehilangan kesadarannya.

Wang Hao tak tinggal diam, ia mengangkat tubuh yang tak sadarkan diri, dan mengikuti Cc bersama a Yi yang terus menangis memasuki ruangan Lulu.

"Cc,, a Lin.!!"

Kebingungan Lulu berubah panik saat melihat a Lin tak sadarkan diri.

Dokter cantik itupun lantas memeriksa keadaannya, setelah Wang Hao membaringkan tubuh a Lin di bilik kamar yang sebelumnya a Lin tempati.

"Cc,, apa yang terjadi? Mengapa a Lin tak sadarkan diri?"

"Lu Jiějiě,, maafkan Cc,,"

Meski tak memberi tahukan alasannya, Lulu mengerti raut wajah Cc yang mengatakan jika dirinya tak tahu apa yang terjadi, yang membuat sang Jiějiě pingsan.

"Ada hal yang ingin jiejie tanyakan, sebaiknya kita biarkan a Lin beristirahat dulu."

"Mn, baiklah.."

Keduanya meninggalkan kamar tersebut.

°

~

Senja datang, namun kedua orang tersayangnya masih belum juga menampakkan diri.

Resah,, itulah yang saat ini Wang Yue rasakan..

Hatinya gelisah tak menentu memikirkan putra dan Dìdì tersayang yang tak kunjung pulang.

Perasaannya kalut, takut jika sesuatu yang buruk telah terjadi pada keduanya. Namun tak banyak yang bisa ia lakukan.

Tanpa henti Wang Yue menghubungi guru Cc maupun Wang Hao untuk menanyakan keberadaan putranya. Tetapi nihil,, kedua orang yang mereka hubungi tak ada satupun yang tersambung.

Hingga senja terbenam, berganti gemerlap bintang menghiasi langit malam, Wang Yue sedikit bernafas lega,, setelah kedua orang yang ia sayangi yang ia khawatirkan telah kembali.

Wang Hao merasa bersalah melihat sang Gēgē yang terus saja mondar mandir di depan rumahnya tanpa henti, bak setrikaan yang tengah di gunakan sang pemiliknya untuk menghaluskan pakaian.

"Dìdì.! A Yi..!!"

Wang Yue menghentikan gerakannya dan berteriak keras memanggil Dìdì serta putranya, saat pandangannya tertuju pada keduanya.

Wang Yue berlari untuk menyusul putranya, "WangXiaoYi" Ucapnya terburu buru.

"Selamat malam Yi Paa,,"

Sapa a Yi tak semangat setelah pintu pagar besi itu terbuka.

"A Yi.!"

Wang Yue langsung mengangkat tubuh mungil putranya, ia memeluk dan menciumi wajah hingga puncak kepala sang putra.

"Gē,,"

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Wang Hao melihat sang Gēgē terlihat ketakutan akan sesuatu yang ia miliki akan pergi.

"Haohao, masuklah,, udara di luar tak bagus, kau pasti lelah,, a Yi juga seharusnya beristirahat sekarang."

Wang Hao menuruti perintah sang Gēgē dan mengikutinya dari belakang, setelahnya ia membersihkan diri dan bersiap untuk istirahat. Wang Hao sangat yakin. Setelah ini, Wang Yue pasti akan mengintrogasi dan menceramahinya.

Ok, lupakan Wang Hao. Kembali pada Wang Yue dan a Yi sekarang,, nampaknya kekhawatiran masih menyelimuti ayah satu anak itu. Ia merasa ada yang aneh dengan putranya.

Semenjak kembali, putranya lebih pendiam dari biasanya,, juga terlihat pucat dengan mata memerah serta memiliki jejak air mata di kelopak matanya.

Pandangan Wang Yue tak lepas dari si buah hati yang telah terlelap dalam tidurnya, entah apa yang tengah ia pikirkan saat ini.

Yang pasti, dirinya akan segera meminta penjelasan pada si nakal Wang Hao perihal keterlambatan pulangnya a Yi juga alasan a Yi menjadi pendiam setelah kepergiannya dengan sang paman.

"Hiks,,hiks,, Yi Maa,, Yi Maa,, hiks,, bangunlah,, hiks,, a Yi mohon, jangan pergi lagi,, hiks,, bangunlah,, hiks,, a Yi berjanji akan menjadi anak yang baik,, hiks,, asalkan Yi Maa bangun,, hiks,, Paman Hao,,!! Bibi Cc,, hiks,, Yi Maa..!! Hiks tolong Yi Maa,, hiks,, selamatkan Yi Maa. Hiks,, tolong,,,"

Langkah Wang Yue terhenti tepat saat dirinya akan membuka pintu kamarnya. Jelas, sangat jelas ia mendengar putranya terus merengek dalam tidurnya.

Dengan langkah terburu buru Wang Yue mendekati a Yi, "Tuhan,,, tubuhnya panas sekali, mengapa bisa aku tak menyadarnya, bodoh.! Aku terlalu sibuk memikirkan hal yang tak penting sehingga melupakan kondisi putraku sendiri."

Wang Yue membatin memaki dirinya sendiri saat mengetahui putranya mengalami demam tinggi.

"A Yi,. Nak,, hey,, bangun nak,, sadarlah.." Sebisa mungkin ia berusaha tenang dan membangunkan putranya, sebelum mengambil kompres anak untuk a Yi.

Dengan tiba tiba kedua tangan mungil menggenggam erat telapak tangannya, saat dirinya tengah memasangkan kompres pada dahi putranya.

A Yi memegang tangannya sangat erat seakan takut jika tangan yang di genggamnya menghilang.

"Hiks,, jangan pergi,, jangan tinggalkan a Yi lagi,, hiks,, a Yi mohon,, hiks,, tinggallah bersama, hiks,, a Yi dan Yi Paa,, hiks,hiks,, berjanjilah pada a Yi, hiks,, tetaplah menemani a Yi, hiks,, hingga a Yi besar,, hiks,, Yi Maa,, hiks,, jangan, pergi,, hiks,, a Yi mohon jangan pergi lagi...hiks,,

Wang Yue menangis, dadanya terasa sangat sesak, hatinya sakit mendengar igauan putranya.

"Tuhan,, maafkan aku yang telah gagal melindunginya, aku gagal menjaganya, aku gagal mempertahankannya hingga aku harus kehilangannya. Karena kegagalan ku, aku membuat buah hatiku kehilangan sosok seorang Ibu disisinya. Atas kegagalan ku, putra ku tak dapat merasakan kasih sayang utuh dari kedua orang tuanya,, sayang,, maafkan Papa nak, Papa telah merenggut kebahagiaanmu yang sesungguhnya. Maafkan Papa.."

Air matanya jatuh bercucuran membasahi wajah tampannya, hatinya masih sangat sakit. Untuk pertama kalinya ia melihat putranya begitu terluka.

Wang Yue membaringkan diri di sisi putranya yang masih gelisah dalam tidurnya.

"Tenanglah,, Papa disini nak,, Papa berjanji padamu akan selalu di sisimu." Ucapnya kemudian mengecup sayang kepala a Yi, dan menunggu dokter yang telah ia hubungi datang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!