5

°Rumah sakit.

~

"Binbin,, kau datang? Bukankah kau lelah?"

Lulu tersenyum saat pintu ruangannya terbuka, menampilkan seorang yang ia sayangi. Senyum yang di balas senyuman oleh sang lawan bicara.

"Malam Jiějiě,, ah, Cc Jiějiě, kau masih disini?"

Dan lagi,, senyuman itu mendapat balasan serupa dari Cc.

Ok, mari kita berkenalan dulu, namanya Lu Bin adik bungsu Lulu yang masih berstatus mahasiswa jurusan kedokteran.

"Kau tahu bukan?"

Lu Bin menggeleng keras dengan pertanyaan Cc.

"Ah, Jiě,, sudah malam,, sebaiknya Jiějiě pulang dan beristirahat di rumah, Ayah dan Ibu menunggu Jiějiě sedari sore tadi. Hahh.. Mereka sangat cerewat padaku.."

Lu Bin memeluk sang Jiějiě dari belakang kursi kerjanya dengan meletakkan kepalanya di pundak sang Jiějiě, itulah yang biasa ia lakukan saat bertemu sang Jiějiě. Baginya, jika ada waktu luang, itulah saatnya untuk bermanja dengan sang Jiějiě.

"Mereka mengkhawatirkan mu Jiě. Biasanya meski kau sering terlambat pulang, tetapi tak pernah sampai selarut ini. Kau bahkan tak menghubungi rumah atau menjawab panggilan dari Ayah dan Ibu,,"

"Eh,??"

Seakan terkejut Lulu menghentikan aktifitasnya, terlihat bak orang linglung saat ini.

"Ayah,,? Ibu,,?"

Lulu menepuk keningnya keras saat mengingat sesuatu yang ia lupakan.

"Ouch,, Jiějiě lupa.! Aish,, bagaimana bisa aku melupakan Ayah dan Ibu? Haishh.!! Mereka pasti khawatir karna Jiějiě tak memberinya kabar.."

Cc menganga di buatnya, ia meringis melihat kening Lulu yang memerah akibat ulahnya sendiri.

Terlihat jelas saat ini Lulu begitu panik mencari benda pipih persegi yang biasa ia gunakan untuk menghubungi kedua orang tuanya.

"Sungguh menggemaskan melihat nya bertingkah menjadi sangat manis seperti ini,, hahh,,, terlalu sibuk mekirkan orang lain, Lulu Jiějiě bahkan melupakan kondisi tubuhnya sendiri, juga orang-orang yang begitu mempedulikannya. Tidak heran jika banyak orang yang menyayangi nya."

Cc menggelengkan kepalanya. Untuk pertama kalinya ia melihat sisi lain dari seseorang yang telah menjadi Jiějiě untuknya. Menurut nya itu lucu, melihat Lulu terlihat menggemaskan dan ceroboh, atau bahkan konyol.

Sementara Lu Bin merasa tak habis pikir pada sang Jiějiě, bagaimana bisa seseorang sepertinya bertingkah seperti saat ini? Hey,, bagaimana jika orang luar tahu tentang kehidupan dia sebenarnya? Lu Bin jamin, orang lain pasti akan mengatakan 'konyol' pada sang Jiějiě tersayang nya itu.

Tapi,, bagaimanapun itu, Lulu adalah kakaknya, wanita ke dua yang sangat ia cintai setelah ibunya. Dan takkan Lu Bin biarkan orang lain mengetahui sisi lain sang dokter muda cantik tersebut.

"Sekarang lebih baik Jiějiě pulang dan istirahat, Aku tahu Jiějiě sangat lelah. Tak baik jika terlalu memaksakan diri."

Dengan cepat Lulu menggeleng tak setuju dengan apa yang Lu Bin katakan.

"Tidak Binbin, kali ini Jiějiě harus tetap tinggal. A Lin,,, dia kembali tak sadarkan diri dan masih belum sadar.." Tuturnya sedih.

"Itulah mengapa aku datang Jiě,, aku yang akan menjaganya disini untukmu. Lagi pula ada Cc Jiějiě bersamaku, Lin Jiějiě akan baik-baik saja selama kami bersamanya. Ingat Jiě, kau butuh istirahat. Jika sampai kau kelelahan, itu akan membuatmu jatuh sakit. Dan jika itu tejadi,, Jiějiě tidak akan bisa menjaga Lin Jiějiě tetap sehat."

Tidak hanya itu, Cc pula ikut membenarkan apa yang pemuda itu katakan.

"Jiě, apa yang Binbin katakan tidaklah salah,, kau akan jatuh sakit jika kelelahan. Lagi pula, kami akan selalu memeriksa keadaan Lin Jiějiě nanti. Tenanglah,, Lin Jiějiě akan baik-baik saja."

"Tapi,,,"

"Tidak ada tapi dan tidak ada penolakan Jiě. Apa Jiějiě lupa jika Dìdì kesayanganmu ini adalah mahasiswa kedokteran? Ah,, kau jahat sekali Jiě."

Lu Bin berpura-pura terlihat sedih dan merajuk.

"Kau harus pulang agar Ayah dan Ibu tidak bertambah khawatir padamu Jiě, dan kau harus beristirahat ok?!" Imbuhnya lagi.

"Hahh,..!"

Lulu membuang nafasnya kasar.

"Baiklah, akan percuma Jiějiě berdebat dengan kalian, kalian akan selalu di pihak yang sama. Dan Jiějiě tersingkirkan sendiri tanpa ada yang memihak. Heumm" Tuturnya dengan sedih sembari berkemas untuk segera pulang.

"Jangan khawatir Jiě,, kami janji takkan membiarkannya sendirian dan akan selalu menjaganya.." Lagi, Lu Bin kembali memotong ucapan sang jiejie sebelum ada sepatah kata yang terucap dari bibir Lulu.

"Eumm,, baiklah.. Jiějiě pulang, kalian baik-baiklah. Kabari Jiějiě segera jika a Lin sadar."

"Hahh,,!! Jiě, kau selalu sangat peduli dengan a Lin Jiějiě, hingga kau melupakan waktumu sendiri. Bahkan,, meski Jiějiě tidak memintaku untuk menjaganya,, aku akan selalu menjaga nya dengan segenap hatiku Jiě."

Lu Bin memandang sendu pada Lulu yang telah hilang di balik pintu ruangan nya.

°

~Kediaman Wang.

"Pagi Gē,,"

Seperti biasa, Wang Hao menyapa sang Gēgē.

"Eeuu_ apa hari ini kau tak masuk kantor?"

Ya,, kali ini sedikit berbeda. Wang Hao merasa canggung saat berhadapan dengan sang Gēgē.

"Mn. Pagi,, Gēgē tak pergi hari ini." Sahut sang kepala keluarga itu tanpa menghentikan aktifitasnya.

"B_bagaimana keadaan a Yi Gē? Mengapa a Yi tak ikut sarapan?"

"A Yi masih tertidur, Gēgē tak ingin mengganggu waktu istirahatnya. Semalam ia tak cukup tidur. Gēgē tak tega membangunkannya."

"Tapi Gē, bagaimana sarapannya? Dia bahkan belum mengisi perutnya sejak semalam, dan pastinya makanan yang kau buat itu akan mendingin jika a Yi tak segera memakannya."

Wang Hao merasa khawatir pada keponakannya, berniat untuk menyusul sang keponakan, namun urung.

"Gēgē akan membawanya untuk a Yi." Ucap yang lebih tua dengan cepat, membuat langkah Wang Hao urung.

"Eh, tunggu.!! Apa kau bilang? Sejak semalam?? Bagaimana bisa itu terjadi.!!!"

Prankkkk...!!!!

Terkejut mengetahui putranya sakit dalam keadaan perut yang kosong, Wang Yue menjadi panik hingga tak sadar menjatuhkan benda yang telah terisi dengan makanan.

"Gē_ lebih baik segera kau bangunkan a Yi, biarkan itu aku mengurusnya. A Yi tak boleh terus tertidur dengan perut kosong, itu takkan membuatnya membaik. Cepatlah.!"

Wang Hao yang tak ingin keadaan sang keponakan memburuk, lantas menyuruh sang Gēgē untuk segera membawakan makanannya.

Setelah selesai membereskan kekacauan di ruang makan yang Wang Yue sebabkan, Wang Hao berlari menaiki tangga menuju kamar sang Gēgē untuk melihat keadaan a Yi. Melupakan perutnya yang juga sejak semalam ia biarkan kosong.

"Yi Paa,,"

Si kecil a Yi terus menggeleng menolak ayahnya yang terus saja memohon agar putranya mau menerima suapannya.

"Tapi a Yi belum mengisi perut a Yi sejak semalam nak, a Yi bisa semakin salin jika terus membiarkan perut a Yi tak terisi makanan.."

Wang Yue tetap merayu putranya agar mau membuka mulutnya untuk ia suapi. Namun a Yi tak bergeming sedikitpun, ia bahkan enggan bangun dari tidurnya.

"Nak,, dengarkan Papa, apa a Yi menyangi Papa?"

Tanpa ada jawaban, hanya sebuah anggukan jawaban.

"Nak, jika benar a Yi menyangi Papa,, a Yi harus makan,, sedikit saja, asal perut a Yi terisi,, a Yi juga harus meminum obat, agar a Yi cepat sehat,,"

Namun sepertinya usaha Wang Yue merayu sang anak tak berjalan mulus, a Yi semakin merapatkan selimutnya bahkan menutupi seluruh tubuhnya tanpa menyisakan celah sedikitpun ujung rambutnya.

"Hiks,,, a Yi tidak mau apapun,, hiks,, a Yi hanya mau Yi Maa saja,, hiks,, a Yi hanya ingin melihat Yi Ma,, hiks, hiks,, menemani Yi Maa,hiks,, seperti Yi Paa menemani a Yi setiap hari,, hiks,, a Yi ingin bersama Yi Mas,,hiks,, Yi Maa,, a Yi ingin selalu bersama Yi Maa,, hiks,hiks,,"

"Papa tahu nak, kamu pasti ingin bertemu dengan Ibumu, maafkan Papa,, karna Papa tidak pernah bisa memberi hal yang begitu sangat kamu inginkan. Maafkan Papa.."

Pasangan anak dan ayah itu, sama sama hanya bisa mengungkapkan perasaannya dalam hati saja. Namun meski keduanya tak pernah mengungkapkan perasaan mereka sesungguhnya, ikatan di antara mereka begitu kuat, mengerti apa isi hati masing masing tanpa harus mengungkapkan.

Wang Hao yang sedari tadi hanya diam, mulai mendekati keduanya. Merasa iba melihat sang Gēgē begitu sedih hingga menitihkan air matanya.

"Gēgē, biar Hao'er coba membujuknya."

Wang Yue mengangguk, membiarkan si bungsu mengambil alih merawat putranya.

"Ekhemm, bisakah membiarkan Paman Haohao melihat dan berbicara dengan jagoan kecil ini,,?"

Tidak ada jawaban ataupun pergerakan dari a Yi. Namun Wang Hao tak menyerah begitu saja, ia kembali mencobanya.

"Baiklah, jika begitu Paman Haohao anggap jagoan kecil ini menyetujuinya. Sekarang Paman akan mulai berbicara, dengarkan baik baik ok."

Yang ke dua kalinya masih sama, tidak ada sahutan atau jawaban dari si kecil a Yi.

"Nak dengarkan Paman baik baik. A Yi adalah hidup kami, a Yi lah segalanya untuk kami. Jika a Yi sakit, Ayah dan Paman juga akan sakit. Dan jika a Yi sedih, kami pula menjadi sedih."

Ada jeda dalam kalimat Wang Hao.

"Tolong jawab Paman untuk kali ini saja,, apa a Yi menyayangi orang tua a Yi?"

Setidaknya itu cara terakhir yang bisa Wang Hao lakukan, tadinya ia berpikir jika saja ia berbicara, a Yi akan mau mendengarkan apa yang ia katakan,, namun ia kecewa karna usahanya tak membuahkan hasil.

Melihat Wang Hao yang menunduk sedih, Wang Yue menepuk pundaknya dan menggelengkan kepala saat Hao menatap nya.

"Sudah, tak apa,, kita lakukan lagi nanti," Ucapnya pelan tanpa mengurangi senyum di bibirnya.

Tak terduga,, si kecil yang sedari tadi bersembunyi di balik selimutnya, kini telah berani muncul dari persembunyiannya. Bahkan ia telah duduk dengan nyaman di hadapan sang paman.

"Paman Hao,," Panggilnya dengan lembut pada sang paman.

"Eh,,?"

Wang Hao sedikit kaget melihat sang keponakan telah duduk menghadapnya. "Wuah,, jagoan kecil Paman Haohao sudah keluar dari persembunyiannya rupanya.." Girang Hao merasa begitu senang.

"Yi Paa,," Lanjutnya memanggil sang ayah.

"Mn, Papa disini nak.." Sahut sang ayah mendekat pada putranya.

A Yi menggenggam tangannya dengan kedua tangan mungilnya, sedikit menariknya agar sang ayah bisa menyamankan diri duduk di sampingnya.

"Maafkan a Yi membuat Yi Paa dan Paman Hao sedih, dan kerepotan. Seharusnya a Yi tidak membuat Paman Hao dan Yi Paa susah.. A Yi sangat menyayangi Yi Paa dan Paman,, terima kasih telah menjadi orang tua yang sangat menyayangi a Yi.."

Dengan tiba tiba Wang Yue memeluk putranya, ia merasa sangat bahagia.

Bahkan karena terlalu bahagianya ia, dengan tidak tahu malunya, air mata yang sedari tadi Wang Yue tahan, kini semua terjun dengan bebas membasahi pipinya.

"Tuhan, terima kasih,, kau mengaruniaiku malaikat yang begitu baik, Xiaoxiao,, tahukah engkau disana, putra kita, buah hati kita,, ia memiliki hati yang sama denganmu,, andai saja kau disini,, takkan pernah ada lagi air mata dan kesedihan pada putra kita karena ulahku.."

"Hiks,, Yi Paa,,hiks,, jangan menangis,,hiks,, hiks,, maafkan a Yi telah membuat Yi Paa bersedih.. Hiks,, maafkan a Yi,,"

Si kecil menangis melihat air mata sang ayah berjatuhan saat akan memeluknya tadi. Ia mengira ayahnya menangis akibat ulahnya, ia tak tahu jika ayahnya menangis haru karena bersyukur telah memiliki seorang anak sepertinya.

"Nak,, ssttt,,, Papa tidak menyalahkan mu. Ah, ada sesuatu yang masuk ke mata Papa, karna pedih jadi keluarlah air mata ini.."

"Hiks,, mengapa orang dewasa seperti Yi Paa mengajari anaknya berbohong,? Hiks,, bahkan Yi Paa tidak pandai berbohong.. Hiks,,"

Sementara Wang Yue menganga tak percaya, Wang Hao justru yang sedari tadi ikut menitihkan air mata, kini tertawa begitu keras melihat wajah bodoh sang Gēgē.

"Lihatlah Gē, anak kecil bahkan lebih pandai darimu.. " Ucapnya dengan memegang perutnya yang terasa sakit akibat tawanya.

"Diam kau, Hao bodoh.!!" Seru Wang Yue dengan wajah sebal.

A Yi sendiri dia ikut tertawa, meski tak seperti biasanya,, namun membuat Wang Yue merasa lega.

"Tertawa lah nak, tertawa lah sesuka hatimu, asal jangan kau tunjukkan tangismu,, karena jika kau menangis, dunia Papa seakan hancur tanpa adanya harapan.."

"Baiklah,, sekarang cukup tertawanya. Saatnya a Yi untuk segera makan dan meminum obat, agar cepat sembuh."

Wang Hao menghentikan tawanya, meminta a Yi untuk memakan sarapan paginya yang hampir dingin karena terlalu lama di biarkan.

°

~

Merasakan ada getaran pada ponselnya, Cc menyempatkan untuk mengecek ponselnya sebelum mulai mengajar pagi ini.

Sebuah pesan masuk yang dikirim oleh Wang Yue, meminta izin jika putranya tidak bisa mengikuti pelajaran hari ini.

Ingin rasanya Cc menghubungi Wang Yue untuk menanyakan keadaan muridnya, tetapi situasi tak mendukung. Ia harus memulai mengajar para muridnya.

"Hahh,,, sebaiknya nanti saja ku hubungi Tuan Wang setelah jam mengajar ku selesai. Semoga a Yi baik baik saja,, lindungi dia ya tuhan.."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!