Salahkah Aku?

Salahkah Aku?

Sah, menjadi pelakor

Sah

Seluruh saksi serempak mengucapkan satu kata namun menjadi pengikat bagi dua jiwa, menyatukan dua insan dalam jalinan rumah tangga, menjadi awal baru untuk membuka ibadah yang pahalanya tidak di ragukan lagi.

Jantungku berdegup dengan kencang, ada perasaan haru, bahagia, sedih dan malu yang bercampur aduk memenuhi rongga dadaku, terharu karena aku memiliki keluarga baru, bahagia karena aku bisa mengabulkan keinginan Ayahku, sedih karena aku hanya menikah tanpa ada dasar cinta sedikitpun diantara kami, malu karena aku menikah dengan pria yang berstatus sebagai kekasih temanku.

"Ali Sayang" tepukan di pundak Ali mampu membuyarkan lamunannya saat ini, saat menoleh ternyata Oma Diana nenek dari pria yang menikahinya saat ini. "Kenapa malah bengong, cepat Salim pada suamimu" tutur Oma Diana dengan lembut.

Aliyanza Florida seorang wanita muda berusia dua puluh tahun, tidak memiliki gelar apapun, dia hanya seorang santriat dari pondok pesantren yang ada di desa kecil, yang harus menerima nasib jika saat ini dirinya sudah sah menjadi istri pria yang sedang mengecup keningnya setelah dia mencium takzim tangan suaminya.

"Selamat, sekarang kamu sudah Sah menjadi pelakor" bisik Helmi tepat di samping telinga istrinya dengan pelan.

Helmi Putra Nugraha seorang pria matang berusia 37 tahun, pria sukses yang menjadi pemimpin dari perusahaan Troom Corp yang didirikannya dari dulu di saat usianya belum memasuki kepala tiga.

Ali hanya diam terpaku saat mendengar kata kata kejam yang keluar dari mulut pria yang baru saja sah menjadi suaminya, ingin rasanya Ali menangis namun apa yang harus dia tangisi? ucapan Helmi benar dia adalah pelakor, bahkan yang lebih kejamnya dia merebut pria yang seharusnya menjadi milik teman pesantrennya.

"Tidak usah mencium tanganku," tolak Veronica Nugraha menghempaskan tangan Ali dengan kasar, bahkan dia tidak malu saat dilihat banyak orang. Baginya Ali tidak pantas menjadi menantunya, Ali hanya pantas menjadi pembantu di mansionnya.

"Mah,"ucap Tuan Nugraha menyenggol lengan istrinya agar memberikan tangannya untuk di salimi oleh Ali, namun Veronica malah pergi keluar dari tempat acara yang membuatnya susah bernafas tanpa memedulikan teriakan suaminya.

"Maafkan istri papah Nak, papah yakin suatu saat Mamah akan mencintaimu seperti mencintai putrinya sendiri" ucap Tuan Nugraha mencoba memberikan support pada menantunya.

Ali hanya tersenyum dan mengangguk, tidak masalah ibu mertuanya bersikap arogan seperti itu baginya itu hal yang wajar, karena masih ada Oma mertua dan papah mertuanya yang menerima dirinya, selain mamah mertua dan suaminya sendiri.

Para tamu datang mengucapkan selamat saling bergantian, meminta berfoto bersama tidak hanya satu dua kali, rasanya Ali akan mati rasa jika harus terus terusan seperti ini, ternyata menjadi ratu sehari rasanya melelahkan.

"Bisakah kamu menghentikan mereka?" tanya Helmi pada istrinya, dia sebal dengan tradisi kampung istrinya yang gila Selfi dengan para mempelai.

"Namanya juga nikahan mas, mereka sama sama ingin punya foto bareng pengantin" jawab Ali lembut sambil menahan tawa, karena dari tadi suaminya 2× lebih banyak darinya yang meminta foto, mungkin karena paras Helmi yang ke bule bulean.

"Apa kamu akan menertawakan aku? hah?" tanya Helmi geram saat melihat pipi istrinya yang sedikit menggelembung menahan tawa. "Sekarang tertawa lah sepuas mu sebelum menemui neraka ciptaan ku" ucap Helmi tersenyum smirk yang langsung membuat bulu kuduk Ali merinding, saat melihat senyum devil di bibir suaminya.

Setelah acara selesai, seluruh tamu sudah membubarkan diri masing-masing, hanya tersisa Ali, Helmi dan keluarganya saja.

"Hel, Papah dan Mamah akan langsung pulang sekarang juga, jaga istrimu baik baik, sekarang kamu tidak hanya merangkap menjadi putra saja, tapi tanggung jawabmu saat ini sangatlah besar sebagai seorang suami, jadi jagalah istrimu sebaik mungkin sebelum akhirnya kamu akan menyesali semua perbuatan mu" ucap Tuan Nugraha mencoba mengingatkan putra tunggalnya.

"Yaelah Pah, dia kan udah gede, kalo udah mau nikah berarti udah gede bukan anak kecil lagi, yang harus di jagain" ucap Nyonya Veronica pada suaminya tanpa menatap semua orang dia malah memainkan kuku kuku tangannya seolah tidak peduli dengan perasaan semua orang apalagi perasaan Ali.

"Mah, jaga sikapmu dia putri kita" ucap Tuan Nugraha geram dengan sifat arogan istrinya

"Apa kamu pikir, aku menyukaimu sebagai menantu?" kini Oma Diana yang membuka suara ia cukup geram dengan perilaku menantu laknatnya. "Bahkan sikapmu tidak pantas menjadi istri dari putraku" lanjut Oma Diana tanpa memedulikan raut wajah kesal yang tersirat di wajah menantunya.

"bagiku tidak masalah kamu tidak menyukaiku, karena aku pun tidak Sudi mempunyai mertua sepertimu" skakmat balik Veronica kepada ibu mertuanya.

"Hentikan, Ayo kita pulang, ibu mau pulang bersamaku?" tawar Tuan Nugraha pada ibunya.

"Ibu tidak Sudi semobil dengan wanita laknat, mungkin nafas ibu akan sesak karena udara yang sangat kotor" ucap Oma Diana.

"Siapa juga yan ing-- ucapan Veronica menggantung saat suaminya membentaknya dengan kasar.

"Veronica!" bentak Tuan Nugraha, "Masuk ke mobil cepat!!!" titahnya tak terbantahkan, dari pada terus terusan kena amukan suaminya Veronica lebih memilih menuruti perintahnya, masuk dan duduk manis di dalam mobil menunggu suaminya selesai berbicara.

"Ingat jaga istrimu, Al, papah pulang dulu papah titip putra papah jika ada apa apa telpon saja papah oke?" ucap Tuan Nugraha pada menantunya.

"Iyah Pah," ucap Ali ramah dengan bibir tersenyum lebar.

"Jaga dirimu baik baik, " ucap Oma Diana memeluk erat cucu mantunya, dengan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya.

"Tidak apa Omah, aku baik baik saja jadi Omah tidak usah khawatir" ucap Ali mengusap usap punggung Oma Diana.

"Ayo ibu, kita harus pulang hari sudah semakin dini hari" ajak Tuan Nugraha pada ibunya.

"Mari Omah, biar Ali antar" tawar Ali.

Setelah semua orang pulang, kini hanya tersisa Helmi dan Ali saja di rumah yang sederhana dengan ukuran 8×5 M² yang hanya memiliki satu kamar tidur, satu dapur dan ruang tamu saja. Mereka hanya diam tanpa ada yang berniat membuka obrolan terlebih dahulu, Helmi sibuk dengan gadget di tangannya sedangkan Ali hanya menundukkan kepalanya, malu itulah yang dirasakan Ali saat ini. Bukan malu karena ini pertama kalinya berduaan dengan pria, melainkan malu karena dirinya menjadi pelakor temannya sendiri.

"Mas," ucap Ali dengan suara yang lembut, namun Helmi hanya diam tanpa menyahut seolah tidak mendengar suara apapun dia hanya sibuk dengan gadgetnya.

"Mas," ucap Ali sekali lagi, tapi lagi lagi Helmi hanya diam dia malah semakin menajamkan pandangannya pada layar di hadapannya dengan alis yang mengkerut. Dengan terpaksa Ali perlahan pindah tempat duduk di samping Helmi lalu menepuk pelan pundak kokoh milik Helmi.

"Mmm-- baru saja Ali akan memanggil, namun Helmi lebih dulu mendorong tubuh Ali ke sofa yang di duduki mereka saat ini hingga posisi mereka saat ini sangat intim saat Helmi mengukung Ali dibawahnya.

"Jangan pernah menyentuhku," ucap Helmi dengan penuh intimidasi membuat seluruh tubuh Ali bergetar hebat saking takutnya.

"Mengapa tubuhmu bergetar hm? apa kamu tidak biasa berhadapan dengan pria tampan sepertiku?" tanya Helmi mengelus lembut wajah Ali dengan mata yang tidak teralihkan dari wajah mungil dihadapannya saat ini, "Atau apa karena kamu menginginkan ku?" lanjut Helmi menenggelamkan wajahnya di ceruk leher milik Ali, hingga nafas dengan aroma mint milik Helmi tercium oleh Indra penciuman Ali, jantung Ali berdegup dengan kencang nafasnya tercekat saat hembusan nafas Ali menerpa leher yang tertutupi jilbab hitam yang dikenakannya.

Ahhhhhhhh

Terpopuler

Comments

Yolan

Yolan

baru singgah ya🤭🤗

2022-11-26

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!