"Sampah keluarga Nugraha? siapa yang kamu bilang sampah keluarga Nugraha hahh?!" bukan Ali yang bersuara melainkan Oma Diana yang tidak tahan untuk tidak menjawab ocehan menantu laknatnya.
Veronica hanya mendelik sebal saat mertuanya membela Ali sang menantu yang tak se level baginya.
"Mau di simpan dimana mukaku jika teman teman arisan ku tau, putraku menikah dengan Upik abu sepeti mu" ucap Veronica dengan suara tertahan dan tatapan tajam pada Ali lalu segera melenggang pergi dari sana sebelum mertuanya mendumelnya kembali.
"Hey sialan! kemari kau!" teriak Oma Diana pada menantunya ia tidak suka jika cucu mantunya di hina bahkan di rendahkan,
"Sudah Oma tidak apa" ucap Ali menahan tubuh Oma Diana yang akan maju menyusul Veronica, "Biarkan saja, tidak usah diladeni" lanjut Ali dengan tersenyum ramah hingga emosi Oma Diana yang sempat meninggi kini meluap begitu saja saat melihat Ali yang murah senyum.
"Ahhh, cucu mantuku" tiba tiba saja Oma memeluk Ali dengan penuh kasih sayang, "Oma memang tidak salah memilihmu untuk cucu Oma, kau sepeti manusia berhati malaikat" pujinya pada Ali
"Ah Oma bisa saja" ucap Ali malu malu, "Kalo mau muji sekalian yang banyak Oma, biar bisa di jadiin naskah pidato pujian" lanjut Ali hingga mengundang tawa Oma,
"Hahahh, selain berhati malaikat ternyata kamu cocok jadi pelawak juga" ucap Oma Diana lagi.
"Ah Oma, kalo gitu Ali ke atas dulu ya Oma" pamit Ali pada Oma Diana.
"Yah pergilah, lakukan yang terbaik agar cucuku tak bisa berpaling darimu" ucap Oma Diana sembari mengedipkan sebelah matanya genit, "Jika tidak bisa Oma akan mengajarimu bagaimana caranya membuat suami betah di rumah" lanjutnya lagi tanpa meras malu.
"Ishh Oma apaan sih? malu tau gak?" ucap Ali dengan pipi memerah bak kepiting rebus.
"Tidak usah malu malu untuk bertanya, Oma punya berbagi macam gaya malam siang dan pagi" lagi lagi Ali hanya menggelengkan kepalanya melihat Oma nya yang sangat semangat untuk mengajarinya hal hak di luar nalar, padahal Oma Diana sudah cukup tua untuk membicarakan hal hal tentang malam pertama.
Ali berjalan menuju kamar dengan pintu berwarna hitam, ia sudah tau jika itu adalah kamar Helmi, bagaimana Ali bisa tau? itu karena Oma Diana yang selalu bilang jika Helmi tipikal manusia yang irit bicara pada orang lain selain Omanya itu artinya Helmi adalah sifat orang yang tertutup dan sangat menggambarkan kepribadiannya dengan warna hitam.
Cklek
Ali masuk ke dalam kamar tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu hingga Helmi yang baru saja keluar dari walk in closet terperanjat kaget saat ada seseorang yang masuk ke dalam kamarnya tanpa mengetuk pintu.
Helmi hanya membuang nafasnya kasar, ia cukup sebal dengan sikap Ali yang semaunya, padahal mereka bertemu saja baru satu kali saat pernikahan mereka tapi Ali bersikap seolah mereka sudah saling mengenal lama hingga apapun yang Ali lakukan tidak masalah.
"Ruangan yang sangat suram" ucap Ali menelisiknya seluruh ruangan yang 5 kali lebih besar dari rumahnya di kampung, ia berjalan mengitari seluruh ruangan.
"Apa kamu tidak takut tinggal di kamar berwarna dark sepeti ini mas?" tanya Ali tanpa mengalihkan tatapannya dari lukisan karya Bekinski yang tertempel di dinding kamar Helmi tepat di atas head board ranjang miliknya.
Brugh
"Ah lelahnya perjalan panjang ini" ucap Ali, lalu merebahkan badannya di atas ranjang milik Helmi tanpa permisi.
"Ck!" Helmi berdecak kesal saat Ali dengan entengnya merebahkan dirinya di atas ranjang miliknya, bahkan orang tuanya sendiri pun tidak berani rebahan di ranjang miliknya.
"Mas, sekarang udah Maghrib yah?" tanya Ali tanpa membuka matanya atau sekedar membalikkan tubuhnya yang sedang telungkup di atas ranjang saat mendengar suara adzan berkumandang.
"Hm" jawab Helmi yang sedang duduk di sofa tunggal dengan jendela kamar miliknya.
"Solat duluan gih mas, nanti abis kamu aku" titah Ali, rasanya Ali masih ingin tiduran karena tubuhnya yang sangat kelelahan akibat perjalanan memakan waktu 8 jam.
Tak ada sahutan atau terdengar suara pintu dibuka atau di tutup, hingga akhirnya Ali bangun karena tidak ada pergerakan sama sekali dari suaminya.
"Mas ke Aer duluan sana" titah Ali saat melihat suaminya yang masih asik berbalas pesan dengan seseorang di seberang sana.
"Mas" rengek Ali beranjak dari duduknya dan berjalan menghampiri Helmi.
"Kembalikan ponselku" ucap Helmi menatap tajam Ali saat ponsel miliknya di rebut paksa oleh istrinya.
"Solat dulu mas" ucap Ali lagi tanpa merasa takut sedikitpun dengan tatapan tajam menusuk yang Helmi lemparkan kepadanya.
"Kamu pikir kamu siapa hah?!" tanya Helmi beranjak dari duduknya dengan rahang mengetat menahan emosi yang menyeruak di rongga dadanya. "Kalo mau solat, solat aja sendiri gak usah ngatur hidup orang" ucap Helmi mencoba merebut kembali ponselnya di tangan Ali.
"Eitsss!" Ali bergerak menghindar saat Helmi berusaha menggapai ponselnya. "Aku ini istrimu mas, sebuah kewajiban untuk kita sebagai pasangan untuk memberi pelajaran saat salah satu dari kita melakukan kesalahan"
Helmi hanya mendengus sebal dan mendelik tajam saat mendengar kata kata Ali yang kepedean.
"Kita? Sudi gue jadi pasangan kayak Loh" ucap Helmi lalu berlalu dan duduk di sofa panjang yang berada di dekat balkon, Helmi malah menghidupkan pemantik dan menyalakan rokoknya.
"Mas, solat dulu cepetan" paksa Ali menarik lengan besar milik Helmi agar mau bangun, tapi Helmi tidak menghiraukan Ali yang memaksanya untuk solat, ia malah sengaja mengepulkan asap rokoknya pada Ali hingga Ali terbatuk-batuk.
Uhuk Uhuk
"Bodo amat Ah, yang penting udah bubar kewajiban" ucap Ali menyerah lalu berlalu masuk ke dalam toilet berada di samping kanan walk in closet.
Setelah melakukan kewajibannya Ali turun ke lantai bawah menyusul Helmi yang sudah lebih dulu turun ke bawah tanpa mau repot-repot menunggunya.
"Assalamu'alaikum Pah" sapa Ali saat melihat papah mertuanya sudah duduk di kursi kanan dekat Oma yang duduk di kursi kepala keluarga, lalu mencium punggung tangan mertuanya dengan takzim.
"Waalaikumsalam nak, kok baru turun? Helmi dari tadi loh turunnya" ucap Tuan Nugraha pada menantunya.
"Biasa pah, aku ketiduran jadi baru turun" jawab Ali sambil tersenyum lalu mengambil tempat duduk di samping Helmi hingga bersebrangan dengan Veronica ibu mertuanya.
"Mau makan sama apa mas? biar aku ambilkan" tawar Ali mengambil Alih piring Helmi.
"Cumi bakar sama kangkung" jawab Helmi dingin,
"Oma mau makan sama apa biar Ali yang ambilkan" ujar Ali berjalan menghampiri Omanya.
"Tidak usah Nak, biar pelayan yang melakukannya" ucap Oma Diana sembari tersenyum.
"Tidak apa Oma" ucap Ali lalu mengambilkan beberapa lauk yang ditunjuk oleh Omanya, sedangkan Veronica hanya menatap sebal saja pada menantunya yang menurutnya cari perhatian.
"Cihh! dasar manusia Ular" ucapnya dengan suara lirih, namun Ali hanya tersenyum menanggapi ucapan mertuanya ia malas untuk berdebat dengan seseorang yang pangkatnya harus di hormati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments