3. Tentang Ego

Ali tau apa yang ada di otak suaminya, meskipun pria yang berstatus sebagai suaminya kini tengah menatapnya dengan tatapan lapar namun sekilas Ali melihat ada senyum smirk yang tercetak di ujung bibir suaminya. Ali juga tau, suaminya hanya ingin mempermainkan nya.

"Mas, mau mandi dulu apa aku dulu hm?" tanya Ali mencoba menahan rasa gelinya saat melihat wajah Helmi yang sedikit terkejut dengan sikap Ali yang ternyata tidak pemalu, padahal Ali sendiri merupakan seorang santri salafi yang pastinya jarang bertemu dengan para lelaki.

"Hahah, gayamu seperti j****g, tapi sayang aku tidak tertarik sedikitpun dengan tubuh mu yang seperti triplek" ejek Helmi kikuk.

"Mas kamu tau dari mana badanku kayak triplek?" tanya Ali, ingin rasanya dia tertawa terbahak-bahak padahal jelas jelas saat ini tubuh Ali tertutup rapi tanpa memperlihatkan sehelai rambut pun.

"Seperti apapun badan kamu, aku tidak akan tertarik sedikitpun" ujar Helmi penuh percaya diri

"Tapi aku pikir,, mas tertarik sama badan aku? hanya saja kamu terlalu gengsi untuk menyentuh wanita di bawah standar sepertiku" ucap Ali, "iya Bukan?"

"Sotoy" jawab Helmi

"Sotoy gimana? orang dari awal mas yang godain aku, terus kalo emang gak tertarik sama aku, kenapa posisi mas gak berubah?" tanya Ali skakmat yang langsung membuat bibir Helmi bungkam.

"Ahh berisik kamu, kayak yang tau aja apa keinginan saya" ucap Helmi beranjak dari posisinya dan berlalu memutar kenop pintu kamar mereka.

"Aku emang gak tau apa keinginan kamu mas, tapi setidaknya aku tau tatapan memuja kamu ke aku" ucap Ali dengan tingkat kepedean yang sangat tinggi.

"Ih na*jis" umpat Helmi pergi meninggalkan Ali, dari pada terus terusan mendengar ocehan wanita yang berstatus sebagai istrinya lebih baik Helmi menyegarkan tubuhnya dengan berendam di bathtub.

cklek

Harapannya sirna, saat pertama kali membuka pintu kamar mandi, netranya menangkap isi kamar mandi yang tidak sesuai dengan ekspektasi nya.

"Ahh ****,,, mengapa kamar mandi seperti ini masih ada?" tanya Helmi mengumpat sendiri di dalam kamar mandi yang menurutnya 7 kali lebih besar dari toiletnya.

Niat hati ingin berendam di dalam bathtub guna membuat fresh pikirannya, kini malah bertambah beban yang hinggap di otaknya.

"Bagaimana cara mandinya?" tanya Helmi saat melihat tidak ada bathtub dan shower yang biasa ia lihat di dalam bathroom, dia hanya melihat ada sebuah keran kecil, ember dan satu gayung.

"Mengapa ada Piva taman di sini?" monolog Helmi memperhatikan keran yang biasa ia lihat di tamannya, lalu Helmi mencoba memutar keran hingga keluarlah air yang memenuhi rongga keran, Helmi baru mengerti jika dirinya harus mandi, setelah ember terisi penuh dengan air. Di tengah-tengah mandinya ia tidak berhenti mengumpat karena dia tidak terbiasa mandi di tempat kumuh seperti ini, meskipun dulu dia bukan dari keluarga konglomerat tapi menurutnya ini terlalu melarat jika di bandingkan kehidupannya dulu sebelum menjadi konglomerat.

"Mana sabun?" tanya Helmi bingung mencari sabun yang biasa ia pakai, "Mengapa batu bewarna putih? tapi ini harum" ucap Helmi mencium aroma sabun batang yang di pegangnya.

"Sedikit berbusah," ujarnya lagi saat tangan basahnya sedikit menggesek sabun batang di tangannya. "Ah sial! apakah ini sabun mandi si wanita buruk rupa?" tanya Helmi lagi dengan kekesalan yang sudah memenuhi rongga dadanya, tapi dengan terpaksa dia memakai sabun batang di genggamannya karena tidak ada lagi sabun yang bisa ia pakai.

*

*

*

"Angel, mau kemana kamu hah?" tanya Tuan Anggara Voldemort saat melihat putri tunggalnya yang baru saja pulang dari pesantrennya keluar malam malam dengan pakaian yang tidak pantas di pakai oleh seseorang yang berstatus santri.

"Cukup pah!" bentak Angel meluapkan amarahnya, "Cukup, karena papah mengirimku ke tempat terpencil kini aku harus kehilangan pria yang sangat aku cintai, apa papah masih tidak puas membiarkan mu tinggal di tempat kumuh selama satu tahun lebih hah?!" tanya Angel mengeluarkan unek-unek nya.

"Papah mengirim mu ke sana berharap kamu bisa merubah sikap mu dan bertutur kata sopan kepada orang tuamu" teriak Tuan Anggara pada putri tunggalnya.

"Merubah sikapku? hah? apa papah tidak salah? jika papah ingin merubah sikap seseorang rubahlah lebih dulu sikap papah sebelum memonopoli kehidupan orang lain" ucap Angel dengan tatapan menantang dan jari telunjuk yang menunjuk nunjuk dada bidang Tuan Anggara dengan telapak tangannya.

"Orang lain kamu bilang? kamu adalah putri saya, jadi saya berkewajiban menuntun kamu ke jalan yang benar bukan seperti ini, untuk sikapku? harus dengan sikap yang bagaimana saya menghadapi sikap anda yang sulit di atur hm? jika papah lembut kamu melunjak jika papah keras kamu memberontak, sebenarnya kamu mau papah bersikap bagaimana kepadamu nak?" tanya Tuan Anggara mencoba menahan emosinya menyikapi sikap putri tunggalnya.

"Aku hanya ingin papah tidak usah terus terusan memonopoli kehidupan aku, aku butuh kebebasan seperti orang lain pah? lihatlah anak Perempuan orang lain, dia tidak selalu di kekang seperti ini, sedangkan aku? papah terus terusan mengendalikan aku, asal papah tau aku bukan robot pah" teriak Angel dia sungguh sangat marah karena tidak mengerti dengan arah jalan pemikiran pria paruh baya yang berstatus sebagai ayahnya.

"Memonopoli katamu? papah ingin kamu menjadi wanita yang lebih baik dari sebelumnya, jika papah melihat anak anak yang kamu tunjukkan maka papah yakin, kamu akan menjadi orang yang rugi suatu saat nanti, lihatlah teman teman pesantren mu, apakah mereka merasa kehidupannya di monopoli seperti pikiranmu? tidak bukan? karena apa? karena mereka tahu, diam di rumah, bersikap sopan santun dan patuh pada orang tua adalah kewajiban seorang anak, tidak hanya itu, apapun yang kita lakukan ibarat investasi kita untuk masa depan" ujar Tuan Anggara panjang lebar berharap putrinya mengerti dengan maksudnya, "Jadi papah harap kamu bisa setidaknya sedikit sikapmu kearah yang lebih baik dari sebelumnya, jika kamu sopan santun, percayalah nak orang lain tidak akan merendahkan mu"

"Aku bukan robot yang bisa papah atur atur, masalah menjadi yang terbaik atau yang terburuk itu urusanku, ingat kehidupan ku adalah pilihanku jadi papah tidak usah memaksaku untuk menjadi wanita Alim yang selalu papah agung agungkan, lihatlah di luar sana banyak wanita yang terlihat alim dari luar tapi pada nyatanya dia mengandung di luar nikah" ujar Angel dengan tatapan sinisnya,

"Yang Alim saja bisa celaka apalagi kamu nak? setidaknya dia memiliki kesan baik meski hanya dalam satu kali bertemu," jawab Tuan Anggara yang langsung membuat Angel bungkam tanpa bisa menjawab ucapan sang papah.

"Sudahlah rasanya telingaku gatal, aku akan pergi ke rumah temanku, tinggal di rumah ini sangat memuakkan" ucapnya lalu berlalu dari sana tanpa mempedulikan teriakan Tuan Anggara yang berteriak memanggil manggil namanya untuk kembali masuk ke dalam ruamah. Tapi Angel dia dengan santainya pura pura tuli seolah tak mendengar apapun, dia pergi membawa mobil Lamborghini miliknya melesat membelah jalanan kota tengah malam yang masih di padati oleh kendaraan yang berlalu lalang, mencari tempat ternyaman seperti yang dilakukannya saat ini.

Terkadang kita terlalu emosi tanpa bisa mendengarkan maksud dari ucapan seseorang yang menasehati kita dengan mati Matian. Cobalah untuk tenang, pejamkan mata dan bukalah pintu hatimu yang selalu kamu sembunyikan, buang ego mu agar kamu tau, meskipun orang lain salah namun di sisi ini terkadang kita juga sama salahnya dengan orang yang kita anggap salah

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!