Biasanya jika pengantin baru hari pertama yang terjadi adalah si mempelai pria akan terlihat seperti matahari, bersinar dengan senyuman yang tercetak di bibirnya, namun berbeda dengan pengantin baru yang saat ini sedang duduk berhadapan. Mereka adalah pengantin baru yang berkebalikan dengan pengantin baru lainnya, lihatlah si pria menatap tajam pada wanita yang berada di hadapannya. Tapi si wanita malah tersenyum sembari mengangguk anggukan dagunya dengan tatapan menggoda.
"Dimakan mas," titah Ali pada suaminya.
"Aku tidak terbiasa memakan makanan yang seperti makanan kucing ini" jawab Helmi pedas dengan tatapan sinis.
"Kenapa si mas? ngambek terus dari tadi, udah kayak anak perawan yang di perkosa ajah" ujar Ali menahan tawanya saat Helmi terkejut dan menatapnya dengan tatapan melongo tak percaya.
Bagaimana tidak terkejut, dia marah di samakan dengan perawan yang kehilangan mahkotanya. Astaghfirullah Helmi baru tau jika istrinya selain buruk rupa ternyata buruk peka juga. Sadarkah Ali jika semalaman Helmi tidak bisa tidur karena ranjang yang seharusnya menjadi milik mereka malah di kuasai oleh empunya sendiri. Dan sialnya meskipun Helmi mencoba memperbaiki letak tidur Ali tetap saja nantinya Ali akan menari balet dalam tidurnya sehingga Helmi tertendang dan berakhir terpental jatuh ke bawah ranjang.
"Kamu masih gak sadar dimana kesalahan kamu? hah?" tanya Helmi tidak percaya dengan pola pikir istrinya.
"Aku emang gak tau kesalahan aku mas, lagian kamu ini aneh aneh ajah yah? hal sepele di besar besarin," ujar Ali tanpa merasa bersalah sedikitpun ia malah menyuapkan nasi goreng buatannya ke dalam mulutnya.
"Hei j****g! apa kamu bilang? hal sepele? lihatlah karena ulah mu wajah ku harus di hiasi mata panda hingga mengurangi takaran ketampananku!" teriak Helmi frustasi baru saja sehari punya istri sudah membuat kepalanya botak karena stres. "Kamu tau? ketampananku adalah nafasku" ucap Helmi membuang nafasnya dengan kasar.
Hahahahha
Ali tertawa terbahak-bahak mendengar ocehan Helmi yang seperti wanita kehilangan make up nya.
"Jika benar kamu tampan, mata panda itu tidak akan mengurangi nilai ketampanan mu" ucap Ali mencoba untuk berhenti tertawa dan mengusap air mata yang mengembun diujung pelupuk matanya.
"Aku jadi tidak nafsu makan" ucap Helmi beranjak dari tempat duduknya meninggalkan Ali yang masih tertawa lepas.
"Mas, makan dulu, nanti sakit loh" teriak Ali dengan tawa yang menggelegar.
Tadinya Ali masih ingin tinggal di rumah yang merupakan peninggalan orang tuanya, tapi bagaimanapun sekarang Ali sudah menjadi istri dari seorang pria yang harus dipatuhinya. Yah, Helmi meminta Ali untuk segera berkemas karena dia tidak ingin tersiksa seperti kemarin malam, jika sejak kemarin Ali tertawa terbahak-bahak mungkin esok nya akan menjadi hari dimana Ali akan menangis menjerit jerit.
"Cepetan dong! mau ikut enggak sih?" gerutu Helmi marah marah, sedari tadi Helmi tidak berhenti mengoceh hingga rasanya kuping Ali terlepas dari tempatnya.
"Iya mas, berat tau gak? bukannya di bantuin malah ngoceh ajah terus" gerutu Ali yang tak kalah sebal dengan sifat suaminya yang sangat acuh.
"Suruh siapa bawa bawa baju?" tanya Helmi tanpa mengalihkan tatapannya dari Gadget di tangannya.
"Hey suami, ini tidak hanya baju saya, melainkan baju anda pula" ucap Ali dengan bibir komat Kamit.
"Gak ikhlas ngomong dong" karena tidak ingin berlama lama menunggu akhirnya Helmi membantu Ali menaikkan ke tiga kopernya ke dalam bagasi mobil Helmi.
"Bersikap sewajarnya jika sampai di mansion, tidak usah menempel padaku, ingat kita hanya menikah karena perjodohan" ucap Helmi datar tanpa menatap Ali
"Aku tau itu, tapi kamu tau kan? Oma pasti sedih kalo tau rumah tangga kita tidak seperti impiannya" ucap Ali khawatir Oma Diana akan bersedih melihat pernikahan yang Oma rencanakan.
"Cih! tidak usah membawa bawa nama Oma, Oma juga pasti ngerti kita Nikah karena perjodohan apalagi kita hanya beberapa kali bertemu aku yakin Oma pasti tahu betul jika belum ada cinta di antara kita" ucap Helmi panjang lebar, padahal Helmi tipikal orang yang tak banyak bicara namun entah mengapa jika dengan Ali adrenalin nya selalu terpacu karena ucapan ucapan yang Ali lontarkan membuatnya tidak bisa terus terusan diam.
"Iya, mas" ucap Ali mengangguk tidak mempersalahkan titahan Helmi yang tidak masuk akal, karena nyatanya memang tidak ada cinta di antara mereka jadi Ali pikir tidak usah berdrama di hadapan orang-orang yang mengetahui kisah sebenarnya.
Di sepanjang perjalanan Ali hanya diam menatap jalanan yang di laluinya sesekali dia berdecak kagum saat melihat bangunan bangunan tinggi yang menjulang di sepanjang jalanan perkotaan.
Helmi pun tidak mengeluarkan suaranya meski satu patah kata, sedari tadi dia hanya diam dengan pikiran yang berkelana jauh memikirkan bagaimana caranya agar kehidupannya tidak terikat dengan pernikahan yang menurutnya sangat konyol.
Sesampainya di depan sebuah gerbang yang sangat tinggi Ali tidak berhenti berdecak kagum, melihat bangunan yang ada di hadapannya, rumah 2 lantai dengan gaya Eropa kuno namun tidak mengurangi keindahannya karena di padukan dengan taman dan air mancur yang terkesan mewah.
"Wawww! rumah yang sangat luas, mungkin aku akan kelelahan jika seharian penuh aku tour home" ucap Ali antusias dia bahkan turun lebih dahulu dari kendaraan empat roda milik Helmi
"Cucu menantuku" ucap Oma Diana merentangkan kedua tangannya, sedetik kemudian Ali sudah masuk ke dalam pelukan Oma Diana dan langsung di hujani dengan kecupan kasih sayang
"Ada yang baru bukan berarti yang lama di abaikan" ucap Helmi cemburu dengan perlakuan Omanya kepada sang istri yang menurutnya terlalu berlebihan.
"Kau sudah Tua, tidak pantas jika selalu Oma peluk dan Oma cium, karena Oma hafal betul kamu tidak lagi membutuhkan ciuman monoton Oma, tapi kamu membutuhkan ciuman erotis istrimu bukan?" goda Oma pada Helmi dan Ali, yang langsung membuat wajah Ali memerah menahan malu karena ucapan Omanya yang sangat frontal.
"Erotis erotis, dasar Oma mesumeria" ucap Helmi lalu masuk ke dalam meninggalkan dua wanitanya yang berbeda generasi di depan rumah.
"Sayang,,,, akhirnya kamu pulang juga" sapa Veronika lalu memeluk Nicho dan mencium kedua pipinya. "Apa tidurmu nyenyak sayang?" tanya sang mamah saat melihat lingkaran hitam di bawah kantung mata putra tunggalnya.
"Hm" Helmi hanya berdehem saja, lalu naik ke lantai atas menuju kamarnya berada, begitulah Helmi dia tidak akan banyak berbicara selain kepada Omanya.
"Pasti karena rumah kumuh itu, putraku jadi tidak bisa tidur" gerutu Veronica mengingat bagaimana putranya yang biasa hidup seba tercukupi dan tinggal di tempat mewah yang layak untuk di tempati, namun harus tidur di rumah kumuh yang bahkan tidak memiliki AC.
"Oh, pantas saja putraku terlihat lemas, ternyata putraku berusaha bertahan selama di dalam mobil karena membawa sampah yang akan mengotori keluarga keluarga Nugraha"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments