Sah
Seluruh saksi serempak mengucapkan satu kata namun menjadi pengikat bagi dua jiwa, menyatukan dua insan dalam jalinan rumah tangga, menjadi awal baru untuk membuka ibadah yang pahalanya tidak di ragukan lagi.
Jantungku berdegup dengan kencang, ada perasaan haru, bahagia, sedih dan malu yang bercampur aduk memenuhi rongga dadaku, terharu karena aku memiliki keluarga baru, bahagia karena aku bisa mengabulkan keinginan Ayahku, sedih karena aku hanya menikah tanpa ada dasar cinta sedikitpun diantara kami, malu karena aku menikah dengan pria yang berstatus sebagai kekasih temanku.
"Ali Sayang" tepukan di pundak Ali mampu membuyarkan lamunannya saat ini, saat menoleh ternyata Oma Diana nenek dari pria yang menikahinya saat ini. "Kenapa malah bengong, cepat Salim pada suamimu" tutur Oma Diana dengan lembut.
Aliyanza Florida seorang wanita muda berusia dua puluh tahun, tidak memiliki gelar apapun, dia hanya seorang santriat dari pondok pesantren yang ada di desa kecil, yang harus menerima nasib jika saat ini dirinya sudah sah menjadi istri pria yang sedang mengecup keningnya setelah dia mencium takzim tangan suaminya.
"Selamat, sekarang kamu sudah Sah menjadi pelakor" bisik Helmi tepat di samping telinga istrinya dengan pelan.
Helmi Putra Nugraha seorang pria matang berusia 37 tahun, pria sukses yang menjadi pemimpin dari perusahaan Troom Corp yang didirikannya dari dulu di saat usianya belum memasuki kepala tiga.
Ali hanya diam terpaku saat mendengar kata kata kejam yang keluar dari mulut pria yang baru saja sah menjadi suaminya, ingin rasanya Ali menangis namun apa yang harus dia tangisi? ucapan Helmi benar dia adalah pelakor, bahkan yang lebih kejamnya dia merebut pria yang seharusnya menjadi milik teman pesantrennya.
"Tidak usah mencium tanganku," tolak Veronica Nugraha menghempaskan tangan Ali dengan kasar, bahkan dia tidak malu saat dilihat banyak orang. Baginya Ali tidak pantas menjadi menantunya, Ali hanya pantas menjadi pembantu di mansionnya.
"Mah,"ucap Tuan Nugraha menyenggol lengan istrinya agar memberikan tangannya untuk di salimi oleh Ali, namun Veronica malah pergi keluar dari tempat acara yang membuatnya susah bernafas tanpa memedulikan teriakan suaminya.
"Maafkan istri papah Nak, papah yakin suatu saat Mamah akan mencintaimu seperti mencintai putrinya sendiri" ucap Tuan Nugraha mencoba memberikan support pada menantunya.
Ali hanya tersenyum dan mengangguk, tidak masalah ibu mertuanya bersikap arogan seperti itu baginya itu hal yang wajar, karena masih ada Oma mertua dan papah mertuanya yang menerima dirinya, selain mamah mertua dan suaminya sendiri.
Para tamu datang mengucapkan selamat saling bergantian, meminta berfoto bersama tidak hanya satu dua kali, rasanya Ali akan mati rasa jika harus terus terusan seperti ini, ternyata menjadi ratu sehari rasanya melelahkan.
"Bisakah kamu menghentikan mereka?" tanya Helmi pada istrinya, dia sebal dengan tradisi kampung istrinya yang gila Selfi dengan para mempelai.
"Namanya juga nikahan mas, mereka sama sama ingin punya foto bareng pengantin" jawab Ali lembut sambil menahan tawa, karena dari tadi suaminya 2× lebih banyak darinya yang meminta foto, mungkin karena paras Helmi yang ke bule bulean.
"Apa kamu akan menertawakan aku? hah?" tanya Helmi geram saat melihat pipi istrinya yang sedikit menggelembung menahan tawa. "Sekarang tertawa lah sepuas mu sebelum menemui neraka ciptaan ku" ucap Helmi tersenyum smirk yang langsung membuat bulu kuduk Ali merinding, saat melihat senyum devil di bibir suaminya.
Setelah acara selesai, seluruh tamu sudah membubarkan diri masing-masing, hanya tersisa Ali, Helmi dan keluarganya saja.
"Hel, Papah dan Mamah akan langsung pulang sekarang juga, jaga istrimu baik baik, sekarang kamu tidak hanya merangkap menjadi putra saja, tapi tanggung jawabmu saat ini sangatlah besar sebagai seorang suami, jadi jagalah istrimu sebaik mungkin sebelum akhirnya kamu akan menyesali semua perbuatan mu" ucap Tuan Nugraha mencoba mengingatkan putra tunggalnya.
"Yaelah Pah, dia kan udah gede, kalo udah mau nikah berarti udah gede bukan anak kecil lagi, yang harus di jagain" ucap Nyonya Veronica pada suaminya tanpa menatap semua orang dia malah memainkan kuku kuku tangannya seolah tidak peduli dengan perasaan semua orang apalagi perasaan Ali.
"Mah, jaga sikapmu dia putri kita" ucap Tuan Nugraha geram dengan sifat arogan istrinya
"Apa kamu pikir, aku menyukaimu sebagai menantu?" kini Oma Diana yang membuka suara ia cukup geram dengan perilaku menantu laknatnya. "Bahkan sikapmu tidak pantas menjadi istri dari putraku" lanjut Oma Diana tanpa memedulikan raut wajah kesal yang tersirat di wajah menantunya.
"bagiku tidak masalah kamu tidak menyukaiku, karena aku pun tidak Sudi mempunyai mertua sepertimu" skakmat balik Veronica kepada ibu mertuanya.
"Hentikan, Ayo kita pulang, ibu mau pulang bersamaku?" tawar Tuan Nugraha pada ibunya.
"Ibu tidak Sudi semobil dengan wanita laknat, mungkin nafas ibu akan sesak karena udara yang sangat kotor" ucap Oma Diana.
"Siapa juga yan ing-- ucapan Veronica menggantung saat suaminya membentaknya dengan kasar.
"Veronica!" bentak Tuan Nugraha, "Masuk ke mobil cepat!!!" titahnya tak terbantahkan, dari pada terus terusan kena amukan suaminya Veronica lebih memilih menuruti perintahnya, masuk dan duduk manis di dalam mobil menunggu suaminya selesai berbicara.
"Ingat jaga istrimu, Al, papah pulang dulu papah titip putra papah jika ada apa apa telpon saja papah oke?" ucap Tuan Nugraha pada menantunya.
"Iyah Pah," ucap Ali ramah dengan bibir tersenyum lebar.
"Jaga dirimu baik baik, " ucap Oma Diana memeluk erat cucu mantunya, dengan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya.
"Tidak apa Omah, aku baik baik saja jadi Omah tidak usah khawatir" ucap Ali mengusap usap punggung Oma Diana.
"Ayo ibu, kita harus pulang hari sudah semakin dini hari" ajak Tuan Nugraha pada ibunya.
"Mari Omah, biar Ali antar" tawar Ali.
Setelah semua orang pulang, kini hanya tersisa Helmi dan Ali saja di rumah yang sederhana dengan ukuran 8×5 M² yang hanya memiliki satu kamar tidur, satu dapur dan ruang tamu saja. Mereka hanya diam tanpa ada yang berniat membuka obrolan terlebih dahulu, Helmi sibuk dengan gadget di tangannya sedangkan Ali hanya menundukkan kepalanya, malu itulah yang dirasakan Ali saat ini. Bukan malu karena ini pertama kalinya berduaan dengan pria, melainkan malu karena dirinya menjadi pelakor temannya sendiri.
"Mas," ucap Ali dengan suara yang lembut, namun Helmi hanya diam tanpa menyahut seolah tidak mendengar suara apapun dia hanya sibuk dengan gadgetnya.
"Mas," ucap Ali sekali lagi, tapi lagi lagi Helmi hanya diam dia malah semakin menajamkan pandangannya pada layar di hadapannya dengan alis yang mengkerut. Dengan terpaksa Ali perlahan pindah tempat duduk di samping Helmi lalu menepuk pelan pundak kokoh milik Helmi.
"Mmm-- baru saja Ali akan memanggil, namun Helmi lebih dulu mendorong tubuh Ali ke sofa yang di duduki mereka saat ini hingga posisi mereka saat ini sangat intim saat Helmi mengukung Ali dibawahnya.
"Jangan pernah menyentuhku," ucap Helmi dengan penuh intimidasi membuat seluruh tubuh Ali bergetar hebat saking takutnya.
"Mengapa tubuhmu bergetar hm? apa kamu tidak biasa berhadapan dengan pria tampan sepertiku?" tanya Helmi mengelus lembut wajah Ali dengan mata yang tidak teralihkan dari wajah mungil dihadapannya saat ini, "Atau apa karena kamu menginginkan ku?" lanjut Helmi menenggelamkan wajahnya di ceruk leher milik Ali, hingga nafas dengan aroma mint milik Helmi tercium oleh Indra penciuman Ali, jantung Ali berdegup dengan kencang nafasnya tercekat saat hembusan nafas Ali menerpa leher yang tertutupi jilbab hitam yang dikenakannya.
Ahhhhhhhh
Ali hanya bisa memejamkan matanya saat sesuatu yang basah menjilati jilbabnya di area ceruk leher, nafas Ali tercekat Adrenalin nya memacu dengan cepat, jantung nya berdetak dengan kencang.
Brughh
Awhhhh
Helmi mendorong tubuh Ali hingga terjungkal kebawah, lalu dia berjongkok dan menarik kerah baju Ali dengan kasar, ditatapnya wajah Ali dari berbagai sisi lalu tertawa terbahak-bahak.
"Kamu bahkan tidak ada apa apanya dibanding Angel" hina Helmi di sela sela tawanya saat melihat bintik bintik jerawat serta bekas jerawat yang menghitam, itu semua membuatnya jijik karena baginya wanita yang bisa tinggal di tempat yang sama dengannya adalah wanita glowing dengan body yang aduhai sedangkan Ali, tubuhnya saja sedikit berisi apalagi tinggi badannya bisa di bilang pendek.
"Aku yakin kamu tau Angel yang aku maksud" ucap Helmi saat melihat tatapan Nasya yang seperti terkejut.
Angelina Voldemort wanita matang berusia 30 tahun yang kini berstatus sebagai kekasih Helmi, dia berasal dari keluarga konglomerat di kota D dimana Ali berasal, dia adalah teman Ali di pesantrennya, keluarganya terpaksa memasukkan Angel ke pesantren karena pergaulannya yang menyeramkan tidak hanya itu, jika pergaulan bisa di maklum karena mereka tinggal di kawasan kota yang warganya sudah terbiasa menikmati *** before marriage. Angel sama sekali tidak menghormati orang tuanya, bahkan dia berani bertengkar dengan Nyonya Arini Voldemort yang merupakan ibu kandungnya sendiri hingga puncaknya Angel berani menampar sang ibu dengan teflon hingga Tuang Anggara Voldemort naik pitam dan memasukkannya ke pesantren berharap putrinya bisa sedikit lembut kepada orang tuanya.
"Aku tau," jawab Ali lalu berangsur berdiri, dia berjalan menuju kamar mandi sambil membawa baju gantinya.
"Jika kamu tau, kamu pasti tau kalo Angel adalah kekasihku" ujar Helmi geram dengan Ali yang terlihat masa bodoh.
"Aku juga tau itu" lagi lagi Ali menjawab santai.
Srek
Helmi menarik baju belakang Ali hingga Ali sedikit terlempar ke arah ranjang saat Helmi tidak hanya menariknya melainkan melemparnya pula.
"Lalu kenapa kamu mau menikah denganku hah?!" tanya Helmi dengan mata melotot menyiratkan kemarahan.
"Aku hanya ingin memenuhi wasiat Ayah saja" jawab Ali lirih ia sebisa mungkin menahan rasa ingin menangisnya saat mengatakan kata 'Ayah' yang sudah kembali kepangkuan ilahi empat puluh hari lalu.
"hahahaha" Helmi tertawa sumbang menertawakan jawaban Ali yang menurutnya hanya sebuah Alasan, "Alasan! aku tau kamu hanya ingin mengambil harta keluarga ku bukan? iya kan?" tanya Helmi dengan nada tinggi.
"Sama sekali aku tidak tergiur dengan harta yang anda miliki, meski jawaban saya menurut anda Alasan tapi memang itu kenyataan nya, lalu mengapa anda mau menikah dengan saya?" tanya Ali tanpa rasa takut sedikitpun, "Padahal anda laki laki, pernikahan bisa saja tidak terjadi jika anda tidak melakukan ijab qobul, lalu mengapa anda mau melakukan ijab qobul hingga menjadikan saya istri anda?" lanjut Ali santai.
Helmi hanya tertegun mendengar jawaban Ali, memang benar pernikahan ini tidak akan terjadi jika dirinya tidak berjabat tangan dan melakukan ijab Qobul bersama wali hakim Ali, tapi setelah berdiam beberapa detik dia sadar ia menikahi Ali hanya karena Oma Diana, Omanya yang telah mengurusnya sejak kecil, Helmi hanya memiliki Oma di setiap waktunya, karena ayahnya yang sibuk bekerja dan ibunya yang tidak memiliki waktu untuk mengurus atau sekedar mengajaknya bermain.
"Aku menikahi mu hanya karena permintaan Oma" jawab Helmi tegas.
"Bisakah saya mengatakan jika jawaban anda adalah sebuah alasan seperti yang anda katakan pada jawaban saya?" tanya Ali dengan tatapan sendu dan bibir yang masih mencetak senyum manis bukan senyum kemenangan di bibirnya.
"Hahh! dasar rakyat jelata, Oma ku menyuruh aku menikahi mu hanya karena rasa bersalahnya pada orang tuamu, padahal jelas jelas orang tuamu sendiri yang salah ceroboh!" jawab Helmi menghina orang tua Ali, Ali hanya tersenyum lalu berlalu dari kamar menuju kamar mandi di dapurnya karena rumah ini hanya memiliki satu kamar mandi yang letaknya di dapur.
Sepeninggal nya Ali, ada rasa bersalah yang hinggap di hati Helmi namun cepat cepat Helmi menghalau rasa bersalahnya karena baginya itu adalah faktanya.
Fakta tentang Kematian kedua orang tua Ali, dulu Ayah Ali Mang Ujang adalah seorang supir yang sudah bekerja sekitar lima belas tahun di rumahnya, sedangkan ibunya Bu Ijah adalah kepala pelayan yang bekerja di rumahnya setelah lima belas tahun. Saat itu Oma Diana menyuruh Bu Ijah membelikan Waffle favoritnya di sebuah restoran, Oma Diana juga menyuruh agar Bu Ijah membeli Waffle di antar oleh Mang Ujang suaminya, di luar sedang hujan tapi Oma Diana bersikeras ingin memakan Waffle favoritnya hingga Bu Ijah sungkan untuk menolak permintaan majikannya yang sudah baik kepadanya selama ini.
Baru saja setengah perjalanan mobil Mang Ujang terkena tubrukan mobil tangki bensin yang mengalami rem blong hingga menyebabkan 10 orang tewas dan 9 1 orang lainnya selamat, Bu Ijah dan Mang Ujang termasuk 2 dari 10 orang yang tewas akibat tragedi kecelakaan tersebut. Hingga akhirnya Mang Ujang meminta agar Oma Diana menjaga Ali di tengah nafas terakhirnya.
"Arghhhhhh" Helmi Frustasi karena ucapannya pada Ali, ia sedikit memikirkan bagaimana perasaan Ali, apalagi ini baru empat puluh hari Ali di tinggalkan oleh kedua orang tuanya, pasti sulit bagi Ali untuk mengiklankan dan melupakan orang tuanya.
cklek
"Mas, kalo mau mandi aku udah siapin sikat gigi yang baru di sana" ucap Ali setelah menyelesaikan mandinya.
Rasa bersalah Helmi tiba tiba menghilang saat melihat Ali yang datang dengan wajah yang fresh tanpa ada sedikitpun rasa tersakiti akibat ucapan Helmi, ini membuat Helmi yakin jika perkataannya pada Ali benar, Ali hanya ingin menguasai hartanya.
"Aku tidak ingin mandi di sana, kamar mandinya sangat kotor dan kecil" hina Helmi tanpa menatap Ali ia tetap Fokus pada gadget di tangannya.
"Aku sudah membersihkan nya, jika kamu ingin kamar mandi yang besar, silahkan pulang ke rumah, dan numpanglah mandi di sana setelahnya kembali lagi ke sini" jawab Ali lalu merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang hanya cukup berdua miliknya.
"Akhhh, lelahnya hari ini" ucap Ali memejamkan matanya sambil memeluk guling miliknya.
Helmi hanya terbengong bengong melihat reaksi Ali yang seakan tidak peduli dengan kehadirannya, jika biasanya wanita akan langsung caper atau salting saat berdekatan dengannya, tapi Ali adalah spesies yang menurutnya tidak Normal lihatlah sejak tadi Ali seperti tidak tertarik dengannya sama sekali.
"Aku tidak ingin mandi" ucap Helmi merangkak naik ke atas ranjang dan tidur menyamping dengan menyanggah kepalanya dengan sebelah tangan sedangkan tangan satunya lagi membalik tubuh kecil Ali agar menatapnya. Setelah Ali membalik dan menatap Helmi, Helmi hanya tersenyum mesum dengan memainkan bibirnya.
"Mas mau mandi dulu apa aku dulu hm?" tanya Ali menaikkan kedua alisnya, ia sungguh tau apa yang ada di otak Ali saat ini.
Ali tau apa yang ada di otak suaminya, meskipun pria yang berstatus sebagai suaminya kini tengah menatapnya dengan tatapan lapar namun sekilas Ali melihat ada senyum smirk yang tercetak di ujung bibir suaminya. Ali juga tau, suaminya hanya ingin mempermainkan nya.
"Mas, mau mandi dulu apa aku dulu hm?" tanya Ali mencoba menahan rasa gelinya saat melihat wajah Helmi yang sedikit terkejut dengan sikap Ali yang ternyata tidak pemalu, padahal Ali sendiri merupakan seorang santri salafi yang pastinya jarang bertemu dengan para lelaki.
"Hahah, gayamu seperti j****g, tapi sayang aku tidak tertarik sedikitpun dengan tubuh mu yang seperti triplek" ejek Helmi kikuk.
"Mas kamu tau dari mana badanku kayak triplek?" tanya Ali, ingin rasanya dia tertawa terbahak-bahak padahal jelas jelas saat ini tubuh Ali tertutup rapi tanpa memperlihatkan sehelai rambut pun.
"Seperti apapun badan kamu, aku tidak akan tertarik sedikitpun" ujar Helmi penuh percaya diri
"Tapi aku pikir,, mas tertarik sama badan aku? hanya saja kamu terlalu gengsi untuk menyentuh wanita di bawah standar sepertiku" ucap Ali, "iya Bukan?"
"Sotoy" jawab Helmi
"Sotoy gimana? orang dari awal mas yang godain aku, terus kalo emang gak tertarik sama aku, kenapa posisi mas gak berubah?" tanya Ali skakmat yang langsung membuat bibir Helmi bungkam.
"Ahh berisik kamu, kayak yang tau aja apa keinginan saya" ucap Helmi beranjak dari posisinya dan berlalu memutar kenop pintu kamar mereka.
"Aku emang gak tau apa keinginan kamu mas, tapi setidaknya aku tau tatapan memuja kamu ke aku" ucap Ali dengan tingkat kepedean yang sangat tinggi.
"Ih na*jis" umpat Helmi pergi meninggalkan Ali, dari pada terus terusan mendengar ocehan wanita yang berstatus sebagai istrinya lebih baik Helmi menyegarkan tubuhnya dengan berendam di bathtub.
cklek
Harapannya sirna, saat pertama kali membuka pintu kamar mandi, netranya menangkap isi kamar mandi yang tidak sesuai dengan ekspektasi nya.
"Ahh ****,,, mengapa kamar mandi seperti ini masih ada?" tanya Helmi mengumpat sendiri di dalam kamar mandi yang menurutnya 7 kali lebih besar dari toiletnya.
Niat hati ingin berendam di dalam bathtub guna membuat fresh pikirannya, kini malah bertambah beban yang hinggap di otaknya.
"Bagaimana cara mandinya?" tanya Helmi saat melihat tidak ada bathtub dan shower yang biasa ia lihat di dalam bathroom, dia hanya melihat ada sebuah keran kecil, ember dan satu gayung.
"Mengapa ada Piva taman di sini?" monolog Helmi memperhatikan keran yang biasa ia lihat di tamannya, lalu Helmi mencoba memutar keran hingga keluarlah air yang memenuhi rongga keran, Helmi baru mengerti jika dirinya harus mandi, setelah ember terisi penuh dengan air. Di tengah-tengah mandinya ia tidak berhenti mengumpat karena dia tidak terbiasa mandi di tempat kumuh seperti ini, meskipun dulu dia bukan dari keluarga konglomerat tapi menurutnya ini terlalu melarat jika di bandingkan kehidupannya dulu sebelum menjadi konglomerat.
"Mana sabun?" tanya Helmi bingung mencari sabun yang biasa ia pakai, "Mengapa batu bewarna putih? tapi ini harum" ucap Helmi mencium aroma sabun batang yang di pegangnya.
"Sedikit berbusah," ujarnya lagi saat tangan basahnya sedikit menggesek sabun batang di tangannya. "Ah sial! apakah ini sabun mandi si wanita buruk rupa?" tanya Helmi lagi dengan kekesalan yang sudah memenuhi rongga dadanya, tapi dengan terpaksa dia memakai sabun batang di genggamannya karena tidak ada lagi sabun yang bisa ia pakai.
*
*
*
"Angel, mau kemana kamu hah?" tanya Tuan Anggara Voldemort saat melihat putri tunggalnya yang baru saja pulang dari pesantrennya keluar malam malam dengan pakaian yang tidak pantas di pakai oleh seseorang yang berstatus santri.
"Cukup pah!" bentak Angel meluapkan amarahnya, "Cukup, karena papah mengirimku ke tempat terpencil kini aku harus kehilangan pria yang sangat aku cintai, apa papah masih tidak puas membiarkan mu tinggal di tempat kumuh selama satu tahun lebih hah?!" tanya Angel mengeluarkan unek-unek nya.
"Papah mengirim mu ke sana berharap kamu bisa merubah sikap mu dan bertutur kata sopan kepada orang tuamu" teriak Tuan Anggara pada putri tunggalnya.
"Merubah sikapku? hah? apa papah tidak salah? jika papah ingin merubah sikap seseorang rubahlah lebih dulu sikap papah sebelum memonopoli kehidupan orang lain" ucap Angel dengan tatapan menantang dan jari telunjuk yang menunjuk nunjuk dada bidang Tuan Anggara dengan telapak tangannya.
"Orang lain kamu bilang? kamu adalah putri saya, jadi saya berkewajiban menuntun kamu ke jalan yang benar bukan seperti ini, untuk sikapku? harus dengan sikap yang bagaimana saya menghadapi sikap anda yang sulit di atur hm? jika papah lembut kamu melunjak jika papah keras kamu memberontak, sebenarnya kamu mau papah bersikap bagaimana kepadamu nak?" tanya Tuan Anggara mencoba menahan emosinya menyikapi sikap putri tunggalnya.
"Aku hanya ingin papah tidak usah terus terusan memonopoli kehidupan aku, aku butuh kebebasan seperti orang lain pah? lihatlah anak Perempuan orang lain, dia tidak selalu di kekang seperti ini, sedangkan aku? papah terus terusan mengendalikan aku, asal papah tau aku bukan robot pah" teriak Angel dia sungguh sangat marah karena tidak mengerti dengan arah jalan pemikiran pria paruh baya yang berstatus sebagai ayahnya.
"Memonopoli katamu? papah ingin kamu menjadi wanita yang lebih baik dari sebelumnya, jika papah melihat anak anak yang kamu tunjukkan maka papah yakin, kamu akan menjadi orang yang rugi suatu saat nanti, lihatlah teman teman pesantren mu, apakah mereka merasa kehidupannya di monopoli seperti pikiranmu? tidak bukan? karena apa? karena mereka tahu, diam di rumah, bersikap sopan santun dan patuh pada orang tua adalah kewajiban seorang anak, tidak hanya itu, apapun yang kita lakukan ibarat investasi kita untuk masa depan" ujar Tuan Anggara panjang lebar berharap putrinya mengerti dengan maksudnya, "Jadi papah harap kamu bisa setidaknya sedikit sikapmu kearah yang lebih baik dari sebelumnya, jika kamu sopan santun, percayalah nak orang lain tidak akan merendahkan mu"
"Aku bukan robot yang bisa papah atur atur, masalah menjadi yang terbaik atau yang terburuk itu urusanku, ingat kehidupan ku adalah pilihanku jadi papah tidak usah memaksaku untuk menjadi wanita Alim yang selalu papah agung agungkan, lihatlah di luar sana banyak wanita yang terlihat alim dari luar tapi pada nyatanya dia mengandung di luar nikah" ujar Angel dengan tatapan sinisnya,
"Yang Alim saja bisa celaka apalagi kamu nak? setidaknya dia memiliki kesan baik meski hanya dalam satu kali bertemu," jawab Tuan Anggara yang langsung membuat Angel bungkam tanpa bisa menjawab ucapan sang papah.
"Sudahlah rasanya telingaku gatal, aku akan pergi ke rumah temanku, tinggal di rumah ini sangat memuakkan" ucapnya lalu berlalu dari sana tanpa mempedulikan teriakan Tuan Anggara yang berteriak memanggil manggil namanya untuk kembali masuk ke dalam ruamah. Tapi Angel dia dengan santainya pura pura tuli seolah tak mendengar apapun, dia pergi membawa mobil Lamborghini miliknya melesat membelah jalanan kota tengah malam yang masih di padati oleh kendaraan yang berlalu lalang, mencari tempat ternyaman seperti yang dilakukannya saat ini.
Terkadang kita terlalu emosi tanpa bisa mendengarkan maksud dari ucapan seseorang yang menasehati kita dengan mati Matian. Cobalah untuk tenang, pejamkan mata dan bukalah pintu hatimu yang selalu kamu sembunyikan, buang ego mu agar kamu tau, meskipun orang lain salah namun di sisi ini terkadang kita juga sama salahnya dengan orang yang kita anggap salah
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!