Sweet Like The Devil
WARNING 18+ !
Before reading this story, make sure you are over the age of 18.
Please if you want to blaspheme the main character in this story, there will be no improvement in the characteristics that each main character is good at.
‘Sweet Like The Devil’ is a story that is far from the good children who live here. I want you to leave this story if it is not to your liking.
Thank you
Ada kisah yang tidak ingin diceritakan dalam sebuah film panjang, ada rasa yang selalu ditahan dalam sebuah keputusasaan. Hidup berada di ambang kekecewaan atas semua kejadian yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Aku berada disini, di tempat yang sama saat aku berdiri terakhir kali, dengan raut wajah dingin saat melihat mobil hitam meninggalkan pekarangan rumah minimalis milik keluarga yang katanya sangat harmonis, kata itu ‘harmonis’ menjadi kata paling lucu di dunia pada hari itu hingga detik ini.
Viola Navier Edevane, nama panjang yang sangat indah dan memiliki arti cukup menakjubkan, perempuan cantik bak sinar matahari yang memiliki sifat baik hati. Harusnya orang tua ku tidak pernah memberikan nama seindah itu padaku saat mereka tahu bahwa aku tidak akan pernah merasakan kasih sayang orang tua seperti anak lain pada umumnya. Ayahku pergi entah kemana saat aku masih berumur 9 tahun, kala itu ibuku berada di titik paling terpuruk dalam hidupnya saat berusaha mengakhiri hidup, mungkin jika aku tidak menangis memanggilnya, aku benar-benar akan sendirian di dunia ini.
Itu hanyalah masa lalu yang membentuk kepribadianku hari ini, sejak hari itu, ibu sibuk sendiri dengan pekerjaan kantornya, dia terlalu sibuk hingga lupa kalau aku masih ada di dunia ini, banyak hal yang sudah aku lakukan untuk menarik perhatiannya, tapi semua sia-sia dan aku menyerah untuk itu. Tidak ada lagi peringkat 1, tidak ada lagi siswa terbaik, dan tidak ada lagi prestasi-prestasi yang membanggakan.
Hari ini adalah hari kelulusanku di sekolah menengah atas, sama seperti siswa lainnya aku menerima penghargaan kecil sebuah kertas tanda lulus. Tidak ada lagi penghargaan yang bisa aku dapatkan selain itu setelah kehidupanku berubah 180 derajat, aku menjadi pribadi yang sangat berbeda dari seorang Viola sebelumnya, gadis baik hati yang hanya tau belajar menjadi seorang gadis yang bisa kalian tebak sendiri, bahwa aku tidak bisa lepas dari asap rokok dan dunia malam.
Michael Alderman memeluk tubuhku sambil membawa buket bunga yang dia dapatkan dari keluarganya, bisa di bilang kami dekat sebagai teman sekaligus sahabat karena aku mengenal dia dan keluarganya sangat baik. Kadang aku sangat iri pada Michael, karena dia punya apa yang tidak aku punya yaitu sebuah keluarga kecil lengkap yang saling peduli satu sama lain.
“Untukmu.” Michael memberikan satu buket bunganya padaku, entah memang untukku atau dia hanya menghiburku dengan memberikan bunga miliknya padaku.
“Jangan diambil lagi oke.” Candaku sambil menerima buket bunga darinya.
Hubungan kami terlalu aneh jika hanya di sebut sebagai teman atau sahabat, aku terlalu dekat dengan Michael, seperti sepasang kekasih, tapi jujur aku sama sekali tidak memiliki perasaan padanya, ya nyatanya memang aku tidak akan pernah bisa mencintai siapapun karena alasan masa lalu.
Hari berlalu lebih cepat, banyak pertanyaan datang padaku akan kemana aku setelah lulus sekolah jika tidak melanjutkan ke perguruan tinggi mempelajari hal yang lebih khusus, aku sangat ingin masuk kelas seni, tapi aku takut mengatakan kepada ibuku mengingat hubungan kami sangat tidak dekat, bisa dihitung menggunakan jari berapa kali aku menggunakan kata dalam satu tahun, hampir tidak ada, bahkan mungkin ibuku tidak tahu kalau aku sudah lulus sekolah.
Saat ini aku lebih sibuk menekuni pekerjaan part time yang sebelumnya sudah aku mulai, pekerjaan yang dulu aku bisa kerjakan setelah pulang sekolah, sekarang aku bisa bekerja pagi dan pulang sore kemudian langsung ke club, hanya menghabiskan uang, tentu saja tidak, aku tidak banyak minum seperti Michael, aku hanya suka merokok, dan disana aku bisa melakukan sebanyak yang aku mau.
Rokok adalah salah satu tempat pelarian dari seluruh masalah dan perasaan yang tengah mengganjal. Sore ini aku baru saja menyelesaikan pekerjaanku di sebuah kedai makanan korea, aku bekerja disana sebagai pelayan yang awalnya part time jadi full time, walaupun sebenarnya kedai ini buka sampai malam, tapi pemilik memang sengaja membuat seluruh pegawai malamnya itu laki-laki dan perempuannya hanya kerja sampai sore saja.
Aku keluar dari pintu belakang setelah mengganti pakaian kerjaku dengan pakaian biasa yang aku pakai sebelumnya, rok pendek dipadukan dengan crop top yang benar-benar membentuk tubuh rampingku dengan ukuran dada yang cukup normal, tidak terlalu besar juga tidak kecil.
Mobil Michael sudah menungguku di jalanan belakang kedai, aku segera masuk kedalam dan kami berangkat ke club bersama.
“Rokok.”
Michael menyodorkan kotak bungkus rokok padaku setelah aku memintanya, aku belum beli hari ini dan aku ingin menghisapnya sekarang.
“Apa tidak sebaiknya kamu berhenti merokok?.” Kalimat yang selalu aku dengar dari mulut Michael dan membuatku sangat bosan.
“Terus? Apa kamu juga mau berhenti minum?.”
“Tidak.”
“Kalau begitu jawabanku sama.”
“Setelah ini kamu akan kemana? Bukankah kamu ingin masuk sekolah seni?.”
Aku terdiam, benar aku ingin masuk sekolah seni mendalami apa yang sudah aku kuasai dengan baik, tapi aku tidak ingin membebani siapapun terutama ibuku.
“Aku ingin mencari uang dulu dan bebas mau kemana saja.”
“Uang tidak akan ada habisnya kalau di cari, tapi mumpung ada niat besar, kamu harus meraih mimpimu. Aku pikir bibi akan setuju kalau kamu melanjutkan studi di seni.”
“Aku tidak ingin membebaninya dengan kehadiranku, biarkan hidup kami berjalan di jalan masing-masing.”
Pembicaraan ini berakhir saat mobil Michael berhenti di sebuah club malam yang biasa kami datangi setiap hari, bahkan mungkin saking seringnya, semua orang sudah tidak lagi berani menggodaku kalaupun aku sedang sendiri. Klub ini adalah rumah utamaku ketimbang rumahku sendiri.
“Marcus ada di dalam, dicariin tuh.” Dia barista disini, aku sangat mengenalnya dengan baik, umurnya jauh diatasku dan dia sudah seperti kakakku sendiri.
Yang baru saja dia sebut adalah Marcus Achasion, laki-laki yang dulunya salah satu temanku dan Michael disini, tapi karena dia lebih tua dan lebih dahulu lulus sekolah untuk melanjutkan studinya di luar negeri, hampir tidak lagi pulang. Bulan-bulan ini adalah bulan liburan anak-anak sekolah, sudah pasti Marcus akan pulang.
Michael buru-buru berlari menghampirinya dan memeluknya erat bagaikan adik yang baru saja bertemu dengan kakaknya.
“Woi!! Lapasin bocah!.” Marcus mendorong Michael hingga melepaskan pelukannya. Laki-laki itu menghampiriku yang duduk dengan santai di sofa, memelukku erat sambil menepuk pundakku. “Bagaimana kabarmu?.”
“Seperti yang kamu lihat, ketimbang aku sepertinya Michael lebih merindukanmu.”
Kalimatku membuat Marcus melepaskan pelukannya dan memutuskan duduk di sebelahku, dia mengisyaratkan pada pelayan club untuk membawakan minuman untuk kami, aku tidak minum karena tingkat kesadaranku rendah saat memutuskan untuk minum.
“Masih belum bisa minum?.”
“Belum, aku juga tidak tertarik.”
“Bagaimana keluargamu?.”
“Tidak ada yang perlu dibahas, sama seperti dahulu.”
Marcus memeluk pundakku, aku selalu tidak nyaman dengan itu tapi aku berusaha santai selama dia tidak melakukan apapun. Seakan paham keadaan, Michael segera pindah tempat duduk di antara aku dan Marcus sambil menyunggingkan senyuman manja.
“Aku mau ke toilet sebentar.” Aku beranjak dari tempat duduk, melihat itu Marcus ingin mengikutiku tapi di tahan oleh Michael dan akhirnya membiarkanku pergi sendiri.
Aku melihat penampilanku di kaca toilet wanita, sedikit memoleskan lipstik yang mulai luntur di bibir. Suara ******* dari bilik toilet benar-benar membuatku kesal, aku tau ini club malam yang sudah pasti bebas tapi setidaknya kalau ingin berhubungan badan itu modal sewa ruangan, toh disini juga sudah disediakan, menjijikkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Yuni Aqilla
aku mampir thor
2022-11-05
0