WARNING 18+ !
Before reading this story, make sure you are over the age of 18.
Please if you want to blaspheme the main character in this story, there will be no improvement in the characteristics that each main character is good at.
‘Sweet Like The Devil’ is a story that is far from the good children who live here. I want you to leave this story if it is not to your liking.
Thank you
Tidak biasanya mobil milik ibu berada di rumah siang ini, kebetulan hari ini aku mendapatkan libur kerja, sejak pagi aku hanya tidur tapi saat bangun dan melihat dari jendela lantai dua aku melihat mobil ibu berada di depan rumah. Seharusnya wanita itu berada di kantor untuk bekerja, pergi pagi pulang tengah malam, selalu seperti itu, dia lebih cocok disebut sebagai tuan penyewaan rumah ketimbang seorang ibu yang memiliki satu anak.
Tiba-tiba pintu kamarku yang ada di lantai dua diketuk dari luar.
Tok tok tok
Aku menoleh dan menghampiri pintu kemudian membukanya, Ibu berada di ambang pintu kamarku sambil menyunggingkan senyuman.
“Akan ada tamu yang ingin bertemu denganmu, ibu harap kamu memakai pakaian yang sopan.” Kalimat panjang yang membuatku berspekulasi banyak hal.
“Baik.” Tidak ada yang ingin aku tanyakan padanya, aku tidak mau berbicara banyak hal dengannya juga.
Ibu kembali menuruni tangga menuju ke lantai satu dan aku memutuskan untuk mandi sesuai permintaan ibu. Aku tidak tau baju sopan yang seperti apa yang diinginkan ibu untuk aku pakai, pilihanku hanya jatuh pada hoodie milik Michael dan celana jeans panjang. Aku pikir ibu ingin aku memakai pakaian yang tidak terbuka seperti saat aku membukakan pintu untuknya, dimana aku hanya memakai tanktop tanpa bra dan hot pants.
Malam itu benar-benar ada tamu yang datang ke rumah, dari lantai dua aku melihat dua mobil mewah berhenti didepan rumah ini. Aku tidak tahu siapa mereka, apakah aku akan dijual oleh ibu, tapi sejahat-jahatnya orang, ibu tidak akan pernah melakukan itu padaku. Hingga ibu keluar bersamaan dengan laki-laki yang sepertinya adalah tuan dari semua pengawalnya, mereka terlihat sangat akrab, bahkan ibu memeluknya dengan manja.
Seperti dugaanku, panggilan ibu terdengar dan aku harus keluar dari kamarku sekarang. Aku menuruni tangga dan tersenyum manis padanya, laki-laki paruh baya dan pasti lebih tua dari ibuku.
Kami bertiga duduk di meja makan, berbeda dari hari sebelum-sebelumnya, Ibu sangat manis, dia selalu memberikan senyuman sangat tulus padaku dan laki-laki itu.
“Viola, ini om Hades calon ayah kamu.” Ucapan itu sudah bisa aku pikirkan sebelumnya melihat kemesraan mereka berdua, tapi aku tidak yakin kalau laki-laki itu orang baik.
“Salam kenal Viola, om sudah dengar banyak hal tentangmu dari Iris, om harap kita bisa menjadi keluarga.”
“Iya om.” Aku hanya bisa memberikan senyuman dingin tidak nyaman, orang baru yang sebelumnya sama sekali tidak aku ketahui dan tiba-tiba memperkenalkan diri sebagai ayah baru ku, terlalu konyol.
Setelah kepergiannya, aku tidak menuntut apapun untuk ibu bicara dan menjelaskan semuanya, tapi ibu menghentikan langkahku saat aku akan menaiki lantai dua baru beberapa anak tangga saja.
“Ibu masih ingin bicara denganmu.”
Aku kembali duduk di meja makan berhadapan dengan ibu, meja ini nampak sangat dingin seperti diselimuti salju tebal di kutub utara. Hubungan kami tidak sebaik itu untuk ibu mengatakan banyak hal apalagi ibu menanyakan bagaimana perasaanku.
“Ibu akan segera menikah om Hades, dia akan menjadi ayahmu nantinya. Kamu juga harus pergi bersama ibu pindah rumah.”
Namun kalimat terakhir ibu membuatku sangat tidak setuju, walaupun ibu menikah, silahkan saja tapi aku bisa tinggal sendirian di rumah ini seperti sebelum-sebelumnya.
“Jika ibu ingin menikah, menikahlah, aku tidak akan melarang, tapi aku tidak bisa tinggal dengan ibu lagi.”
“Lalu kamu akan tinggal dimana? Rumah ini sudah di sewakan kepada orang baru dan mereka akan segera pindah.”
“Kenapa ibu selalu memutuskan apapun sendirian? Aku juga penghuni di sini, harusnya ibu juga memberitahuku sebelumnya.”
“Kita tidak sedekat itu, rumah ini atas nama ibu jadi ibu berhak melakukan apapun. Ibu hanya ingin kehidupan yang terbaik untukmu, kamu bisa sekolah di seni seperti yang kamu impikan sebelumnya.”
“Aku masih bisa mencari uang sendiri untuk biaya sekolahku.”
“Apakah cukup? Jika kamu sekolah seharusnya kamu sibuk sekolah, bukannya bekerja pagi hingga sore, malam masih keluyuran tidak jelas. Kamu bukan seperti Viola anak ibu, sebenarnya apa yang ada dalam otakmu sekarang, ibu mendapatkan kabar dari sekolahmu satu tahun yang lalu kalau nilaimu anjlok, ibu tidak pernah protes karena ibu pikir kamu lelah belajar. Beasiswamu memang dicabut waktu itu dan ibulah yang menanggung biaya sekolahmu saat tahun terakhir.”
Sebuah kabar yang tidak pernah aku ketahui sebelumnya, aku tidak pernah berpikir kalau ibu akan tau mengenaiku, aku juga tidak pernah berpikir kalau ternyata ibu membiayai sekolahku.
“Baiklah aku akan ikut dengan ibu.”
“Terimakasih sudah mengerti.”
Aku hanya mengangguk walaupun dalam hatiku ingin berteriak tidak terima, Aku kembali masuk ke kamar dengan perasaan yang kacau. Mengambil sebungkus rokok yang aku sembunyikan di laci meja belajar, tanpa berpikir panjang jika bau kamarku akan penuh rokok, aku menyalakannya sambil membuka jendela kamar, menghisapnya. Nafasku bergerak berantakan, aku tidak bisa menangis atau marah, menggumpal menjadi satu di kepala, tidak bisa memberontak ataupun protes.
Seakan seperti memiliki ikatan batin yang kuat, telepon masuk dari Michael mengalihkan ruang kosong pandanganku.
“Halo.” Suara khawatir terdengar di telingaku, entah apa yang terjadi padanya, aku juga tidak tahu.
“Halo.”
“Aku melihat tayangan di televisi, berita pernikahan antara pemilik Cystenian Group dengan Iristya Persephone, bukankah dia ibumu. Maaf, tapi apa kamu baik-baik saja?.”
“Ternyata dia sekaya itu.”
“Aku akan kerumahmu sekarang.”
“Aku ingin sendiri dan apa yang kamu lihat memang benar.”
Aku menutup panggilan telepon dari Michael, memutuskan untuk sendiri terlebih dahulu walaupun Michael tidak akan mungkin membiarkanku sendiri, dia pasti akan tetap datang walaupun hanya saling diam.
Beberapa menit kemudian, seperti dugaanku bahwa Michael pasti akan datang, dia berdiri diambang pintu dan langsung masuk saat melihatku tengah merokok di dalam kamar. Dia menutup pintu kamarku kembali dan membawaku ke dalam pelukannya.
“You ok?.” Suara nya sangat lembut khawatir padaku.
Aku hanya mengangguk dalam pelukannya, kedatangan Michael sebagai teman untuk saling diam. Aku membaringkan kepalaku di pahanya, dia seakan telaten mengusap rambut panjangku dengan penuh kasih sayang.
“Jika kamu ingin cerita, maka ceritakanlah, aku hanya akan mendengarkan.”
Mataku kosong menatap langit-langit kamar.
“Aku akan pindah tinggal dengan keluarga baru ibuku.”
“Apa?.” Michael nampak sangat terkejut dengan ucapanku.
“Aku ingin tinggal disini sendirian kalau memang ibu menikah kembali, lagipula aku sudah dewasa dan aku sudah bisa bekerja. Tapi apa kamu ingat saat aku mendapatkan peringatan beasiswaku akan dicabut, beasiswa itu benar-benar dicabut dan ibuku lah yang membiayai seluruh biaya sekolahku di tahun terakhir. Sekarang aku berhutang budi padanya lebih besar dari yang aku kira, dia masih peduli padaku walaupun kami sama sekali tidak berbincang.”
“Apapun keputusanmu, aku harap kamu selalu bahagia, ambil sisi positifnya, kita masih bisa memberi kabar walaupun jarak jauh.”
“Aku akan sering kemari, kamu adalah keluargaku satu-satunya Michael.”
Michael tersenyum padaku dengan tulus.
Terimakasih sudah mengikuti cerita ini
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Yuni Aqilla
😢😢😢😢😢😢
2022-11-05
0