Suami Culun Pilihan Orang Tua
Di sebuah ruangan bernuasa putih, tampak seorang wanita cantik sedang menelpon seseorang. Raut wajahnya terlihat gelisah dengan kedua kakinya terus berjalan mondar-mandir di sekitar kamarnya.
"Kenapa Miko tidak mengangkat telponku? Bukankah hari ini jadwal fitting baju pengantin?" Melodi mencoba menelpon tunangannya lagi. Sudah 5 kali Melodi menelpon tapi tidak ada tanda-tanda sambungan teleponnya diangkat.
Tok! Tok! Tok!
"Masuk," ucap Melodi dan pintu kamarnya terbuka dari luar.
"Maaf nona muda, Tuan besar ingin berbicara sesuatu," ucap Bibi Lesti.
"Baiklah bi, dimana papa sekarang?"
"Tuan menunggu di ruang keluarga. Sekalian mau mengajak nona ke suatu tempat."
"Okey, sebentar lagi aku akan turun ke bawah. Aku ingin mengabarkan tunanganku dulu."
"Maaf nona, tuan besar tidak ingin menunggu lama. Ada hal penting untuk dibicarakan." jawab Bibi Lesti sopan.
Melodi hanya menghela nafas kasar saat mendengar perkataan Bibi Lesti sesuai perintah papanya.
"Baiklah, aku pergi sekarang." Melodi menutup sambungan panggilannya dan menyimpan ponsel di dalam sakunya. Ia mengikuti langkah kaki Bibi Lesti menuruni anak tangga.
Dari kejauhan, Melodi mengerutkan keningnya merasa binggung disaat melihat kedua orang tuanya tampak sedih.
"Mama, Papa, kenapa kalian terlihat sedih? Apa yang terjadi?" tanya Melodi yang menghentikan langkah kakinya di hadapan kedua orang tuanya.
Siska mengangkat kepalanya ke atas saat melihat kehadiran anak semata wayangnya tampak heran melihat dirinya dan suaminya yang terlihat sedih.
"Melodi, mama dan papa ingin bicara sesuatu yang sangat penting," ucap Siska pelan.
"Iya ma, bisa katakan saja agar aku tidak merasa penasaran." sahut Melodi seraya menjatuhkan dirinya di atas sofa dan menatap mama dan papa duduk di hadapannya.
"Mama dan papa melihat berita di TB tentang kecelakaan beruntun di jalan S."
"Lalu?"
"Ada wajah Miko yang bersumpah darah dalam berita itu."
Melodi semakin tak mengerti dengan perkataan kedua orang tuanya, ada rasa takut akan kehilangan tunangannya tapi ia masih berpikir positif.
"Maksud mama apa? Melodi tidak mengerti dan mungkin saja ada pria yang memiliki wajah mirip dengan Miko."
Max yang sedari tadi diam dengan menahan air mata, ia turun bicara untuk menjelaskannya.
"Kata mama kamu itu benar nak, Papa mendapat panggilan dari kedua orang tua Miko kalau mereka berada di rumah sakit. Miko termasuk korban kecelakaan beruntun itu--" perkataan Max terhenti disaat Melodi memotong pembicaraannya.
"Jadi, maksud papa dan mama benar kalau Miko mengalami kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit?" tanya Melodi dengan ekspresi wajah binggung menjadi khawatir dan kedua orang tuanya mengangguk menjawab perkataannya.
"Bagaimana kondisi Miko sekarang?" tanya Melodi lagi.
"Papa mau mengajak kamu menjengguk Miko di rumah sakit? Biar kamu bisa melihat sendiri bagaimana kondisinya." jawab Max.
Pikiran Melodi berkelana kemana-mana, dalam hatinya ada rasa takut kehilangan yang terdalam. Apalagi ia sangat memahami kondisi kecelakaan beruntun di jalan raya pusat kota Jakarta itu sangat membahayakan dan memakan korban jiwa. Tapi, Melodi tetap berpikir positif saja, ia percaya Miko tidak akan tega meninggalkannya. Miko sangat mencintainya dan mereka dua bulan lagi akan menikah.
Melodi dan kedua orang tuanya pergi ke rumah sakit. Di sepanjang perjalanan, mobil melewati jalan raya yang pagi tadi mengalami kecelakaan beruntun. Walaupun kondisi jalan sedikit macet dan diamankan beberapa polisi untuk pengguna kendaraan agar tidak melewati bekas pecahan kaca mobil dan bodi mobil yang jatuh berserakan di jalanan.
Melodi menatap ke sekeliling jalan raya itu yang menjadi tempat kecelakaan tunangannya.
"Pantas saja, Miko tidak mengangkat telponku. Ternyata dia mengalami kecelakaan. Semoga kamu baik-baik saja, Miko. Aku tidak mau kehilanganmu selama-lamanya." kata Melodi dalam hati.
Dua jam kemudian, mobil yang ditumpangi oleh Melodi dan kedua orang tuanya telah terparkir rapi di rumah sakit.
"Dimana ruangan Miko, Ma, Pa? Aku tidak sabar untuk menjengguknya," ucap Melodi yang telah turun dari mobil dan langkah kakinya mengikuti kedua orang tuanya.
"Tunggu saja, sebentar lagi kita akan sampai di ruangannya." imbuh Siska tanpa menoleh ke arah Melodi yang berjalan di sebelahnya.
Melodi hanya mengangguk mengiyakan perkataan mama Siska dan ia melirik sekilas ke arah Papa Max yang menahan air matanya.
"Papa, kenapa menangis? apakah ada sesuatu yang disembunyikan?" tanya Melodi tapi tak mendapat jawaban apapun dari Papa Max.
Melodi yang terus berjalan melewati koridor ruangan rumah sakit hingga langkah kakinya mendekati ruangan belakang rumah sakit yang biasanya digunakan sebagai ruangan otopsi dan ruangan kamar mayat.
"Kenapa aku diajak melewati ruangan ini? Apa sebenarnya yang terjadi?" tanya Melodi dalam hati. Kemudian, Melodi mengikuti langkah kaki Papa Max memasuki ruangan kamar mayat.
Melodi sempat tercengang melihat seluruh keluarga Miko berkumpul di dalam ruang kamar mayat dan mendekati tubuh seseorang yang tertutupi oleh kain putih. Melodi mendengar isakkan tangis oleh kedua orang tua Miko yang memanggil nama anaknya.
Seketika detak jantung Melodi berhenti berdetak, atmosfer sekitar terasa sempit untuk menghirup oksigen di sekitarnya. Dengan memantapkan hatinya, Melodi berjalan mendekati mayat itu untuk memastikan pikirannya ada yang salah. Ia membuka kain putih yang menutupi wajah seseorang yang ternyata seorang pria yang sangat dikenalinya.
"Mi-miko," ucap Melodi terbata-bata.
Tubuhnya terasa lemas untuk menahan kedua kakinya agar tetap berdiri kokoh. Ia menggeleng pelan kepalanya tidak percaya dengan semua kenyataan pahit ini.
Ternyata seseorang yang berbaring kaku di atas brankas kamar mayat itu adalah tunangannya -- Miko. Pria yang sangat ia cintai dan dua bulan lagi menjadi suaminya. Tapi, takdir sedang mempermainkannya sekarang. Melodi ditinggalkan oleh tunangannya selama-lamanya.
"Miko! Miko bangun! Bangun sayang, hiks..."
"Jangan tinggalin aku, Miko!"
"Kamu janji akan selalu bersamamu, Miko. Tapi, nyatanya apa? Kamu tidak menepati janjimu, hiks... hiks..." Isak tangis Melodi pecah dikala Miko telah tiada.
Melodi menggoyang pelan bahu Miko untuk membangunkannya dari tidur panjangnya. Ia menatap wajah pucat Miko dengan kedua mata terpejam dan luka jahitan di bagian kepalanya.
"Ayo bangun Miko! Bangun! Kamu pasti bisa melewati cobaan ini! Aku percaya kamu pasti hidup, hiks... hiks..."
"Melodi harus sabar ya nak, Ikhlaskan saja Miko agar tenang di alam sana." bujuk mama Miko -- Kesi.
Melodi menggeleng tidak setuju, ia tidak mau kehilangan pria yang sangat ia cintai.
"Tidak Tante, Miko masih hidup. Miko tidak akan pernah ninggalin aku, hiks..."
Melodi menyenderkan kepalanya di bagian bahu Miko. Ia memeriksa detak jantungnya sudah tak berjalan mulus. Hal itu membuat Melodi semakin menangis histeris saat meratapi kepergian tunangannya -- Miko selama-lamanya.
"Tolong, bangun Miko! Aku sangat mencintaimu. Kecelakaan ini bukanlah kabar buruk tentang kepergianmu. Aku akan menunggumu sampai kapan pun." lirih Melodi pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Nendah Wenda
gak kebayang sakitnya jadi dia
2024-02-28
0
Vitamincyu
...
2023-11-30
0
𝒮🍄⃞⃟Mѕυzу᭄
.
2023-11-25
0