NovelToon NovelToon

Suami Culun Pilihan Orang Tua

Part 1 Kabar Buruk Membawa Luka

Di sebuah ruangan bernuasa putih, tampak seorang wanita cantik sedang menelpon seseorang. Raut wajahnya terlihat gelisah dengan kedua kakinya terus berjalan mondar-mandir di sekitar kamarnya.

"Kenapa Miko tidak mengangkat telponku? Bukankah hari ini jadwal fitting baju pengantin?" Melodi mencoba menelpon tunangannya lagi. Sudah 5 kali Melodi menelpon tapi tidak ada tanda-tanda sambungan teleponnya diangkat.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk," ucap Melodi dan pintu kamarnya terbuka dari luar.

"Maaf nona muda, Tuan besar ingin berbicara sesuatu," ucap Bibi Lesti.

"Baiklah bi, dimana papa sekarang?"

"Tuan menunggu di ruang keluarga. Sekalian mau mengajak nona ke suatu tempat."

"Okey, sebentar lagi aku akan turun ke bawah. Aku ingin mengabarkan tunanganku dulu."

"Maaf nona, tuan besar tidak ingin menunggu lama. Ada hal penting untuk dibicarakan." jawab Bibi Lesti sopan.

Melodi hanya menghela nafas kasar saat mendengar perkataan Bibi Lesti sesuai perintah papanya.

"Baiklah, aku pergi sekarang." Melodi menutup sambungan panggilannya dan menyimpan ponsel di dalam sakunya. Ia mengikuti langkah kaki Bibi Lesti menuruni anak tangga.

Dari kejauhan, Melodi mengerutkan keningnya merasa binggung disaat melihat kedua orang tuanya tampak sedih.

"Mama, Papa, kenapa kalian terlihat sedih? Apa yang terjadi?" tanya Melodi yang menghentikan langkah kakinya di hadapan kedua orang tuanya.

Siska mengangkat kepalanya ke atas saat melihat kehadiran anak semata wayangnya tampak heran melihat dirinya dan suaminya yang terlihat sedih.

"Melodi, mama dan papa ingin bicara sesuatu yang sangat penting," ucap Siska pelan.

"Iya ma, bisa katakan saja agar aku tidak merasa penasaran." sahut Melodi seraya menjatuhkan dirinya di atas sofa dan menatap mama dan papa duduk di hadapannya.

"Mama dan papa melihat berita di TB tentang kecelakaan beruntun di jalan S."

"Lalu?"

"Ada wajah Miko yang bersumpah darah dalam berita itu."

Melodi semakin tak mengerti dengan perkataan kedua orang tuanya, ada rasa takut akan kehilangan tunangannya tapi ia masih berpikir positif.

"Maksud mama apa? Melodi tidak mengerti dan mungkin saja ada pria yang memiliki wajah mirip dengan Miko."

Max yang sedari tadi diam dengan menahan air mata, ia turun bicara untuk menjelaskannya.

"Kata mama kamu itu benar nak, Papa mendapat panggilan dari kedua orang tua Miko kalau mereka berada di rumah sakit. Miko termasuk korban kecelakaan beruntun itu--" perkataan Max terhenti disaat Melodi memotong pembicaraannya.

"Jadi, maksud papa dan mama benar kalau Miko mengalami kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit?" tanya Melodi dengan ekspresi wajah binggung menjadi khawatir dan kedua orang tuanya mengangguk menjawab perkataannya.

"Bagaimana kondisi Miko sekarang?" tanya Melodi lagi.

"Papa mau mengajak kamu menjengguk Miko di rumah sakit? Biar kamu bisa melihat sendiri bagaimana kondisinya." jawab Max.

Pikiran Melodi berkelana kemana-mana, dalam hatinya ada rasa takut kehilangan yang terdalam. Apalagi ia sangat memahami kondisi kecelakaan beruntun di jalan raya pusat kota Jakarta itu sangat membahayakan dan memakan korban jiwa. Tapi, Melodi tetap berpikir positif saja, ia percaya Miko tidak akan tega meninggalkannya. Miko sangat mencintainya dan mereka dua bulan lagi akan menikah.

Melodi dan kedua orang tuanya pergi ke rumah sakit. Di sepanjang perjalanan, mobil melewati jalan raya yang pagi tadi mengalami kecelakaan beruntun. Walaupun kondisi jalan sedikit macet dan diamankan beberapa polisi untuk pengguna kendaraan agar tidak melewati bekas pecahan kaca mobil dan bodi mobil yang jatuh berserakan di jalanan.

Melodi menatap ke sekeliling jalan raya itu yang menjadi tempat kecelakaan tunangannya.

"Pantas saja, Miko tidak mengangkat telponku. Ternyata dia mengalami kecelakaan. Semoga kamu baik-baik saja, Miko. Aku tidak mau kehilanganmu selama-lamanya." kata Melodi dalam hati.

Dua jam kemudian, mobil yang ditumpangi oleh Melodi dan kedua orang tuanya telah terparkir rapi di rumah sakit.

"Dimana ruangan Miko, Ma, Pa? Aku tidak sabar untuk menjengguknya," ucap Melodi yang telah turun dari mobil dan langkah kakinya mengikuti kedua orang tuanya.

"Tunggu saja, sebentar lagi kita akan sampai di ruangannya." imbuh Siska tanpa menoleh ke arah Melodi yang berjalan di sebelahnya.

Melodi hanya mengangguk mengiyakan perkataan mama Siska dan ia melirik sekilas ke arah Papa Max yang menahan air matanya.

"Papa, kenapa menangis? apakah ada sesuatu yang disembunyikan?" tanya Melodi tapi tak mendapat jawaban apapun dari Papa Max.

Melodi yang terus berjalan melewati koridor ruangan rumah sakit hingga langkah kakinya mendekati ruangan belakang rumah sakit yang biasanya digunakan sebagai ruangan otopsi dan ruangan kamar mayat.

"Kenapa aku diajak melewati ruangan ini? Apa sebenarnya yang terjadi?" tanya Melodi dalam hati. Kemudian, Melodi mengikuti langkah kaki Papa Max memasuki ruangan kamar mayat.

Melodi sempat tercengang melihat seluruh keluarga Miko berkumpul di dalam ruang kamar mayat dan mendekati tubuh seseorang yang tertutupi oleh kain putih. Melodi mendengar isakkan tangis oleh kedua orang tua Miko yang memanggil nama anaknya.

Seketika detak jantung Melodi berhenti berdetak, atmosfer sekitar terasa sempit untuk menghirup oksigen di sekitarnya. Dengan memantapkan hatinya, Melodi berjalan mendekati mayat itu untuk memastikan pikirannya ada yang salah. Ia membuka kain putih yang menutupi wajah seseorang yang ternyata seorang pria yang sangat dikenalinya.

"Mi-miko," ucap Melodi terbata-bata.

Tubuhnya terasa lemas untuk menahan kedua kakinya agar tetap berdiri kokoh. Ia menggeleng pelan kepalanya tidak percaya dengan semua kenyataan pahit ini.

Ternyata seseorang yang berbaring kaku di atas brankas kamar mayat itu adalah tunangannya -- Miko. Pria yang sangat ia cintai dan dua bulan lagi menjadi suaminya. Tapi, takdir sedang mempermainkannya sekarang. Melodi ditinggalkan oleh tunangannya selama-lamanya.

"Miko! Miko bangun! Bangun sayang, hiks..."

"Jangan tinggalin aku, Miko!"

"Kamu janji akan selalu bersamamu, Miko. Tapi, nyatanya apa? Kamu tidak menepati janjimu, hiks... hiks..." Isak tangis Melodi pecah dikala Miko telah tiada.

Melodi menggoyang pelan bahu Miko untuk membangunkannya dari tidur panjangnya. Ia menatap wajah pucat Miko dengan kedua mata terpejam dan luka jahitan di bagian kepalanya.

"Ayo bangun Miko! Bangun! Kamu pasti bisa melewati cobaan ini! Aku percaya kamu pasti hidup, hiks... hiks..."

"Melodi harus sabar ya nak, Ikhlaskan saja Miko agar tenang di alam sana." bujuk mama Miko -- Kesi.

Melodi menggeleng tidak setuju, ia tidak mau kehilangan pria yang sangat ia cintai.

"Tidak Tante, Miko masih hidup. Miko tidak akan pernah ninggalin aku, hiks..."

Melodi menyenderkan kepalanya di bagian bahu Miko. Ia memeriksa detak jantungnya sudah tak berjalan mulus. Hal itu membuat Melodi semakin menangis histeris saat meratapi kepergian tunangannya -- Miko selama-lamanya.

"Tolong, bangun Miko! Aku sangat mencintaimu. Kecelakaan ini bukanlah kabar buruk tentang kepergianmu. Aku akan menunggumu sampai kapan pun." lirih Melodi pelan.

Part 2 Rencana Menikahkan Melodi

Setelah kepergian Miko dari kehidupan Melodi, hidup Melodi terasa hampa dan Melodi tampak terlihat murung di dalam kamarnya. Tidak ada canda tawa yang menghiasi rumah mewah kedua orang tuanya.

Melainkan, kedua orang tuanya tampak khawatir dengan kondisi anak gadisnya yang tidak ingin berbicara apapun dengan mereka. Melodi terlihat kurus dan jelek tak terawat. Ia jarang makan dan tidak mau mandi. Semua aktivitas hidupnya selalu mengandalkan pembantu yang mengurusi Melodi.

Melodi yang berusia 23 tahun dan memiliki usaha di bidang fashion yang terkenal hampir bangkrut karena pemiliknya terlihat depresi atas meninggalnya tunangannya. Terakhir, Melodi berbicara dengan kedua orang tuanya tidak ikhlas melepaskan Miko disaat menghadiri tempat peristirahatan Miko. Setelah dari hari itu, Melodi hanya menangis dan termenung di dalam kamarnya.

Mama Siska yang tidak ingin usaha yang dibangun oleh anaknya dari kecil hingga besar dan terkenal memutuskan untuk mengambil alih perusahaan untuk diurusinya. Sementara Papa Max tetap fokus dengan perusahaannya di bidang batu bara.

"Melodi, mari kita makan nak. Biar mama siapin ya makanan kesukaanmu," ucap Mama Siska yang duduk di sofa berhadapan langsung dengan Melodi.

Melodi tak menghiraukan perkataan Mama Siska, ia hanya diam dengan tatapan kosong.

Siska hanya menghela nafas kasar saat melihat anaknya sedang tidak baik-baik saja.

Ia menyodorkan sendok yang berisi makanan di depan mulut Melodi," ucap Siska berusaha membujuk Melodi yang tampaknya diam saja.

"Melodi, kamu harus makan. Nanti kamu sakit, apa kamu tega melihat mama dan papa merasa sedih." perkataan Siska membuat Melodi tersadar dari dunianya sendiri yang selalu memikirkan penyesalan kehilangan tunangannya.

"Ayo nak, buka mulutnya.

"Iya ma." sahut Melodi dengan terpaksa membuka mulutnya untuk menerima suapan dari mamanya.

Melodi mengunyah makanan yang disuapi oleh mamanya, ia menatap wajah cantik mamanya yang tidak muda lagi. Ada raut wajah sedih dan lelah yang sepertinya mengkhawatirkan kondisi dirinya.

"Apa aku salah mengabaikan orang-orang yang menyayangiku? Aku hanya menginginkan Miko kembali padaku. Aku tidak ikhlas dengan kenyataan pahit ini." batin Melodi.

Setelah menghabiskan makan siangnya, Melodi mencegah mama Siska yang sepertinya sedang menahan nangis.

"Mama, jangan menangis. Maafin Melodi yang sering menyusahkan mama dan papa," ucap Melodi dengan tatapan sendunya.

Siska menggeleng pelan, ia tersenyum manis di depan anaknya.

"Mama baik-baik saja, nak. Mama harap kamu bisa mengikhlaskan Miko dan membuka lembaran hidupmu agar baik lagi. Mama tidak ingin kamu berlarut dalam kesedihan. Mama ingin kamu hidup bahagia." jelas Siska membuat Melodi tertegun. Ada rasa bersalah di benak hatinya, apalagi mendengar perkataan mamanya memberikan pukulan keras pada Melodi.

Melodi tidak mau membuat orang-orang di sekitarnya merasa sedih dengan kondisinya. Ia harus bangkit dari keterpurukannya, ia harus menata masa depannya agar lebih baik.

"Baik ma, aku akan mengikhlaskan kepergian Miko. Aku janji tidak akan membuat mama sedih lagi. Aku akan belajar melupakan Miko dan menata hidupku lagi. Aku sadar dengan meratapi masa lalu itu dapat merugikan diri sendiri. Sebelum aku semakin sedih, mengikhlaskan lebih baik yang harus aku lakukan." Melodi memejamkan kedua matanya sejenak, ia menenangkan hatinya untuk melawan rasa egonya yang tidak ingin melupakan tapi ia masih waras untuk membasmi rasa keegoisan itu.

"Terima kasih Ma sudah merawatku dan tetap sabar untuk memberi semangatku." lanjut Melodi membuat Mama Siska tersenyum lebar mendengar perkataan anaknya.

***

Di makan malam hari ini terasa berbeda dibandingkan 2 minggu lalu. Adanya kehadiran Melodi yang ikut bergabung makan malam bersama kedua orang tuanya membuat mereka terlihat keluarga harmonis dan bahagia.

Lihatlah, Melodi terlihat cerewet dan suka makan seperti dulu. Mama Siska dan Papa Max tersenyum bahagia melihat perubahan sikap anaknya.

Papa Max menyenggol tangan Mama Siska, Mama Siska yang sedang berbicara dengan Melodi langsung berhenti.

"Kenapa Pa? Apa mau tambah lauk udang bakal lagi?" tanya Mama Siska menoleh ke arah Papa Max.

"Sekalian Papa mau nambah nasi juga, Ma. Masakan mama kan enak, makanya nafsu makan Papa meningkat." celetuk Melodi disela memakan makanannya.

"Bisa jadi begitu, kalau begitu mama tambahin ya." Mama Siska menggeserkan posisi duduknya untuk mengambil piring Papa Max tapi dicegah langsung oleh Papa.

"Tidak usah, Papa sudah kenyang." jawab Papa Max.

"Oh Papa mau minta tambah dedek lagi ma biar Melodi punya teman." sahut Melodi yang mulai kumat berbicara sembarangan membuat Mama Siska menatap tajam ke arah dirinya.

"Hehehe.... Bercanda Ma. Jangan marah dong nanti cepat tua." Melodi menyenggir kuda untuk menghindari sorot mata elang dari Mama Siska.

"Sudahlah Ma, jangan dimasukkan ke dalam hati nanti kalau di masukkan ke dalam hati mau lagi tambah dedek bayi, hehehe...."

"Kalian sungguh terlalu." balas Mama Siska.

Melodi tersenyum senang melihat mamanya tampak kesal.

"Memang kenyataannya Ma, Melodi merasa kesepian. Untung saja ada anak gadis bibi Lesti yang mau berteman dengan Melodi. Kalau teman di kampus ada maunya saja berteman dengan Melodi. Coba saja kalau gak ada maunya, mana mau temanan sama Melodi."

"Kesian," ucap Mama Siska dan Papa Max secara bersamaan.

"Ya maklumi saja, aku calon pengusaha sukses jadi banyak iri/dengki karena tak mampu tersaingi."

"Aamiin, Melodi memang sudah sukses kok buktinya bisa mendirikan perusahaan fashion sendiri. Selain itu, sudah banyak yang tahu dengan brand fashionmu." sahut Mama Siska sembari meneguk habis air putih di dalam gelas.

"Alhamdulillah, kalau aku sudah sukses, sekian dan terima kasih."

"Iya sama-sama, jangan lupa sombong." Papa Max menyerahkan piring kotor milik dirinya dan istrinya pada Melodi.

Melodi mengerutkan keningnya merasa binggung dengan perkataan papanya itu. Apalagi melihat bekas makanan di dalam piring kotor itu membuat dirinya merasa jijik.

"Kenapa piring kotor mama dan papa diserahkan padaku? Bukankah ada bibi Lesti dan anaknya yang bersihin," ucap Melodi.

"Sudahlah, kamu bawa saja Melodi. Kamu kan sudah besar dan sukses. Sudah waktunya kamu belajar tentang memasak dan membereskan rumah."

"Tapi Pa, Melodi gak mau. Jijik tahu membawa piring kotornya." tolak Melodi.

"Ya sudah, kalau begitu mobil kesayangan kamu papa tarik."

"Kok Papa jadi jahat sama Melodi?"

"Karena Papa mau mendidik kamu menjadi wanita sukses dalam segala bidang apapun. Papa mau kamu serba bisa dan dapat diandalkan dalam segala hal."

"Termasuk tentang memasak dan bersih rumah begitu?" tanya Melodi dengan selidik karena sudah dipastikan perkataan Papa Max tampak serius.

"Benar sekali, anak Papa yang pintar dan mengerti maksud Papa. Kalau kamu sudah tahu, siapkan mentalmu karena papa akan memiliki rencana untuk menikahkan kamu dengan anak dari rekan bisnis Papa." perkataan Papa Max diakhir kalimat membuat kedua bola mata Melodi membulat dengan sempurna.

"Apa? Papa mau menikahkan aku dengan anak dari rekan bisnis Papa?" tanya Melodi dijawab anggukan oleh Papa Max.

Part 3 Perjodohan

Di kediaman orang tua Melodi, menerima kedatangan tamu dari rekan kerja Papa Max. Suasana rumah mewah terlihat ramai akan rencana perjodohan Melodi dengan pria asing menjadi suami pilihan orang tuanya.

Melodi yang masih berada di dalam kamarnya, ia menatap pantulan dirinya di depan kaca rias. Wajahnya terlihat cantik dengan polesan make up tipis dengan balutan gamis brukat berwarna pink yang senada dengan hijab pashminanya. Melodi memilih mengenakan hijab saja karena adanya acara penting bagi agama Islam wajib menggunakan hijab seperti saat ini. Walaupun dirinya belum Istiqomah berhijab dan belum tertarik berhijab sama seperti mamanya yang mengumbar aurat bukan berarti menjadi bahan rasisme.

Melodi menghela nafas kasar saat melihat dirinya dipaksa oleh orang tuanya untuk berkenalan dengan anak rekan bisnis papanya.

"Huh, apakah aku harus bertemu dengan pria asing yang nantinya menjadi suamiku? Kenapa Papa dan Mama terburu-buru mencarikan pengganti tunanganku dan tetap meneruskan acara pernikahanku yang gagal itu? Calon suamiku telah tiada, lalu aku harus menikah dengan pria lain di hari pernikahanku sesuai dengan undangan yang tersebar?"

"Apa Papa dan Mama malu dengan kata orang-orang mengenai anak gadisnya gagal menikah karena ditinggal mati oleh tunangannya. Huh, menyebalkan sekali!" gerutu Melodi dengan memolesi blush on di wajahnya agar lebih cetar dan cantik.

Tok! Tok! Tok!

"Nona muda! Teman Tuan besar sudah datang!" ucap Bibi Lesti sambil mengetuk pintu kamar Melodi.

"Iya bi, tunggu sebentar. Aku akan segera kesana." sahut Melodi sedikit berteriak. Dirapikannya alat make up di atas meja rias dan dilihatnya wajahnya yang terlihat cantik yang sempurna.

"Aku cantik, baiklah sudah saatnya aku menemui mereka." Melodi bangun dari duduknya dan ia berjalan menghampiri pintu kamar untuk keluar dari kamar.

Dari kejauhan, Melodi melihat samar-samar suara sedang bercanda. Ia mempercepat langkah kakinya mendekati mereka.

"Hai semua! Maaf menggangguku terlalu lama," ucap Melodi yang telah berdiri di hadapan mereka.

Mama Siska menoleh ke arah Melodi yang tersenyum manis.

"Melodi, ayo duduk saja disini. Mama sama Papa mau kenalin kamu sama anak rekan bisnis papamu."

Melodi mengangguk setuju dan duduk di sofa uang berada di sebelah kiri mamanya. Ia menatap ke arah seorang pria tampan tapi berpakaian culun dengan kacamata bulat tebalnya.

"Apakah dia yang akan menjadi suami pilihan orang tuaku? Tapi, kenapa aku lihat pria ini tidak ada gaya hidup kaya dan mewahnya. Sungguh, menjijikan sekali, mana bisa aku tertarik dengan pria culun seperti dia." batin Melodi dengan tatapan mata ke arah pria culun itu.

Pria culun yang merasa ditatap secara intens oleh seorang wanita cantik berpakaian muslim membuat dirinya merasa salah tingkah. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain untuk menghindari tatapan mata Melodi.

"Cantik sekali wanita itu, aku lihat dia wanita Soleha. Aku jadi merasa tidak percaya diri untuk hidup bersamanya setelah menikah nanti." kata Alex dalam hati.

"Baiklah, bisa kita mulai pembicaraannya," ucap Papa Max pada keluarga Rizo yang mengangguk mengiyakan perkataannya.

"Perkenalkan wanita cantik ini anak gadisku, namanya Melodi Alexander. Lulusan S2 Ilmu komunikasi, pekerjaannya sebagai pengusaha di bidang fashion. Anakku masih jomblo karena belum bisa mencari pengganti tunangannya yang meninggal 2 bulan lalu. Lalu, apakah ada yang ingin ditanyakan." jelas Papa Max sedang mempromosikan Melodi yang hanya mengelus dada karena semua identitasnya menjadi bahan topik pembicaraan.

"Saya Pak," ucap Alex dengan senyuman canggungnya.

"Jangan panggil saya bapak yang terdengar formal, cukup panggil papa saja biar saling dekat dan nyaman." perkataan Papa Max membuat wajah Alex merah merona.

"Papa sudah mendengar cerita dari papamu kalau kamu juga lulusan S2 dan merintis karier bisnis di bidang kuliner. Ya, walaupun saya tahu kamu bekerja sebagai sekretaris di kantor pemerintahan perikanan."

"Iya Pak, eh maaf maksud saya papa. Saya ingin menabung uang untuk mengumpulkan modal membuka perusahaan. Saya tidak ingin merepotkan kedua orang tua saya karena banyak mengeluarkan biaya untuk saya."

Melodi hanya cuek bebek mendengar perkataan pria culun -- Alex yang sepertinya mencari simpati pada kedua orang tuanya.

"Melodi, kamu ingin menanyakan sesuatu pada nak Alex?" tanya Papa Max pada Melodi yang terlihat diam saja.

"Ada Pa, satu pertanyaan saja. Boleh dijawab kalau mampu menjawab pertanyaanku kalau tidak bisa menjawab ya tidak apa-apa." jawab Melodi enteng.

Papa Max dan Mama Siska yang merasa tidak beres dengan anaknya itu. Mereka langsung memberikan tatapan tajam penuh arti. Sedangkan Melodi yang merasa ditatap tajam hanya biasa saja.

Alex tersenyum manis di hadapan Melodi.

"Iya boleh, silahkan Melodi," ucap Alex yang mendengar nama Melodi dari kedua orang tuanya.

"Kenapa kamu mau dijodohkan denganku? Apa tujuanmu dari perjodohan ini?" pertanyaan sarkas Melodi berhasil membuat senyuman Alex memudar dan tergantikan dengan senyuman kecut.

"Kenapa Melodi memberikan pertanyaan seperti itu padaku? Apa dia merasa ragu atas perjodohan ini?" tanya Alex dalam hati.

Melodi yang menunggu jawaban dari Alex yang hanya diam saja. Ia berniat meninggalkan kedua orang tuanya dan rekan bisnisnya.

"Kalau tidak bisa menjawab pertanyaanku, cukup abaikan saja. Aku permisi dulu, ada pekerjaan penting yang harus aku kerjakan." Melodi berdiri dari duduknya dan ia ingin meninggalkan ruang keluarga. Baru saja Melodi berjalan dua langkah, ia mendengar perkataan Alex.

"Karena aku tidak mampu menaklukkan satu wanita sebagai pendamping hidupku. Aku berharap dari rencana perjodohan ini aku bisa bertemu dengan jodohku. Tidak ada niat lain dariku karena aku ingin serius untuk mendapatkan seorang wanita untuk ku nikahi. Sekalipun, zaman sekarang bukanlah jalan Siti Nurbaya yang dijodoh-jodohkan. Tapi, pria culun dan baik sepertiku sulit menerima wanita baik dan serius untukku kecuali memerlukan bantuan perjodohan ini." jelas Alex terdengar jujur dan membuat Melodi sedikit tertegun.

Melodi menggeleng pelan untuk menghilangkan rasa simpatinya. Ia mensejahterakan posisi berdirinya di hadapan Alex yang berdiri di hadapannya setelah berhasil mencegah dirinya agar tidak pergi.

"Lalu, jika aku bukan wanita serius dan baik seperti yang kamu harapkan? Apa kamu mau menikahiku?" tanya Melodi secara spontan.

"Iya aku bersedia menikahimu, aku percaya kamu wanita baik-baik. Sebab, aku jatuh cinta pandangan pertama padamu." jawab Alex membuat kedua orang tuanya dan rekan bisnis papanya merasa senang dengan keseriusan Alex.

"Wah, luar biasa. Nak Alex, Papa rasa kamulah jodoh anak Papa. Papa harap kamu tidak akan menyakiti hati anak Papa dan menjaganya hingga akhir hayat nanti." mendengar perkataan Papa Max yang mendukung Alex agar menjadi suaminya membuat Melodi menjadi murka.

"Kenapa Papa dengan mudah mempercayai perkataan Pria culun itu tanpa melakukan introgasi lebih dalam? Apa Papa sedang bercanda?" tanya Melodi kesal.

"Sudahlah nak Alex, abaikan saja kata anakku itu. Mulutnya saja jahat, tapi hatinya bagaikan malaikat," ucap Papa Max sengaja mengabaikan perkataan Melodi.

"Mama, Papa itu kenapa?" Melodi merenggek pada Mama Siska.

"Sudahlah nak, terima saja Alex menjadi suamimu. Alex ini pria baik dan sopan. Mama bisa pastikan hidupmu akan bahagia setelah menikah dengannya." lagi-lagi perkataan Mama Siska membuat Melodi menatap kedua bola mata malas. Ia tidak ingin mengeluarkan perkataan tajamnya, lebih baik memilih pergi meninggalkan mereka dan tidak lupa menghentakkan kaki tidak setuju.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!