Kehidupan Di Kampung Dan Tetangga Yang Julid
Adzkia Almahyra, itu adalah namaku. Aku biasanya, dipanggil Adzkia atau Kia.
Adzkia baru saja lulus sekolah, di salah satu sekolah menengah kejuruan di kota. Sedangkan Adzkia sendiri, berasal dari kampung. Adzkia tinggal di kos-kosan di kota, selama sekolah di kota Adzkia hanya sesekali pulang ke kampungnya.
Oleh karena itu, setelah lulus Adzkia pulang terlebih dahulu ke kampungnya. Sebelum dia mendapat panggilan untuk bekerja di salah satu perusahaan, yang menjalin kerjasama dengan pihak sekolahnya di kota.
*
Adzkia sangat senang bisa kembali ke kampung halamannya, karena di sini tenang tidak seperti di kota berisik karena lalu lalang kendaraan. Udara disini juga sangat sejuk dan dingin, tidak juga seperti di kota berdebu dan panas. Akan tetapi, yang Adzkia tidak suka tinggal di kampung itu karena para tetangga-tetangganya di sini yang sibuk mengurusi kehidupan orang lain, seperti mereka sendiri tidak ada kerjaan.
"Kia.... tolong beliin mama telur ke warungnya buk Peni ki", 'perintah Wati mamanya Adzkia'.
"Ya ma, belinya berapa?", 'tanya Adzkia'.
"10rb, kamu ambil uang dalam lemari dekat televisi", 'jawab mama Adzkia'.
"Iya ma", 'jawab Adzkia juga'.
Adzkia pun berjalan ke warung milik buk Peni, yang tidak jauh dari rumahnya hanya jarak 3 rumah ke warung buk Peni.
"Buk, ada telur tidak buk", 'ucap Adzkia'
"Ada Adzkia, mau berapa?", 'tanya buk peni'.
"10rb buk", 'jawab Adzkia'.
"Bentar ya saya ambilin dulu", 'ucap buk peni'.
"Iya buk", 'jawab Adzkia'.
"Eh ada Adzkia, kamu kapan pulang dari kota?", 'tanya Bu Ari yang juga belanja di warung buk peni'.
"Kemaren buk", 'jawab Adzkia'.
"Hmmm... Kamu emangnya tidak kuliah Ki?", 'tanya Bu Ari lagi'.
"Tidak Bu", 'jawab Adzkia'.
"Kenapa Ki?, Apa kamu Tamat sekolah juga mau nikah kaya si Chintya itu?", 'tanya Bu Ari lagi'.
"Kalau tamat sekolah kamu mau langsung nikah, buat apa kamu jauh-jauh sekolah ke kota. Kalau ujung-ujungnya kamu nikah Ki, Ki", 'timpal Bu Rosma yang juga belanja di sana'.
"Terus kalau tidak kuliah, kamu mau ngapain Ki?", 'tanya Bu Nani juga'.
"Mau kerja rencana Bu", 'jawab Adzkia sopan'.
" Kamu mau kerja apa Adzkia tamat SMK, anak saya saja sarjana susah nyari kerja. Apalagi kamu yang hanya tamatan SMK, apa kamu juga mau pergi kerja di toko-toko gitu?", 'ucap Bu Rosma lagi'.
"Ya kerja apa saja Bu, yang penting halal", 'jawab Adzkia'.
"Sayang loh Ki, kamu tidak kuliah. Apalagi orang tua kamu mampu buat nguliahin kamu, dan kamu juga lulusan sekolah di kota", 'timpal Bu Peni, yang datang dari dalam membawa telur yng di beli adzkia'.
"Bu telur saya mana, saya buru-buru soalnya", 'tanya Adzkia yang sudah malas meladeni orang-orang di sana'.
"Ini Ki", 'jawab Bu Peni sembari memberikan kantong plastik yang berisi telur'.
"Ini ya Bu uangnya, saya duluan ya bu-ibu", 'ucap Adzkia'.
Adzkia pulang kerumahnya, dan dia masih mendengar ibu-ibu di sana masih memberikan dia. Tetapi, Adzkia tidak mempedulikan lagi apa yang di bicarakan oleh ibu-ibu di sana, dan dia lebih memilih pulang.
"Kenapa kamu lama amat Ki, beli telur doang", 'tanya Wati mama Adzkia'.
"Itu ma, tadi Kia ketemu ibu-ibu julid di sana
Ma. Makanya kia lama", 'jawab Adzkia'.
"Oooo, mereka mah emang di sana nongkrongnya pagi-pagi begini", 'ucap wati'.
"Iya ma, mereka seperti tidak ada kerjaannya saja", 'ucap Adzkia'.
"Yah itu Ki, kerjaan mereka sibuk mengurusi hidup orang lain", 'timpal mama'.
"Yasudah mama lanjut masak dulu ya", 'ucap mama Adzkia dan berlalu kearah dapur'.
"Kia bantuin ya ma", 'ucap Adzkia'.
"Tinggal dikit lagi Ki, kamu tolong sapuin rumah saja", 'ucap mama Adzkia'.
"Okeh ma", 'jawab Adzkia'.
Mama Adzkia pun kembali berjalan kearah dapur, sedangkan Adzkia mengambil sapu dan kemudian menyapu rumah dan juga halaman luar.
*
Sore harinya Adzkia bersama mamanya duduk di depan rumah, bersambil berbicara-bicara ringan.
"Ki, kamu beneran tidak mau kuliah?", 'tanya wati'.
"Tidak ma, Adzkia mau kerja saja. Biar bisa bantu mama sama papa", 'jawab Adzkia'.
"Kamu beneran Ki?, nanti kamu menyesal lagi tidak kuliah. Papa sama Mama bakal usahain kok uangnya, kalau kamu mau kuliah", 'tanya Wati lagi'.
"Iya beneran ma, yang mau kerja itu kia sendiri ma, pasti Adzkia tidak bakalan menyesali keputusan ini di kemudian hari", 'jawab Adzkia meyakini mamanya'.
"Sebenarnya mama dan papa pengen, anak mama ada yang kuliah dan menjadi sarjana. Dulu Abang kamu juga di suruh kuliah dia tidak mau, sekarang kamu juga tidak mau", 'ucap Wati sedih'.
"Ma, kesuksesan seseorang itu bukan di lihat dari dia kuliah atau tidaknya, bukan di lihat dari dia sarjananya. Tetapi di lihat dari kesungguhan dan kegigihan kita bekerja mah, toh banyak juga orang-orang di luar sana yang tidak kuliah bisa menjadi sukses kok", 'ucap Adzkia meyakinkan mamanya'.
"Tapi Ki, mama dan papa pengen salah satu dari kalian menjadi sarjana nak", 'ucap mama Adzkia lagi'.
"Iya mah, Adzkia tahu maksud mama dan papa. Tapi untuk sekarang tidak mau kuliah ma, Adzkia mau kerja dulu. Tidak tahu juga kedepannya gimana, toh kuliah juga tidak menjamin kita dapat pekerjaan yang bagus mah. Mama lihat aja tu anaknya buk arlis kakak buk Peni itu Lo ma, anaknya sarjana semua, tapi sama aja kerjanya sama yang tamat SMK/SMA", 'jelas Adzkia'.
"Iya juga sih Ki", 'ucap Wati'.
"Kuliah itu atas kemauan diri kita sendiri ma, sekarang mama dan papa pengen Kia kuliah. Adzkia turuti nih misalnya, tapi Adzkia tidak ada keinginan untuk itu. Hanya untuk menuruti dan menyenangkan hati mama dan papa saja, takutnya nanti Adzkia bikin kecewa mama sama papa. Adzkia kuliahnya main-main dan menghambur-hamburkan uang,hehehehe", 'ucap Adzkia cengengesan'.
"Kalau itu tujuan kamu kuliah mah, mendingan tidak kuliah aja Ki", 'jawab Wati'.
"Ya tadi mama pengen dan maksa Adzkia buat kuliah", 'ucap Adzkia menyengir'.
"Ya bukan buat main-main juga Ki", 'ucap Wati'.
"Ya itu ma, Adzkia mau kerja saja ma. Kemaren Adzkia sudah ikut rekruitmen beberapa perusahaan di sekolah ma, dan Alhamdulillah Adzkia keterima. Tinggal nunggu panggilan kapan masuk kerjanya ma", 'jawab Adzkia'.
"Masa kamu udah 3 tahun ninggalin mama, kamu harus pergi lagi Ki. Bahkan itu tambah jauh", 'ucap Wati sedih'.
"Kan Adzkia juga ntar pulang ma, tidak ninggalin mama selamanya", 'jawab Adzkia'.
"Kamu sekolah di kota aja, kamu jarang pulang Ki. Apalagi nanti kamu sudah kerja dan itu tambah jauh lagi", 'ucap Wati'.
"Ma, kita masuk yuk, udah mau Maghrib", 'ucap Adzkia tanpa menjawab pertanyaan mamanya. Adzkia tidak mau menambahkan kesedihan mamanya.
Adzkia dan Wati pun masuk kedalam rumah, karena hari sudah hampir Maghrib.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments