Adzkia Almahyra, itu adalah namaku. Aku biasanya, dipanggil Adzkia atau Kia.
Adzkia baru saja lulus sekolah, di salah satu sekolah menengah kejuruan di kota. Sedangkan Adzkia sendiri, berasal dari kampung. Adzkia tinggal di kos-kosan di kota, selama sekolah di kota Adzkia hanya sesekali pulang ke kampungnya.
Oleh karena itu, setelah lulus Adzkia pulang terlebih dahulu ke kampungnya. Sebelum dia mendapat panggilan untuk bekerja di salah satu perusahaan, yang menjalin kerjasama dengan pihak sekolahnya di kota.
*
Adzkia sangat senang bisa kembali ke kampung halamannya, karena di sini tenang tidak seperti di kota berisik karena lalu lalang kendaraan. Udara disini juga sangat sejuk dan dingin, tidak juga seperti di kota berdebu dan panas. Akan tetapi, yang Adzkia tidak suka tinggal di kampung itu karena para tetangga-tetangganya di sini yang sibuk mengurusi kehidupan orang lain, seperti mereka sendiri tidak ada kerjaan.
"Kia.... tolong beliin mama telur ke warungnya buk Peni ki", 'perintah Wati mamanya Adzkia'.
"Ya ma, belinya berapa?", 'tanya Adzkia'.
"10rb, kamu ambil uang dalam lemari dekat televisi", 'jawab mama Adzkia'.
"Iya ma", 'jawab Adzkia juga'.
Adzkia pun berjalan ke warung milik buk Peni, yang tidak jauh dari rumahnya hanya jarak 3 rumah ke warung buk Peni.
"Buk, ada telur tidak buk", 'ucap Adzkia'
"Ada Adzkia, mau berapa?", 'tanya buk peni'.
"10rb buk", 'jawab Adzkia'.
"Bentar ya saya ambilin dulu", 'ucap buk peni'.
"Iya buk", 'jawab Adzkia'.
"Eh ada Adzkia, kamu kapan pulang dari kota?", 'tanya Bu Ari yang juga belanja di warung buk peni'.
"Kemaren buk", 'jawab Adzkia'.
"Hmmm... Kamu emangnya tidak kuliah Ki?", 'tanya Bu Ari lagi'.
"Tidak Bu", 'jawab Adzkia'.
"Kenapa Ki?, Apa kamu Tamat sekolah juga mau nikah kaya si Chintya itu?", 'tanya Bu Ari lagi'.
"Kalau tamat sekolah kamu mau langsung nikah, buat apa kamu jauh-jauh sekolah ke kota. Kalau ujung-ujungnya kamu nikah Ki, Ki", 'timpal Bu Rosma yang juga belanja di sana'.
"Terus kalau tidak kuliah, kamu mau ngapain Ki?", 'tanya Bu Nani juga'.
"Mau kerja rencana Bu", 'jawab Adzkia sopan'.
" Kamu mau kerja apa Adzkia tamat SMK, anak saya saja sarjana susah nyari kerja. Apalagi kamu yang hanya tamatan SMK, apa kamu juga mau pergi kerja di toko-toko gitu?", 'ucap Bu Rosma lagi'.
"Ya kerja apa saja Bu, yang penting halal", 'jawab Adzkia'.
"Sayang loh Ki, kamu tidak kuliah. Apalagi orang tua kamu mampu buat nguliahin kamu, dan kamu juga lulusan sekolah di kota", 'timpal Bu Peni, yang datang dari dalam membawa telur yng di beli adzkia'.
"Bu telur saya mana, saya buru-buru soalnya", 'tanya Adzkia yang sudah malas meladeni orang-orang di sana'.
"Ini Ki", 'jawab Bu Peni sembari memberikan kantong plastik yang berisi telur'.
"Ini ya Bu uangnya, saya duluan ya bu-ibu", 'ucap Adzkia'.
Adzkia pulang kerumahnya, dan dia masih mendengar ibu-ibu di sana masih memberikan dia. Tetapi, Adzkia tidak mempedulikan lagi apa yang di bicarakan oleh ibu-ibu di sana, dan dia lebih memilih pulang.
"Kenapa kamu lama amat Ki, beli telur doang", 'tanya Wati mama Adzkia'.
"Itu ma, tadi Kia ketemu ibu-ibu julid di sana
Ma. Makanya kia lama", 'jawab Adzkia'.
"Oooo, mereka mah emang di sana nongkrongnya pagi-pagi begini", 'ucap wati'.
"Iya ma, mereka seperti tidak ada kerjaannya saja", 'ucap Adzkia'.
"Yah itu Ki, kerjaan mereka sibuk mengurusi hidup orang lain", 'timpal mama'.
"Yasudah mama lanjut masak dulu ya", 'ucap mama Adzkia dan berlalu kearah dapur'.
"Kia bantuin ya ma", 'ucap Adzkia'.
"Tinggal dikit lagi Ki, kamu tolong sapuin rumah saja", 'ucap mama Adzkia'.
"Okeh ma", 'jawab Adzkia'.
Mama Adzkia pun kembali berjalan kearah dapur, sedangkan Adzkia mengambil sapu dan kemudian menyapu rumah dan juga halaman luar.
*
Sore harinya Adzkia bersama mamanya duduk di depan rumah, bersambil berbicara-bicara ringan.
"Ki, kamu beneran tidak mau kuliah?", 'tanya wati'.
"Tidak ma, Adzkia mau kerja saja. Biar bisa bantu mama sama papa", 'jawab Adzkia'.
"Kamu beneran Ki?, nanti kamu menyesal lagi tidak kuliah. Papa sama Mama bakal usahain kok uangnya, kalau kamu mau kuliah", 'tanya Wati lagi'.
"Iya beneran ma, yang mau kerja itu kia sendiri ma, pasti Adzkia tidak bakalan menyesali keputusan ini di kemudian hari", 'jawab Adzkia meyakini mamanya'.
"Sebenarnya mama dan papa pengen, anak mama ada yang kuliah dan menjadi sarjana. Dulu Abang kamu juga di suruh kuliah dia tidak mau, sekarang kamu juga tidak mau", 'ucap Wati sedih'.
"Ma, kesuksesan seseorang itu bukan di lihat dari dia kuliah atau tidaknya, bukan di lihat dari dia sarjananya. Tetapi di lihat dari kesungguhan dan kegigihan kita bekerja mah, toh banyak juga orang-orang di luar sana yang tidak kuliah bisa menjadi sukses kok", 'ucap Adzkia meyakinkan mamanya'.
"Tapi Ki, mama dan papa pengen salah satu dari kalian menjadi sarjana nak", 'ucap mama Adzkia lagi'.
"Iya mah, Adzkia tahu maksud mama dan papa. Tapi untuk sekarang tidak mau kuliah ma, Adzkia mau kerja dulu. Tidak tahu juga kedepannya gimana, toh kuliah juga tidak menjamin kita dapat pekerjaan yang bagus mah. Mama lihat aja tu anaknya buk arlis kakak buk Peni itu Lo ma, anaknya sarjana semua, tapi sama aja kerjanya sama yang tamat SMK/SMA", 'jelas Adzkia'.
"Iya juga sih Ki", 'ucap Wati'.
"Kuliah itu atas kemauan diri kita sendiri ma, sekarang mama dan papa pengen Kia kuliah. Adzkia turuti nih misalnya, tapi Adzkia tidak ada keinginan untuk itu. Hanya untuk menuruti dan menyenangkan hati mama dan papa saja, takutnya nanti Adzkia bikin kecewa mama sama papa. Adzkia kuliahnya main-main dan menghambur-hamburkan uang,hehehehe", 'ucap Adzkia cengengesan'.
"Kalau itu tujuan kamu kuliah mah, mendingan tidak kuliah aja Ki", 'jawab Wati'.
"Ya tadi mama pengen dan maksa Adzkia buat kuliah", 'ucap Adzkia menyengir'.
"Ya bukan buat main-main juga Ki", 'ucap Wati'.
"Ya itu ma, Adzkia mau kerja saja ma. Kemaren Adzkia sudah ikut rekruitmen beberapa perusahaan di sekolah ma, dan Alhamdulillah Adzkia keterima. Tinggal nunggu panggilan kapan masuk kerjanya ma", 'jawab Adzkia'.
"Masa kamu udah 3 tahun ninggalin mama, kamu harus pergi lagi Ki. Bahkan itu tambah jauh", 'ucap Wati sedih'.
"Kan Adzkia juga ntar pulang ma, tidak ninggalin mama selamanya", 'jawab Adzkia'.
"Kamu sekolah di kota aja, kamu jarang pulang Ki. Apalagi nanti kamu sudah kerja dan itu tambah jauh lagi", 'ucap Wati'.
"Ma, kita masuk yuk, udah mau Maghrib", 'ucap Adzkia tanpa menjawab pertanyaan mamanya. Adzkia tidak mau menambahkan kesedihan mamanya.
Adzkia dan Wati pun masuk kedalam rumah, karena hari sudah hampir Maghrib.
Malam harinya Adzkia dan keluarganya, berkumpul di ruangan keluarga, setelah mereka makan malam. Disana ada papa Adzkia yang bernama Ajis, mama Adzkia Wati, Abang Adzkia Rian, Kakak ipar Adzkia Ira dan keponakannya yang bernama qila anak dari bang Rian dan kak ira yang baru berusia 3 tahun dan juga adik Adzkia yang bernama rio.
"Adzkia, kamu beneran tidak mau kuliah nak?", 'tanya Ajis papa Adzkia'.
"Iya pa, Adzkia mau kerja saja bantu-bantu papa sama Mama. Adzkia tidak mau membebani papa sama Mama lagi", 'jawab Adzkia'.
"Kalau untuk sekolah, itu bukan membebani nak. Itu sudah kewajiban papa sama Mama", 'ucap papa Adzkia'.
"Kuliah itukan tidak wajib pa, toh juga banyak orang-orang di luar sana yang sukses tanpa kuliah", 'jawab Adzkia'.
"Papa sama Mama masih ada tanggung jawab buat Rio pa, Adzkia tidak mau membebani kalian terus. Adzkia pengen bisa mandiri dan cari uang sendiri pa. Emang kalau kita kuliah, bisa menjamin kita bisa mendapatkan pekerjaan yang bagus. Itu semua belum tentu pa", 'ucap Adzkia lagi'.
"Yang kamu bilang itu benar dek, tapikan dengan kuliah ilmu dan wawasan kita luas dek", 'timpal Rian Abang adzkia'.
"Iya bang Adzkia tahu, tapi ilmu dan wawasan yang luas kita bisa dapat di mana saja bang. Itu semua tidak dengan harus kuliah", 'jawab Adzkia'.
"Biaya untuk kuliah itu tidak sedikit pa, Adzkia tidak mau merepotkan papa sama Mama lagi", 'ucap Adzkia lagi'.
"Kalau soal biaya itu kewajiban papa dan mama nak", 'jawab papa Adzkia'.
"Iya pa, tapi Adzkia tetap pengen kerja pa. Adzkia juga sudah ikut rekruitmen di beberapa perusahaan, yang menjalin kerjasama dengan pihak sekolah Adzkia.
Alhamdulillah Adzkia keterima, tinggal tunggu waktu keberangkatan. Dan mengurus berkas-berkasnya", 'jawab Adzkia'.
"Kamu sudah yakin nak?, Nanti kamu menyesal tidak kuliah", 'ucap papa Adzkia meyakinkan adzkia lagi'.
"Iya pa, Adzkia yakin. Ini sudah keputusan Adzkia, Adzkia tidak akan menyesalinya. Papa sama Mama doain Adzkia terus ya, supaya Adzkia cepat sukses dan bisa bahagiain kalian di masa tua nanti", 'ucap Adzkia'.
"Itu pasti sayang, papa dan mama pasti akan selalu doain kamu, iya kan pa?", 'ucap mama Adzkia kemudian melirik ke papa Adzkia'.
"Iya nak, itu sudah pasti. Tanpa kamu minta pun, kami akan selalu mendoakan kamu", 'jawab papa Adzkia'.
"Yasudah kalau memang itu sudah keputusan kamu dek, kami tidak bisa memaksa kamu. Toh juga kamu yang akan menjalankannya", 'ucap bang Rian'.
"Iya Ki, tapi sayang bangat Lo Ki prestasi-prestasi kamu selama ini tidak di lanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi'', 'timpal Ira kakak ipar Adzkia'.
"Iya kak, untuk sekarang Adzkia belum pengen kuliah kak. Tidak tahu juga Adzkia
"Iya kak, untuk sekarang Adzkia belum pengen kuliah kak. Tidak tahu juga Adzkia kedepannya bagaimana", 'jawab Adzkia'.
"Yasudah kalau itu memang sudah keinginan kamu, papa dan mama hanya bisa mendoakan kamu", 'ucap papa Adzkia'.
"Iya pa", 'jawab Adzkia'.
Jam dinding sudah menunjukkan hampir jam 10 malam. semua anggota keluarga Adzkia masuk kedalam kamar masing-masing, untuk istirahat karena hari sudah larut malam. Untuk kita yang tinggal di kampung, jam 9 malam itu aja udah sepi. Jarang ada orang yang berkeliaran, beda dengan kehidupan di kota.
*
"Ki, temani mama ke pasar ya", 'ucap Wati mama Adzkia'.
"Iya ma, Kia siap-siap dulu ya", 'jawab Adzkia'.
"Iya sayang, lagian ini masih pagi bangat Ki", 'ucap Wati'.
"Emangnya kita pergi ke pasar, jam berapa ma?", 'tanya Adzkia'.
"Jam 9an aja Ki, kita perginya", 'jawab Wati'.
"Yasudah kalau gitu, Kia lanjut nonton lagi aja ma, kalau perginya jam segitu mah. Lagian dingin juga mandi jam segini, hehehe", 'ucap Adzkia nyengir'.
"Terserah kamu lah Ki, kamu tidak sarapan dulu Ki?", 'tanya mama Adzkia'.
"Ntar aja lah ma, kan kita nanti pergi ke pasar jadi bisa jajan banyak, hehehe", 'jawab Adzkia cengengesan'.
Tok....tok....tok...
"Assalamualaikum", 'ucap seseorang dari luar rumah Adzkia'.
"Waalaikumusalam", 'jawab mama Adzkia sembari membukakan pintu'.
"Eh Mayang, ada apa nih pagi-pagi kesini. Ayo masuk dulu", 'ajak mama Adzkia'.
"Iya wat", 'jawab Mayang'.
Mayang dan Wati pun masuk kedalam rumah, dan duduk di kursi ruangan tamu.
"Ini loh wat, saya ke sini mau pinjam uang sama kamu. Untuk bayar kuliahnya Novi, ntar pas saja dapat Arisan, saya langsung ganti uangnya", 'ucap Mayang lagi'.
"Berapa may?", 'tanya Wati'.
"Hmmmm.... 5jt wat", 'jawab Mayang'.
"Banyak amat may, emang bayar kuliah berapa?", 'tanya Wati kaget'.
"Itu wat, sebenarnya bukan hanya untuk bayar kuliahnya wat. Novi juga merengek-rengek minta beliin laptop, saya binggung mau minjam ke mana lagi wat. Makanya saya datang kesini, siapa tahu kamu bisa bantu saya", 'jawab Wati'.
"Uang sebanyak itu saya mah tidak ada may, sekitaran 2 jt an saya ada kok", 'jawab Wati'.
"Tidak mungkin kamu tidak ada Wati, kamu kan jualan hampir tiap hari. Saya janji bakalan ganti nanti ketika saya dapat Arisan", 'jawab Mayang'.
"Maaf ya may, kalau sebanyak itu saya tidak ada uang. Kalau saya jualan hampir tiap hari, emang apa hubungannya sama kamu. Emang uang hasil dagangan saya itu, tidak di beliin lagi", 'ucap Adzkia lagi'.
"Dasar orang kaya baru pelit, baru segitu aja udah sombong", 'ucap Mayang dengan nada tinggi dan mengejek'.
"Maksud kamu bicara, seperti itu apa Mayang. tadi kan saya sudah bicara baik-baik, uang sebanyak itu saya tidak ada. Kalau 2jt saya ada", 'ucap wati'.
"Halah bohong kamu, tidak percaya saya kamu tidak ada uang segitu", 'jawab Mayang'.
"Yasudah terserah kamu, mau percaya atau tidak", 'jawab Wati' yang mulai kesel'.
"Hu.. dasar orang kaya baru pelit", 'ucap Mayang dengan nada tinggi'.
"Eh.. Bu Mayang. Ibu yang minjam uang, kenapa ibu yang nyolot. Namanya kita minjam itu ya sedikasih, orang yang mau minjamin Bu", 'ucap Adzkia yang bangkit dari tempat dia menonton televisi'.
"Eh anak kecil kamu tidak perlu ikut campur", 'jawab mayang'.
"Gimana saya tidak mau ikut campur Bu, ibu itu teriak-teriak di rumah saya", 'jawab Adzkia'.
"Huh.... Dasar orang kaya baru sombong, dan minjam duit segitu aja pelitnya minta ampun", 'ucap mayang'.
"Terserah mama saya lah Bu, dia mau minjamin atau tidak. Mama saya kan udah bilang, kalau dia tidak ada uang sebanyak itu. Lah ibu malah marah-marah", 'ucap Adzkia lagi'.
"Ibu silahkan keluar dari rumah saya, sebelum saya paksa. Pagi-pagi udah bikin ribut di rumah orang, apa ibu tidak malu?", 'ucap Adzkia lagi'.
"Memang saya sudah mau keluar dari rumah kamu ini, dasar orang pelit", 'ucap Mayang keluar rumah Adzkia dengan bergumam sendiri sembari menghentak-hentakkan kakinya'.
"kenapa sih orang-orang disini pada begini, orang dia yang minjam dia juga malah yang marah-marah", 'gumam Adzkia dengan kesalnya sendiri'.
"sudah biasa itu Ki, lebih baik kita diam saja dari pada banyak bicara kalau disini", 'sahut Wati mama Adzkia'.
"entah lah ma, orang-orang di sini tu pada aneh", 'dengus Adzkia kesal'.
"lebih baik kita yang beradaptasi dengan mereka Ki, orang seperti mereka itu mah tidak bakalan berubah", 'jawab mama Adzkia pelan sambil menenangkan amarah Adzkia'.
"yaudah ma, Kia mau mandi dulu", 'ucap Adzkia', kemudian berlalu dari hadapan mamanya menuju kamar.
*
"kenapa ya, orang-orang di sini pada sibuk ngurusin hidup orang lain. Apa aku betah nantinya tinggal disini ya?", 'tanya Adzkia kepada dirinya sendiri'.
"Orang dia yang salah, tapi malah dia yang marah-marah. kenapa ya dulu mama Sama papa bikin rumah disini?, kenapa tidak di kota saja?", 'tanya Adzkia lagi sendiri'. Adzkia ke peristiwa tadi pagi.
"maksudku bukan tinggal di kampung tidak enak, tetapi tetangganya yang meresahkan. Padahal mah hidup di kampung itu enak, udara sejuk, nyaman, aman, dan tidak berisik. Seperti di kota udara berpolusi dan berisik, tetapi tetangganya tidak meresahkan dan resek-resek seperti di sini", 'jawab Adzkia sendiri'.
"Ki..... kamu sudah siap belum, ayo kita pergi ke pasar. sudah hampir jam 9 Ki", 'teriak Wati mama Adzkia'.
"Iya ma, bentar", 'jawab Adzkia yang keluar membawa handuk untuk mandi'.
"astaghfirullah Adzkia, dari tadi kamu ngapain aja. Mama pikir kamu dari tadi sudah mandi", 'ucap mama Adzkia melihat Adzkia keluar kamar, membawa handuk untuk mandi'.
"hehehe, Adzkia mandinya bentar kok ma. tunggu bentar ya, hehehe", 'ucap Adzkia cengengesan'.
"udah sana cepat mandinya, udah kesiangan ini. Ntar kamu mengeluh pula kepanasan", 'ucap mama Adzkia, yang selalu sabar menghadapi tingkah anak perempuan satu-satunya ini'.
Adzkia adalah anak perempuan satu-satunya Wati dan ajis. Adzkia anak kedua dari tiga orang bersaudara, Abang Adzkia sudah menikah dan memiliki satu orang anak. sedangkan adik Adzkia masih kelas tiga SMP.
mama dan papa Adzkia bekerja sebagai pedagang kebutuhan sehari-hari, seperti minyak, gula, tepung, sabun-sabun, dan lainnya. mereka berjualan 4 hari dalam seminggu, dari pasar ke pasar. Sedangkan Abang Adzkia kerja di kantor pemerintah desa sini, dan istrinya guru TK. anak bang Rian dan Kak ira di bawa ke sekolah oleh kak ira, jika tidak mama Adzkia pergi jualan. Semenjak Adzkia di rumah, kakak ipar Adzkia menitipkan anaknya kepada Adzkia. kalau di bawa ke sekolah terus menerus, kasian dia rewel karena masih kecil. Bang Rian tinggal di rumah istrinya, dan kadang juga tidur di rumah Adzkia.
drt....drt....drt.... (handphone Adzkia berbunyi, menandakan ada panggilan masuk).
"hallo kak", 'jawab Adzkia'.
"hallo Ki, kamu di mana", 'tanya Ira istri Abang Adzkia'.
"Di rumah kak, lagi berkemas mau ke pasar", 'jawab Adzkia'.
"kamu pergi ke pasar sama siapa?", 'tanya Ira'.
"ya sama mama lah kak, terus mau sama siapa lagi", 'jawab Adzkia'.
"ya mana tahu, sama teman-teman kamu", 'jawab Ira'.
"Ki, nanti kamu pulang dari pasar telpon kakak ya. soalnya Kakak mau nitip qila, kakak juga mau kepasar. kalau di bawa rewel", 'ucap Ira lagi'.
"okeh kak", 'jawab Adzkia'.
Kemudian Adzkia dan Ira pun, sama-sama memutuskan sambungan teleponnya.
"Ki.... udah belum?", 'teriak Wati lagi'.
"udah ma", 'jawab Adzkia bergegas menuju mamanya'.
"ayo ma, kita pergi. keburu panas mama", 'ucap Adzkia'.
"bentar mama ambil dompet dulu, kamu yang lama malah buru-buruin orang", 'ucap mama Adzkia masuk kamar ambil dompet'.
"hehehehe", 'ucap Adzkia nyengir'.
"ni kunci motornya", 'lempar Wati kepada Adzkia'.
"mama lah yang bawa, hehe", 'ucap Adzkia senyum-senyum'.
"kalau mama bisa, buat apa mama nungguin kamu selama ini Ki", 'ucap Wati kesal'.
"hehehee", 'Adzkia tertawa'.
"dasar anak durhaka, ketawain orang tua lagi", 'ucap wati kesal'.
"cup.. cup... ayo Mama ku tercinta, nanti Adzkia traktir bakso deh", 'ucap Adzkia membujuk mamanya'.
"Beneran ya, kamu yang traktir", 'ucap mama Adzkia sumbringah'.
"Iya, tapi pakai uang mama, hehehe", 'ucap Adzkia tertawa'.
"sama aja bohong Ki", 'ucap Wati'.
"ayo ma, keburu siang", 'ucap Adzkia'.
Adzkia dan Wati pun berangkat ke pasar, dengan motor.
*
"mau beli lauk apa Ki?", 'tanya Wati'.
"apa aja ma", 'jawab Adzkia'.
Adzkia dan keluarganya, memang tidak memilih-memilih masakan. Malahan, terkadang mereka bosan dengan lauk ikan atau ayam terus.
"Beli udang mau ngak?", 'tanya mama Adzkia'.
"mau ma, tapi kan kak ira alergi udang", 'jawab Adzkia'.
"ntar dia bisa makan yang lain Ki", 'jawab Wati'.
Kakak ipar dan Abang Adzkia, memang lebih sering di rumah Adzkia dari pada rumah mereka sendiri.
Sudah 1 jam lebih Adzkia dan mamanya mengelilingi pasar, mereka membeli lauk pauk dan kebutuhan dapur lainnya.
"Ma, makan bakso yuk. Adzkia lapar", 'ucap Adzkia'.
"yaudah yuk, kamu kan yang traktir mama", 'jawab Wati'.
"iya deh iya", "jawab Adzkia'.
Adzkia dan Wati pun berjalan, menuju tempat orang jualan bakso dan mie ayam.
Adzkia pesan mie ayam bakso, dan mamanya pesan mie goreng pakai bakso.
"eh, Adzkia", 'ucap Bi eti'.
"iya Bi", 'jawab Adzkia'.
"udah berapa lama, kamu di kampung?", 'tanya Bi Eti'.
"udah hampir seminggu bi", 'jawab Adzkia''.
"kok tidak pernah kelihatan, main-main lah ke rumah bibi", 'ucap Bi Eti'.
"eh iya Bi, ntar kapan-kapan", 'jawab Adzkia'.
"jangan merem aja di rumah, apa kamu takut kulit kamu hitam kalau keluar rumah?", 'tanya Bi Eti lagi'.
"Adzkia hanya tersenyum, menjawab pertanyaan bibinya itu".
Ayam kali ah bi, merem, hehehe.
Bi Eti adalah kakak sepupunya papa Adzkia, dan rumahnya lumayan jauh dari rumah Adzkia sekitar 2km.
*
Drt....drt...drt... (handphone Adzkia berbunyi kembali, menandakan ada panggilan masuk).
"iya kak, ini Kia udah di parkiran kak. mau pulang", 'ucap Adzkia disambungan telepon'.
"iya Ki, itu qila kakak tinggal sama Abang", 'ucap Ira'.
"iya kak, tinggal aja. Kia sama mama udah di parkiran kok, mau pulang", 'jawab Adzkia'.
"oh, ya sudah Ki", 'ucap Ira, memutuskan sambungan teleponnya'.
Adzkia mengambil motornya di parkiran, lalu lanjut pulang dengan mamanya.
"Ki, ini qila mau tidur kayanya Ki. Sana kamu tidurin dulu", 'ucap Rian Abang Adzkia'.
"iya bang bentar, Kia cuci tangan sama ganti baju dulu", 'jawab Adzkia yang baru sampai di rumah'.
"yaudah sana cepetan", 'ucap Rian'.
"iya, bentar kok", 'ucap Adzkia'.
Adzkia pun berlalu kekamar untuk ganti baju, dan juga kekamar mandi untuk cuci tangan dan kaki.
Adzkia pun kembali ke tempat abangnya, yang menimang qila.
"Sini qilanya, Kia tidurin. Tapi di kamar ya, soalnya di depan Televisi nanti berisik anak-anak yang main depan rumah", 'ucap Adzkia'.
"terserah kamu lah Ki", 'jawab Rian'.
Adzkia pun membawa keponakannya itu kedalam kamarnya, dan tidak lupa pula adzkia membawa dot bayi yang berisi susu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!