Cinta, Harta Dan Erlita
Tepat pukul dua belas malam, sopir masuk ke villa lalu membawa Erlita dan Jihan yang sedang mabuk berat, pulang ke rumah. Pratiwi yang kebetulan malam itu belum bisa tidur karena mencemaskan Erlita, marah besar dan kecewa melihat Erlita, cucu kesayangan yang selalu dijaga dan dididiknya dengan baik, teler karena minuman keras.
Ketika Erlita bangun siang itu, Pratiwi sudah duduk dengan tatapan tajam dan wajah dinginnya. Erlita tahu betul arti ekspresi wajah itu, sebuah kemarahan dan kekecewaan. Meskipun kepalanya masih terasa pusing dan perutnya pengar, Erlita berusaha untuk segera bangkit dan menerima amarah neneknya.
“Sudah enakan?”
Sebuah pertanyaan yang sama sekali tidak diduga Erlita.
"Ah, iya, Yang.”
“Kalau begitu kamu pasti sudah bisa mendengar dengan baik perkataan Eyang.”
Erlita mengangguk. Ia penasaran dengan hukuman yang akan diterimanya kali ini.
“Minggu depan kamu akan menikah dengan pria pilihan Eyang.”
“Tapi Yang –“
“Menikah atau keluar dari silsilah keluarga Susbihardayan dan diasingkan ke luar negeri!"
Sungguh pilihan yang sangat mengerikan. Erlita tidak ingin keduanya. Tapi ia tahu persis bahwa neneknya bukan tipe orang yang mudah dilobi.
Bagaimanapun juga memaksakan diri untuk memilih salah satunya sama dengan hukuman seumur hidup baginya.Karena ia bukan siapa-siapa tanpa embel-embel Susbihardayan di belakang namanya dan menikah dengan orang yang tak dicintainya juga akan membawa penderitaan seumur hidup baginya.
Tiba-tiba saja ia menyesal menuruti ajakan Jihan untuk mabuk-mabukan malam itu.
****
Sehari sebelumnya...
Hari itu Erlita sangat bersemangat karena ia akan genap berusia dua puluh tahun. Selain diijinkan mengelolah sahamnya sendiri, Erlita akan mendapatkan hadiah istimewa sebagai tradisi untuk keturunan bangsawan Susbihardayan yang genap berusia dua puluh tahun. Ia akan mendapatkan sebuah villa keluarga sebagai tempat tinggal pribadi, jadi ia bisa dengan leluasa melakukan apa saja disana, termasuk merayakan pesta ulang tahun impiannya.
Erlita sudah lama menantikan datangnya hari itu. Ia ingin mengundang teman dan sahabatnya, terutama Dean, kekasihnya, untuk merayakan pesta dua puluh tahun pencapaian hidupnya. Meskipun belum bisa dibilang sukses karena belum bekerja sendiri seperti sepupu-sepupunya, Erlita merasa cukup bangga bisa melalui dua tahunnya sebagai mahasiswa bisnis manajemen dengan baik.
Ia sudah merancang sebuah privat party di villa yang kini sudah resmi menjadi miliknya. Meskipun terletak di luar kota, tapi villa itu tidak terlalu jauh dan bisa ditempuh hanya dengan dua jam perjalanan dengan mobil. Ia tidak sabar menghabiskan malam paling indah dalam hidupnya bersama Dean. Ia membayangkan mereka hanya akan berdua saja semalaman setelah pesta berakhir, bercumbu mesra menikmati hasrat muda yang menggelora diantara keduanya.
Saking bersemangatnya, pagi itu ia datang paling pagi ke meja makan. Tak lama kemudian Pratiwi, nenek Erlita yang sudah berusia tujuh puluh lima tahun tapi masih bugar dan cantik, bergabung bersama mereka. Pratiwi, janda Suryo Susbihardayan, putra tunggal keluarga bangsawan Susbihardayan, merupakan sosok yang paling berkuasa dan ditakuti di kediaman mereka.
Mereka memiliki tiga orang anak yaitu Danuarta Susbihardayan yang menikah dengan Naina dan memiliki seorang anak bernama Erlita yang berusia dua puluh tahun, Sania Susbihardayan yang menikah dengan Prasetyo dan memiliki anak laki-laki bernama Kenny yang berusia tiga puluh tahun dan Bramantyo Susbihardayan yang menikah dengan Farah dan memiliki dua orang anak bernama Johan, dua puluh delapan tahun dan Jihan, dua puluh lima tahun.
Sarapan bersama seakan menjadi bagian dari ritual tidak tertulis yang wajib diikuti oleh anggota keluarga Susbihardayan yang sedang berada di rumah. Meskipun sakit, selagi masih sanggup duduk, mereka wajib bergabung. Jadi, hari itupun semua anggota keluarga yang lain segera ikut bergabung untuk sarapan bersama di ruang makan utama di rumah induk.
Rumah keluarga Susbihardayan terdiri dari tiga bangunan utama yaitu rumah induk yang ditempati Pratiwi dan Erlita lalu paviliun di sayap kanan yang ditinggali Sania, Prasetyo dan Kenny serta paviliun sayap kiri yang ditinggali Bramantyo, Farah, Johan dan Jihan.
Sejak kecil, Erlita sudah menjadi yatim piatu dan hanya tinggal dengan Pratiwi, neneknya bersama belasan pelayan yang mengurus rumah mereka setiap hari. Ayah Erlita, Danuarta Susbihardayan, meninggal dalam sebuah kebakaran pabrik kayu yang dikelolanya ketika Erlita berusia empat tahun. Dua tahun kemudian, Naina, ibu Erlita juga meninggal karena tenggelam di sungai dan jasadnya belum juga ditemukan hingga sekarang.
Sebagai cucu dari anak pertama, Erlita sangat dimanjakan oleh neneknya. Meskipun yatim piatu ia tak pernah mengalami kekurangan dalam hidupnya. Ia selalu mendapatkan apa yang ia inginkan sehingga Erlita tumbuh menjadi pribadi yang tidak suka bekerja keras, malas, mau menang sendiri dan bossy, suka memerintah seenaknya sendiri.
“Ta, nanti malem pestanya jadi?" Jihan memecah kebisuan di meja makan.
“Jadilah, Kak. Lo, kak Kenny dan Kak Johan juga boleh ikutan kalau mau."
"Tante juga boleh ikut kan, Ta?" Sania yang juga hobi hura-hura tak mau ketinggalan.
“No way! Ini judulnya privat party. Jadi tamunya orang-orang pilihan dan nama tante ngga ada di daftar.” tolak Erlita halus dengan nada bercanda.
Ia tidak ingin tantenya mengacaukan rencana pesta anak muda yang sudah disusunnya dengan sangat rapi.
“Ta, eyang ngga mau kamu bermalam disana. Setelah pesta, sopir akan langsung antar kamu pulang.” seperti biasa Pratiwi selalu menambahkan syarat dan ketentuannya kepada hampir semua rencana besar Erlita.
“Tapi Yang, Lita kan sudah dua puluh tahun. Masa iya masih harus ikutin jam malem eyang.”
Pratiwi menatap Erlita tajam. Tahu bahwa tatapan maut neneknya adalah pertanda ancaman baginya, Erlita mengalah.
“Oke, Yang.”
Malam harinya, teman-teman Erlita sudah berkumpul di villa. Mereka menghabiskan semua hidangan yang Erlita siapkan, kemudian bernyanyi dan berjoget bersama sepuasnya. Di tengah-tengah pesta, Jihan tiba-tiba saja datang membawa beberapa botol minuman keras. Sebagai seorang model, rokok dan minuman keras adalah hal yang biasa bagi Jihan.
Malam itu ia ingin berbagi kebahagiaan dengan sepupunya yang sedang berulang tahun. Pesta jadi semakin meriah setelah kehadiran minuman keras yang dibawa Jihan.
Setengah mabuk, Jihan bahkan tak segan-segan mencium Peter, mantan pacarnya, penuh nafsu di hadapan teman-teman Erlita. Pesta jadi semakin menggila karena hampir semua orang yang ada disana mabuk dan mulai melakukan hal-hal aneh, seperti ngoceh dan marah-marah tidak jelas bahkan Erlita jadi ikutan terbawa suasana dan berciuman juga dengan Dean, kekasihnya.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Rosa Rosiana
sepertinya menarik
2023-04-23
0