Dia Adalah Aku
Seorang gadis terlihat baru turun dari bis kota. Dengan menggunakan kaos oblong dan celana jeans. Gadis itu melangkah keluar terminal. Ditengok nya kanan dan kiri mencari sosok seseorang yang mengatakan akan menjemputnya.
Namaku adalah Jenita Claudia Andini. Umurku menginjak 24 tahun ini. Aku adalah anak tunggal dari pasangan Lidia Hermano dengan almarhum Ikbar Artantyo. Selama ini aku dibesarkan di kota S. Sejak lulus kuliah aku dipercaya kakek untuk menggantikannya memimpin perusahaan nya sebagai Ceo, aku biasa dipanggil dengan nama Ceo Claudia.
Tidak ada yang salah dengan nama Jenita, karena itu juga namaku. Namun, nama itu menyimpan trauma tersendiri buatku. Jenita, adalah nama panggilan yang almarhum papaku berikan. Bukan aku membenci papa, tapi nama itu hanya akan mengingatkan ku pada sosok yang hanya bisa ku lihat dalam foto. Dan itu sangat menyedihkan.
Tapi sekarang, dengan sadar aku menggunakan panggilan itu dan melupakan diriku sebagai Claudia untuk sejenak. Kematian tak wajar papa membuatku memilih jalan ini. Jangan bertanya, karena aku juga merubah penampilan agar berbeda jauh dari penampilanku sebagai Claudia yang orang kenal dikota S. Dengan menggunakan Wig, kacamata tebal dan baju yang kebanyakan kaos. Inilah aku sebagai Jenita,
🍃🍃🍃🍃🍃
Kota C yang sedang aku singgahi ini, adalah kota kelahiranku dan juga kota tempat ayahku berasal. Namun aku tidak begitu mengenal kota kelahiranku ini, karena sejak 23 tahun lalu tepatnya di usiaku baru 1tahun. Mama membawaku ke kota S, kota dimana aku tumbuh besar dan mulai menapaki dunia.
Setelah kepergian papa untuk selamanya. Memang baru kali ini aku menginjakkan kakiku. Meski canggung, namun aku harus menerima amanat yang eyang tulis dan pengacara kirimkan padaku.
Perdebatan kecil terjadi antara aku dan mama sebelum aku memutuskan untuk memenuhi wasiat eyang.
Ibu dari papa bernama Sulastri, dan aku biasa memanggilnya eyang sepuh. Memang, kami tak pernah bertemu muka selama ini. Namun panggilan vidio sering kali mama lakukan, dari sanalah aku bisa menatap wajah nenekku.
Sejak aku kecil, mama tidak pernah menceritakan apapun tentang keluarga papa kepadaku. Beliau hanya bilang kalau aku masih mempunyai seorang eyang.
Hingga malam ini, dua hari setelah aku menerima surat wasiat yang dikirim pengacara eyang. Mama yang bungkam pada awalnya menceritakan alasannya untuk pergi dari kediaman papa.
Dan hal itu pulalah yang menjadikanku mengubah keputusan yang pada awalnya menolak untuk datang apalagi mengambil alih warisan untuk menggantikan papa.
Rasa penasaran dan sakit datang secara bersamaan. Penasaran atas kepergian papa yang mendadak serta tercemar nya nama mama secara bersamaan.
Aku membulatkan tekat untuk mengungkap semuanya.
Dan melakukan kewajiban yang seharusnya papaku lakukan.
Disinilah aku, dikota yang menyimpan begitu banyak misteri tentang keluargaku. Berada diantara orang-orang yang entah baik atau tidak. Namun aku percaya, papa dan eyang akan membantuku di sana.
🍃🍃🍃🍃🍃🍃
Hari menjelang sore ketika kami tiba dikediaman eyang. Rumah itu terlihat besar dan dilengkapi dengan halaman luas serta dinding tinggi menjulang sebagai pembatas disekeliling rumah tersebut.
"Sepi ya paman."
Aku turun dari mobil, mengambil tas di jok belakang dan menutup pintu mobil pelan. Paman tersenyum dengan pertanyaanku.
Kebanyakan masih di toko kalau jam segini. Rumah eyang kan kebanyakan dihuni oleh para pekerjanya. Mereka akan tinggal di lantai 1, sedangkan eyang dan keluarga yang lain akan tinggal di lantai 2 dan 3."
Paman Hermawan menjelaskan kepadaku sambil kami melangkah memasuki rumah eyang. Aksen dan benda-benda kuno nampak tertata dengan rapih. Terdapat beberapa kamar di lantai 1, sepertinya memang benar apa yang paman katakan barusan.
Paman mengajakku ke lantai 2. Dikamar nomer 3 paman mengajakku masuk. Ternyata sebuah kamar yang nampak luas, aku berkeliling menatap isi kamar. Terdapat kasur berukuran sedang lengkap dengan lemari dan meja rias disiisi kanannya. Televisi layar datar pun tertempel di dinding kamar.
Aku melanjutkan langkah menuju kamar mandi. Tidak terlalu besar namun terlihat bersih sepertinya memang terawat.
"Ini adalah kamar orang tuamu dulu. Dan sekarang kamu tempati kamar mereka. Atau kamu mau kamar yang lain? dilantai 2 ini terdapat 3 kamar. Selain kamar eyang dan kamar ini, masih terdapat kamar lagi. Dulu tempat paman tinggal sebelum menikah. Kalau kamu mau, biar paman suruh seseorang untuk membersihkannya."
"Tidak perlu paman, Jen tinggal dikamar ini saja. Siapa tau dengan Jen tidur disini, papa akan datang menemui Jen walau hanya lewat mimpi."
Jenita memang tak mengenal sosok papa. Beliau meninggal ketika umurnya masih 7 bulan. Hanya dari foto yang mamanya simpanlah dirinya bisa mengetahui wajah sang papa.
Hermawan mendekat, didekapnya tubuh sang keponakan yang baru kembali tersebut. Sejak lama, baik eyang Sulastri maupun dirinya tidak pernah berhasil membujuk Lidia untuk kembali membawa serta Jen.
Wanita itu hanya beralasan takut jika dirinya dan Jen kembali meski hanya berkunjung sebentar. Karena sejak eyang sakit dirinya berusaha keras untuk membawa keduanya kembali, namun tetap tidak berhasil.
Hingga sang eyang telah menghembuskan nafas terakhirnya, barulah Lidia mengirim pesan bahwa putrinya akan kembali pulang ke rumah eyang.
Namun kebahagiaan yang dirasakan nya itu tidak berlangsung lama. Rasa kecewa datang seiring dengan diketahuinya alasan kenapa Jenita kembali dan Lidia memberikan ijin kepada sang putri.
Harta warisan yang memang menjadi hak sang papa telah jatuh ke tangan Jenita sebagai ahli waris pengganti papanya yang telah tiada.
Hermawan memanglah bukan anak kandung eyang Sulastri. Dirinya adalah anak dari salah satu pegawai yang mengikuti eyang sejak remaja. Kedua orang tua Hermawan sendiri telah meninggal karena kecelakaan disaat mereka mengantarkan pesanan bolu ke rumah pelanggan toko eyang.
Sejak saat itu, eyang telah menganggap Hermawan sebagai putranya sendiri. Bersama dengan Ikbar, dirinya diperlakukan sama. Eyang tak pernah membedakan keduanya. Bahkan hingga kuliah pun mereka bersama.
Namun, nasib Ikbar tak seberuntung dirinya. Dia ditemukan meninggal dalam kecelakaan kerja di 7 bulan usia Jenita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
ㅤKᵝ⃟ᴸRaisya𝐙⃝🦜
moga kelak nasibmu beruntung jen
2022-11-24
4
Nyai Iteung❤️
muncul aku 😅😅
2022-11-23
2
ㅤKᵝ⃟ᴸRaisya𝐙⃝🦜
aku durung Moco, semangat berkarya mui💪💪💪💪
2022-11-06
5