Bab 3

Jenita membawa resep hasil bolu buatannya. Dengan di kolaborasi kan dengan berbagai toping untuk menambah daya tariknya. Bahkan dia sendiri yang turun tangan dalam menghias bolu bolu yang akan dipajang pada etalase. Sejak subuh, Jenita sudah berkutat dengan bolu hasil resepnya sendiri. Dia benar-benar ingin membuktikan bahwa dirinya mampu.

Toko yang biasanya hanya menyediakan bolu polos atau model jadul, kini tampil dengan berbagai bentuk dan rasa yang berbeda. Membuat toko terlihat beda pula. Bukan hanya itu, Jenita juga mengubah dekorasi menjadi sedikit menarik dengan model kekinian.

"Kita menjual produk yang utama adalah bolu. Yang terpenting adalah rasa yang utama, setelah itu penampilan nya. Jangan ragu untuk memberikan tester kepada pembeli, biarkan mereka merasakan dan mencobanya. Dengan demikian, kita akan tau tentang selera mereka dari tanggapan dan saran saran yang keluar dari mulut mereka itu. Untuk itu, setiap saran yang didengar. Siapapun harus mencatatnya dan memasukannya dalam box yang nanti saya persiapkan. Sebulan sekali kita akan mendiskusikan hasil survei itu dan memperbaiki sesuai dengan keinginan konsumen."

Pagi itu, sebelum jam operasional toko dimulai. Jenita sengaja melakukan brifing pagi bersama para karyawan nya. Dia yang masih bertahan dengan dandanan ala Jenita yang cupu nampak sedikit berbeda. Semangat yang terpancar dalam setiap kata katanya mampu membuat para karyawan yang tadinya sedikit tidak mempercayai kemampuannya, mengangguk setuju.

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Karuan saja, apa yang dilakukan Jenita membuat Ayunita geram. Wanita yang seumuran mamanya tersebut benar-benar tidak rela. Jenita menghancurkan keinginannya untuk menguasai warisan terutama toko keluarga tersebut.

"Kalau terus terusan begini, aku akan selamanya menjadi bayangan dirumah ini. Tidak bisa!! aku harus melakukan sesuatu." Ucapnya sambil mondar-mandir memikirkan cara untuk mengalahkan Jenita.

"Apa kamu nggak capek ma? dari tadi mondar-mandir seperti setrikaan butut. Aku saja capek melihatmu seperti itu." Hermawan yang duduk di sofa kamarnya menggelengkan kepala melihat kelakuan sangat istri.

"Papa tau apa? kalau kita terus berdiam diri terus seperti ini, maka kita akan terus diinjak-injak, pa. Mama nggak mau! !"

"Siapa yang mau menginjak kita, ma? kadang-kadang mama ini suka aneh."

"Ya tentu saja si gadis jelek itu, pa. Siapa lagi memangnya. Lihat saja, baru juga bisa membuat bolu begitu sudah besar kepala."

"Terus, mama maunya bagaimana? semua memang tak jen untuk merubah ataupun melakukan hal lain demi kebaikan toko. Dia yang mewarisi semuanya."

"Justru karena itu, mama nggak setuju dengan keputusan ibu. Kita yang berusaha mati matian selama ini. Kenapa malah gadis ingusan itu beruntung. Harusnya kita, ya paling tidak Dira dikasih hak bagian yang sama."

"Ingat status kita, ma. Aku hanya anak angkat dan nggak ada hubungan darah sedikitpun dengan keluarga ini."

Hermawan memijit pelipisnya pelan. Berulang kali pertengkaran ini terjadi antara mereka berdua dengan topik yang sama. Entah harus bagaimana dirinya menjelaskan pada sangat istri tentang posisinya di keluarga ini.

"Sudahlah, papa diam saja. Biar mama yang urus semuanya." Wanita itu melenggang pergi setelah membanting pintu dengan kencangnya, hingga membuat Hermawan berjengkit seraya mengelus dadanya pelan.

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

"Aku harus meminta Dira pulang. Diakan bisa diandalkan, tapi bagaimana caranya?"

Ayu mendudukkan dirinya dihalaman belakang rumahnya. Rumah dengan dua lantai dengan halaman luas tersebut berada di samping kanan rumah mewah milik eyang. Sedangkan toko sendiri berada 500 meter dari rumah utama.

Rumah tersebut sengaja eyang bangun sebagai hadiah pernikahan kepada Hermawan. Eyang tidak pernah membedakannya, sebagai bentuk tanggung jawab eyang atas meninggalnya kedua orang tua Hermawan yang sebenarnya bukan kesalahan eyang. Namun mengingat Hermawan sebatang kara setelah orang tuanya meninggal membuat eyang merasa bersalah.

Dengan senyum yang mengembangkan. Ayu mengakhiri percakapan dengan sang putri yang sedang meniti karir di kota lain. Entah apa yang Ayu katakan kepada anaknya. Hingga gadis yang hasilnya tak terpaut jauh dari Jenita itu mau menuruti permintaan sang mama dan berjanji akan pulang seminggu kemudian.

"Sekarang tinggal cari cara lain. Anak ingusan, jangan menganggap dirimu menang dengan hanya beberapa bolu saja. Lihat saja nanti, bagaimana aku dan anakku mengusirmu dari sini. Enak sekali kamu, tidak ikut capeknya malah dapat bagian paling banyak. Sedangkan kami? hanya mendapatkan rumah ini saja. Itupun hadiah dan sudah lama juga."

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Dira Anjani anak pertama dari pasangan Ayunita dan Hermawan. Dirinya masih mempunyai adik laki-laki yang memilih tinggal di asrama.

Setelah menyelesaikan sekolahnya. Dira memilih merantau ke kota lain sambil bekerja.

Otaknya yang dirasa sedikit minimalis tersebut membuatnya menolak tawaran kuliah yang ditawarkan eyang sepuh dulu. Dira yang memilih hidup mandiri bekerja di sebuah toko busana. Gadis yang selalu mengumbar senyum tersebut ramah kepada siapa saja. Sangat bertolak belakang dengan sifat sang mama.

Sesuai janjinya. Dira tiba dikediaman kedua orang tuanya di hari minggu. Hermawan yang tidak tahu menahu tentang kepulangan sang anak pun kaget dibuatnya.

"Kamu tidak sedang dalam masalah kan, nak?" Tanyanya berulang kali kepada sang anak yang sedang duduk menikmati segelas teh.

"Tidak, pa. Dira hanya ingin pulang saja."

Dira tidak mengatakan alasan sebenarnya alasan dirinya pulang kepada sang papa karena permintaan mamanya. Ayu bilang, jika papanya telah termakan bujuk rayu Jenita sehingga membela gadis itu mati matian.

Bahkan Ayu mengatakan bahwa papanya rela memukulnya demi membela Jenita. Dira yang belum bertemu dengan Jenita tentu saja geram dengan mendengar cerita sang mama.

"Besok kita ke toko. Tunjukkan bahwa kamu lebih bisa diandalkan dari pada gadis jelek itu." Ayu terus saja memberi racun kepada sang putri untuk ikut membenci Jenita.

"Ah, sehebat apa sih dia? kata mama dia jelek. Berkacamata tebal dengan rambut pendek, dandanannya juga kuno. Aku jadi penasaran dengan sosoknya." Dira bergumam didalam kamarnya. Dia kini sedang mengistirahatkan tubuh demi tenaga esok hari. Melakukan rencana yang telah sang mama susun.

Jenita yang masih tidak mengetahui prihal rencana Ayu masih bersikap biasa saja. Harinya masih dilalui dengan belajar berbagai resep untuk menyempurnakan hasil belajarnya.

"Sudah malam, sebaiknya kamu beristirahat. Ini juga sudah waktunya aku untuk kembali ke hotel. Besok pagi aku akan kesini lagi. Sedang lusa, aku akan kembali ke kota S untuk mengurus surat surat."

Ya, Chef Andrian memilih untuk ikut hijrah ke kota C. Banyak hal yang menarik dikota ini menurut pandangan nya. Bahkan, Andrian sengaja membeli apartemen disekitar ruko yang dijadikan rumah produksi sementara milik Jenita.

"Kamu jadi pindah?"

"Benar, apa kamu senang mendengarnya?" Gurau nya menggoda Jenita yang sedang asyik dengan butter cream di tangannya.

"He, nggak ada hubungan ya sama aku. Kamu pindah atas kemauan mu sendiri, bukan aku yang memintamu. Jadi, buat apa aku senang."

Diletakkan nya sisa butter cream dalam wadah dan kemudian dirinya letakkan kue hasil buatannya ke dalam chiller.

"Sebaiknya kita segera pulang!!! sebelum bicara mulai semakin ngelantur."

Andrian tergelak dengan ucapan Jenita. Sebulan lebih bersama dengan gadis itu, mambuat Andrian lebih memahami karakter Jenita. Gadis itu tidak akan menutupi apapun yang tidak disukai nya. Dengan gamblang gadis itu akan mengatakan apa yang menjadi pemikirannya. Dan Andrian sangat menyukai itu.

Keduanya berjalan keluar ruko dan berpisah diujung gerbang karena tujuan mereka yang berbeda.

"Besok, aku mau mencoba membuat kue kering. Sebagai varian untuk dipajang di dalam rak lemari atau etalase. Jadi, toko tidak hanya berisi bolu saja. Orang bisa datang untuk membeli camilan atau oleh-oleh disana. Bagaimana menurutmu?"

"Aku setuju saja, kan itu semua adalah hak kamu sebagai pemilik toko untuk menentukan apa yang mau dijual atau tidak. Tapi, untuk mempertahankan usaha yang sudah turun temurun, ada baiknya produk yang bukan bolu tidak terlalu banyak. Jadi toko kamu akan tetap terkenal dengan produk bolu nya. Kita hanya butuh berinovasi lebih untuk membuat pola dan bentuk semenarik mungkin."

Jenita mengangguk, keberadaan Andrian memang sangat membantunya. Dia bahkan bisa berkonsultasi tentang beberapa hal yang perlu dilakukannya di toko.

Terpopuler

Comments

ㅤKᵝ⃟ᴸRaisya𝐙⃝🦜

ㅤKᵝ⃟ᴸRaisya𝐙⃝🦜

ayu ....sifat iri dengkimu akun. menghancurkan mu

2022-11-25

12

Amin_Rosyid

Amin_Rosyid

bagi resepnya dong Jen 🤭

2022-11-08

2

Chika£Hiats

Chika£Hiats

Kepintaran Jenita bikin yang tak suka tambah meradang nih😁

Bibi Ayu kurang bersyukur nih, sudah dapat jatah rumah dari eyang masih menginginkan yang bukan haknya juga.
Jadi keppo, apa rencana bibi Ayu dan Dira untuk menyingkirkan Jenita.

2022-10-29

40

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!