MENIKAH KARENA HUTANG ADAT
Tok... tok... tok...
"Tiur... bangun, ngak ada perempuan di kampung ini yang bangun siang. cepat bangun...."
Itu adalah suara melengking dari ibu mertuaku, yang berusaha membangunkan Ku, di hari pertama menjadi menantunya. sebenarnya Aku sudah bangun jam 5 pagi untuk keramas.
Acara pernikahan Ku dengan Bang Andri selesai jam 9 malam, setelah melepaskan kebaya dan sanggul yang keras ini, bang Andri langsung mintak jatah malam pertama sebanyak 2 kali.
Dengan memakai celana pendek dan masih dibawah lutut serta kaos oblong yang longgar aku keluar untuk menemui ibu mertuaku yang sedari tadi berteriak memanggil Ku.
"ada apa Inang (panggilan ibu mertuaku di kalangan masyarakat Batak Toba)? pagi-pagi kok sudah bising?"
"bising kau bilang? bangun harus pagi, untuk menyiapkan segala keperluan Suami Mu. karena sebentar lagi Suami Mu akan kerja ke kantor camat." kata mertuaku dengan bertolak pinggang.
"bang Andri kan masih cuti Inang, biarkan dulu kami istirahat sejenak iya Inang."
"bah....bah..... hebat kali lah kau, kalau Suami Mu masih libur. perhatikan itu kerbau pendek di belakang (ternak babi) bersihkan kandang Nya dan kasih Makan." perintah ibu mertuaku dengan suara melengking Nya.
"iya Inang."
Langsung ku Iya kan, karena suaranya begitu mengganggu gendang telinga Ku. setelah itu langsung ke belakang rumah, jaraknya sekitar 50 meter dari arah dapur.
Ternak Mertuaku ada sekitar 30 ekor babi, kandang nya lumayan banyak dan terlihat rapi, sebenarnya aku tidak tahu harus melakukan apa. karena keluarga kami tidak pernah melihara ternak di tambah lagi selama 7 Lebih aku merantau dan tidak pernah memelihara ternak seperti ini.
"Tiur...... ngapain kau di belakang itu? sudah masak kau?" Gabe adik ipar berteriak dari dapur memanggil namaKu.
Gabe memang lebih tua dari Ku , dan dia ini kakak dari suamiku sehingga memanggilku dengan nama, secara adat Batak seharusnya Gabe memanggilku dengan sebutan Edak (panggilan ipar perempuan * dalam tradisi Batak Toba).
Wajahnya terlihat begitu marah setelah Aku mendekat kearahnya, dan ibu mertuaku yang berada disampingnya juga demikian.
"tadi langsung di suruh inang untuk mengurus ternak, makanan dapur ngak sempat ku pegang."
"makanya cepat bangun, masak habis itu bereskan kandang ternak dan setelah ke kebun kopi untuk kerja."
Aku hanya bisa terdiam, dengan penuturan ibu mertuaku ini. posisi Ku disini adalah istri dari anaknya, kok Aku merasa seperti budak yang baru di beli ya.
"hasilnya nanti gimana Inang? apakah sistem harian atau Setelah menunggu masa panen baru di bagi?"
Ibu mertuaku dan kakak ipar ku yang masih jomblo ini langsung melotot ke arah ku, Karena Ku singgung mengenai hasil kerjaan.
"apa kau bilang? maksud kamu ingin di upah gitu atau ku gaji? enak aja, asal kamu tahu ya Tiur. sinamot ( mahar) itu 300 juta, lain lagi dengan kebaya mu. dan biaya hidup mu selama ini. dengan semua itu kamu masih mintak upah?"
Sert... Sert.... Sert....
Darahku terasa mengalir di sekujur tubuhku, Mahar itu adalah kesepakatan. dan semua biaya pernikahan memang harus di tanggung oleh pihak pengantin pria, tapi kenapa ini semua di ungkit lagi. toh juga Mahar yang diberikan keluarga suami ku ini tidak sepersen pun aku terima.
"Aku mau ke kamar dulu, saya disini bukan pembantu permisi."
Langsung menuju kamar dan kulihat bang Andri masih ngorok sementara Aku, sudah di tatar oleh MamaNya tanpa sedikitpun pembelaan dari Suamiku ini.
hiks.... hiks.... hiks....hiks.... hiks.... hiks... !!!
Rasanya begitu pedih hati ini, sesak dada ku dan air Mataku tumpah di pipiku ini. tanpa ku sadari tangan bang Andri sudah memegang pundak Ku dari belakang.
"kenapa dek? pagi-pagi kok sudah nangis?" tanya Suamiku sembari menggosok-gosok kedua bola matanya.
Hanya bisa menatapnya dengan tatapan kosong, bang Andri baru bangun sementara Aku sudah diserang oleh Mama nya dan Kakaknya.
"bang, berapa gaji mu kerja di Kantor camat itu?"
Pertanyaan dariku membuatNya mengangkat kedua alisnya, seolah-olah tidak terima ketika perihal gaji Nya Ku pertanyaan kan.
"ngapain pula adek tanya gaji Abang? asal adek tahu Abang di kantor itu hanya Honor yang di gaji per tiga bulan. tapi sekitar 10 juta Rupiah berikut dengan bonusnya." jawab suamiku.
Gaji sepuluh juta per tiga bulan, dan Aku masih punya tabungan selama kerja di perantauan. jadi masih cukuplah untuk biaya hidup kami nanti.
"Abang tahu kan tulang pak Saor? (adik laki-laki dari pihak Mama * tradisi Batak Toba), tulang pak Saor punya rumah kosong lengkap dengan kandang ternak di belakang rumahnya. tulang Saor sudah menawarkan itu kepada Tiur sebelum kita nikah. bagaimana kalau kita hidup mandiri saja di rumah itu.
Tulang bersedia memberikan kita anak ternak, dan biaya kontrakan rumah bisa kita bayar setelah panen ternak.
Untuk biaya hidup kita sebelum Abang gajian, Tiur masih punya tabungan untuk kita bang. kita hidup mandiri aja ya bang."
Bang Andri langsung berdiri, dia sepertinya tidak menerima saran dariKu dari sorot matanya terlihat kalau dia marah.
"dek, ngak mungkin kita hidup mandiri. hanya Abang anak laki-laki di rumah ini, rumah ini nantinya milik kita. setiap gajian Ku berikan kepada Mama dan nanti kita akan di jatah oleh Mama."
Di jatah oleh Mama Nya, dari sini saja sudah bisa ku bayangkan betapa menderitanya kelak nanti kedepannya.
Lidahku kelu dan mulut ini terdiam, hanya air mataku mengalir di pipiku dan bang Andri melihat Nya karena memang aku belakangi.
"sudah ada sarapan? tolong bawa kemari ya, sekalian kopi ya?"
Bang Andri masih sanggup menyuruhku untuk membuat kan sarapan dan Kopi untuk Nya, dia tidak tahu betapa beringasnya mama dan kakaknya itu.
"suruh aja Mamak mu itu, kan kau di jatah oleh Mamak mu!."
Karena ucapan Ku, bang Andri langsung membalikkan tubuhku dan menghadap Nya. air Mataku yang mengalir langsung ku seka.
"kau kan Istriku, seharusnya kau melayaniku bukan Mama ku lagi. dimana peran mu sebagai Istrimu?"
Nada suaranya sudah tinggi, tapi Perkataan tidak ku sanggah. karena aku masih terdiam akhirnya bang Andri keluar kamar.
Tidak berapa lama bang Andri datang bersama Mamanya dan Gabe kakaknya. mereka bertiga seolah-olah menjadi hakim yang akan mengadili orang bersalah.
"hebat kau ya, baru saja sehari jadi menantu sudah berani melawan. mau ku balikkan kau ke orang tua Mu?" kata Mertuaku yang tepat berada di hadapan Ku.
"silahkan, saya juga tidak sudi menikah dengan laki-laki di bawak ketiak mamak Nya."
Jawab kepada ibu mertuaku yang sangat lantang ini, dan lagi-lagi suamiku tidak sedikitpun membela Ku.
"sekarang beres kan pakaian mu, dan pulang ke rumah orang tua Mu." ujar mertuaku.
Pakaian memang sedikit yang masih ku bawa ke rumah ini, sisanya masih ada rumah orang tua Ku, sesuai Adat nanti akan ku bawa dari rumah dengan acara adat yang sederhana.
Selesai memasukkan pakaian ke tas ransel milikku, langsung ku langkahkan kakiku keluar dari kamar untuk pergi dari rumah ini.
Aku tahu apa yang terjadi nantinya, atas perbuatan Ku. semuanya harus memakai Adat dan Aku tidak perduli dengan semua itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Risma Sitorus
akhirnya ada juga yang mengangkat cerita kehidupan Batak.
2022-11-03
1
EsterEka.
loh kok gtu si andri, hrs nya klo sudah menikah urusan gaji suami itu ada sama istri nya.. knpa pula masih inang nya yg atur do
2022-11-02
1
EsterEka.
maaf klo sudah panggil tulang tak perlu laginya ada penambahan kt pak.
2022-11-02
1