Begitu sampai di rumah, Mamak langsung membawa Ku masuk dan mengunci pintu rumah. karena tradisi di kampung ini, aib bagi keluarga Istri jika anak perempuan nya yang menikah datang ke rumah tanpa di dampingi oleh suami.
Bapak melihat Ku dengan begitu marahnya, tapi Mama hanya terdiam membisu dengan segala kesedihannya karena anak perempuan Nya pulang ke rumah tanpa di dampingi oleh suami.
"kenapa kau pulang? suami mu dimana?" tanya Bapak dengan raut wajahnya yang marah.
"Tiur mau cerai, dari awal juga Tiur ngak mau menikah dengan si Andri itu. dia itu anak manja, di bawah ketiak Mamanya."
"sekarang kamu masuk kamar, jangan pernah keluar sebelum suami mu dan keluarganya menjemput kemari." perintah Bapak.
Masuk ke dalam kamar dan kembali air mataku ini tumpah di pipiku, saat ini hanya ini bisa ku lakukan.
Bukan kehendak Ku mau menikah dengan bang Andri, tidak sedikitpun ada rasa cinta untuknya. tapi nyatanya Aku harus menikah dengannya karena paksaan dari Bapak dan keluarganya.
"Tiur, ini mamak bawakan makanan. makan ya Nang (sebutan untuk mama ke anak perempuan nya * tradisi Batak Toba)."
"kalau Seandainya Mama ngak bohong kalau Mamak sakit, Tiur tidak akan pernah menikah dengan laki-laki dibawah ketiak mamak Nya itu. dia itu laki-laki yang tidak berguna Mak."
Ujar Ku kepada Mamak, tapi Mamak hanya terdiam sambil meletakkan piring yang berisi makanan itu.
"Mak, kenapa Tiur tidak bisa menentukan jodohku sendiri? apa mamak tidak tahu kalau Andri itu anak manja?"
Mamak pergi begitu saja, walaupun terlihat air matanya di seka nya dari Pipinya. tapi ini awalnya Aku terjerat di rumah dengan pernikahan yang menyakitkan ini.
Karena memang lapar, makanan yang dibawa Mamak langsung ku makan dan setelah itu Aku berlalu ke kamar mandi untuk mandi.
Selesai Mandi dan sudah berpakaian, Ku lihat Tulang pak Saor adik laki-laki Mamak. sudah berada di ruang tamu bersama Bapak dan Mamak.
"bere (panggilan kepada keponakan dalam tradisi Batak Toba) duduk disini, tulang mau dengar apa yang jadi masalah Mu?" ujar tulang pak Saor.
Aku duduk dekat mamak yang menghadap ke tulang Saor (Tulang artinya Paman, saudara laki-laki dari Mamak, tradisi Batak Toba) dan tatapannya begitu teduh dibandingkan tatapan bapakku dengan tatapan yang penuh amarah.
"bang Andri dengan gaji per tiga bulan sekitar 10 juta lebih, dan nantinya akan diberikan kepada Mamanya dan kami akan di jatah nantinya.
Tiur harus menjadi pembantu di rumah itu, kerja di kebun kopinya dan memelihara ternak Nya. untuk membayar Sinamot (Mahar) yang di terima oleh bapak dan Mamak serta biaya pernikahan kami dan juga biaya hidup kami.
Kami akan di jatah dan harus siap seberapa pun yang akan diberikan oleh Mertuaku kepada kami."
Mendengar penuturan dariKu, Tulang pak Saor menghela napas panjang. sementara Bapak masih terlihat marah.
"inilah yang tulang takutkan, sudah jelas tulang tahu, kalau Suami kamu itu laki-laki yang tidak bisa diandalkan, tapi bapak mu ini bersikeras untuk menikahkan kamu dengan-nya.
Begini saja bere, kalian langsung mandiri saja. jangan tinggal di rumah mertua mu itu. rumah tulang masih kosong dan ternak tulang sudah lepas Asi dari induknya, anak ternak akan tulang berikan sebagai bekal kalian dan tulang akan bersedia meminjamkan modal untuk biaya hidup sebelum ternak nya bisa panen."
"Tulang, itu yang sudah ku bicarakan dengan bang Andri. Tiur juga masih ada pegangan berupa gelang dan kalung, jika di jual masih bisa untuk biaya hidup 3 bulan ke depan. tapi bang Andri tidak mau pisah dari Mamaknya."
Lagi-lagi tulang pak Saor menghela napas panjang. dan Tulang menoleh ke arah bapak karena tidak mendapatkan respon akhirnya menoleh ke mamak.
"ito (panggilan saudara laki-laki ke saudara perempuan Nya, demikian juga sebaliknya), kita panggil raja Huta (Pemangku adat/kepala adat) biar bagaimanapun Tiur adalah putri Kalian." tutur tulang pak Saor.
"uang nya dari pak Saor?" bapak bertanya dengan amarah Nya.
"uang? Sinamot (mahar) 300 juta hanya berkurang 100 juta, sisa nya kemana? baik, biar saya yang talangin dan semuanya saya yang urus."
*talangin dalam dialog Medan, yang artinya mendahulukan pembayaran atau memberikan uang terlebih dahulu untuk keperluan.
Bapak terlihat kesal dengan penurutan Tulang pak Saor dan Pak Saor langsung pergi dari rumah, sementara Mamak menuntunKu masuk ke dalam kamar.**
Sore harinya, tulang pak Saor bersama istrinya sudah tiba di rumah dengan membawa makanan berupa ikan mas arsik yang banyak.
Tidak berapa lama raja Huta (Pemangku adat) beserta dengan rombongannya yang berjumlah kurang lebih 10 orang laki-laki yang didampingi oleh istri-istrinya.
Tidak berapa lama, Suamiku bersama kedua orang tuanya dan 6 orang rombongan sudah tiba di rumah ini. selesai makan makan malam acara adat di mulai lebih tepatnya negosiasi.
"baik bapak-ibu, sebagai penengah kami hadir disini bersama dengan rombongan dari setiap marga. disini saya ingin mendengar akar permasalahan yang di mulai dari Istri, silahkan Inang (panggilan umum untuk perempuan yang Sudah menikah di kalangan masyarakat Batak)" ujar Kepala Adat yang biasa di panggil Oppung Doli Tyas (karena cucu pertamanya bernama Tyas)
Dalam tradisi Batak anak pertama atau cucu pertama akan menjadi nama panggilan.
'oppung Doli artinya Kakek dan pasangan nya oppung Boru yang artinya Nenek.
"begini oppung Doli, saya di suruh ibu mertuaku menjadi pembantu sekaligus pekerja tanpa di upah di rumahnya. untuk membayar Sinamot ( Mahar), biaya pesta pernikahan, dan biaya hidup kelak nanti. gaji suami ku setiap pertiga bulannya akan disetorkan kepada Mamanya dan kami akan dijatah olehnya.
Saya sudah mengajak Suami untuk hidup mandiri tapi Suami Ku tidak mau berpisah dengan Mamaknya Karena suami adalah anak laki-laki di rumah tersebut.
Saya tidak mau hidup berkeluarga di bawah terkekang ibu mertuaku. dan saya tidak mau kehidupan pribadi di urusi oleh ibu mertuaku."
Dari ujung sudut terlihat ibu mertuaku menahan emosi mendengar perkataan Ku, tapi aku mencoba untuk sabar dengan sikapnya itu.
"apalah mau kau?" tanya ibu Mertuaku itu ditengah keheningan ini.
"saya mau hidup mandiri bersama bang Andri, dan gaji bang Andri harus saya pegang sebagai istri."
"dek, aku anak laki-laki bapak dan Mamak. tidak mungkin ku tinggalkan bapak dan Mamak di rumah, lagian gaji ku hanya dibayarkan per tiga bulan."
Sanggahan dari bang Andri yang melihat Mamanya setelah mengucapkan perkataan Nya.
"bang, pagi itu sudah ku bilang. aku punya tabungan dan itu cukup sampai Abang gajian dan ternak bisa kita jual. kalau kita sepakat apapun bisa kita lakukan.
Sekarang bang Andri harus tegas, memilih mamak mu atau saya Istrimu ini. dan ingat mamak Mu tidak selamanya bersama Mu, baru kemarin pendeta yang menikahkan kita berkata, laki-laki akan meninggalkan kedua orangtuanya demikian juga dengan mempelai perempuan dan kemudian bersatu untuk membangun rumah tangga. dan kau itu laki-laki bang, sudah seharusnya kau keluar dari ketiak Mama mu itu."
"kurang ajar kau, dimana sopan santun!" ujar mertuaku yang berdiri sambil menunjuk Ku.
"inang tenang, harap tenang." perintah ketua adat dengan tegas.
Ibu mertuaku akhirnya duduk kembali setelah di paksa duduk oleh bapak mertuaku, tapi wajahnya masih tersimpan raut amarahnya yang dalam.
"jika Abang memilih mamak, apa yang kamu lakukan?" tanya bang Andri tiba-tiba.
Perhatian tertuju kepadanya, dan kepala adat terlihat kesal dengan ucapan Suamiku. ingin rasanya menampar Suamiku di hadapan MamaNya.
Tradisi Batak Toba, jika istri pulang ke rumah orangtuanya karena pertikaian dalam rumah tangga. jika Suaminya ingin menjemput istrinya harus dengan Adat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Jasreena
keperawanan nya gmn ? busa ganti bro ratus juta di Si Andri itu....
2022-12-19
1
EsterEka.
cemana nya si andri ini, tak ada nya pendirian sebagai suami. nurut kali nya sm inang mu nya kau doli
2022-11-02
1
Kimberly Skincare
dah Aq kasih bunga, semangat Thor....
2022-10-30
1