Lembaga Perlindungan Duda
PLAK
Tamparan mendarat keras di pipi seorang wanita cantik bergaun putih dengan motif bunga sakura. Wajahnya sampai menoleh ke samping, karena kerasnya tamparan yang dilakukan pria yang tak lain adalah suaminya sendiri. Wanita itu menoleh dengan masih memegangi pipi yang terasa sangat panas. Hancur hatinya saat mengetahui suaminya berselingkuh, dan dia malah dihajar seperti ini saat meminta penjelasan.
“Mas Rangga, kenapa Mas tega sama aku? apa kurangnya aku sebagai istri?” bentak wanita bernama asli Alina itu.
“Kurangnya kamu? kamu mau tahu apa kurangnya? Kamu tidak memasak menggunakan kecap cap Angsa!”
‘Kecap cap Angsa, gunakan kecap cap Angsa agar suami Anda tidak mencari wanita lain yang memasak menggunakannya’
_
_
Sebuah iklan dari produk kecap membuat Gia melongo, dia tak percaya iklan seperti itu bisa membuat kegaduhan meski bukan pertama kali ini melihatnya. Ia pun saling pandang dengan rekan kerjanya yang lain karena sang kepala membawa rekaman iklan itu. Sedangkan Pak Rafli - kepala tempatnya bekerja langsung mematikan layar yang letaknya tepat di tengah ruang rapat, pria itu geleng-geleng kepala.
“Iklan ini mempertontonkan tindakan KDRT yang cukup serius, banyak laporan masuk yang mengatakan bahwa anak-anak menirukan adegan pembuka iklan itu."
“Aku sudah tahu, aku yang merangkum laporannya. Dia bicara seperti itu ke siapa?” gumam Gia. Gadis cantik berumur 24 tahun itu membalas senggolan kaki temannya di bawah meja.
“Jangan mencari gara-gara Gia, atau kamu akan diminta lembur lagi,” bisik Citra sang rekan kerja.
Gia mencebikkan bibir kesal. Sudah hampir dua tahun ini dia bekerja di LPA. LPA sendiri memiliki kepanjangan Lembaga Perlindungan Anak, sebuah NGO atau Lembaga non kepemerintahan yang memiliki visi dan misi melindungi dan meningkatkan kesejahteraan anak. Gia pikir dia akan sering ke luar pulau, atau bahkan ke pelosok negeri untuk membantu program lembaga dalam mensejahterakan anak.
Namun, ternyata dia harus kecewa karena LPA lebih suka mengurusi masalah yang tidak begitu serius. Ini karena sang kepala yang bernama Rafli lebih fokus memberikan pendampingan ke anak selebritis yang orangtuanya bersiteru, anak pejabat korup, dan juga perebutan hak asuh anak di antara para konglomerat.
“Si Rafli rambut cangkok itu, jika dia tidak menjebakku dengan kontrak lima tahun, aku pasti sudah memilih pergi dari sini,” gerutu Gia. “Ingin sekali aku jambak rambutnya agar tercabut sampai ke akar.”
“Huss …, sudah jangan membuat keributan lagi,” bisik Citra mengingatkan.
“Beginilah kalau sebuah lembaga dipimpin oleh tikus sawah. Sekali dia berulah lagi akan aku potong anunya.”
“Gia, anu apa?” tanya Citra yang dibuat melotot karena perkataan Gia.
“Anu itu rambut cangkoknya, kamu pikir apa?” amuk Gia, “Mana berani aku berkata vulgar di sini,”imbuhnya.
Citra menyenggol lengan Gia, dia cemas karena temannya itu memasang muka marah. Mata Gia menyipit dan bahkan tangannya sudah mengepal, dia takut kejadian beberapa minggu yang lalu terjadi lagi. Gia yang notabene adalah anak salah satu pengusaha di kota itu memang memiliki nyali yang cukup besar. Jika tidak punya nyali, tidak mungkin dia memilih melamar kerja di LPA dari pada menjadi direktur di perusahaan papanya sendiri. Bekerja di lembaga itu adalah cita-citanya sejak kecil, dia ingin mewujudkan impian almarhumah sang mama yang dulu juga bekerja di LPA, tapi siapa sangka kejadian satu minggu lalu yang dimaksud Citra terjadi lagi.
Siang itu Gia datang, dia melepaskan tas dan menaruh berkas yang dia bawa ke meja kerjanya dengan sedikit kasar. Gadis itu menyingsingkan lengan kemeja lantas berjalan dengan langkah lebar menuju ruangan Rafli.
“Pak, kenapa Anda memutar balikkan fakta hanya untuk membantu kasus Bu Mutia? Sudah jelas dia melakukan tindakan korupsi dengan memotong dana bantuan ke yayasan-yayasan anak yatim piatu.”
“Sudahlah! kenapa ribut? apa yang kamu ributkan sih Gia,” jawab Rafli dengan raut muka tidak suka. “Dia punya anak umur dua tahun, anaknya butuh dia untuk itulah aparat penegak hukum memutuskan Bu Mutia tidak ditahan.”
“Bapak coba lihat ke penjara-penjara wanita, banyak yang melahirkan dan bahkan membesarkan anak mereka di sana.” Gia tak mau kalah, sudah mendidih darahnya karena sikap sang atasan.
“Dia makan hak anak yatim, Pak. Ini bukan perkara main-main.”
“Halah … anak yatim apa? mereka itu punya orangtua, hanya saja tidak mau mengurusi karena malu. Lihat saja wajah anak-anak itu, wajahnya bagus-bagus. Anak-anak orang kaya itu."
Gia murka. Dia mendekat ke arah Rafli, dijambaknya rambut atasannya itu. Padahal Rafli baru melakukan pencangkokan rambut di Thailand beberapa minggu lalu. Rafli pun berteriak kesakitan sedangkan Gia tak memperdulikan dan terus menyerang.
“Hentikan! Ampun-ampun, ini sakit!” teriak Rafli.
Namun, aksi brutal itu hanya ada di dalam angan-angan Gia. Gadis itu nampak masih berdiri di depan meja Rafli dengan muka cemberut.
“Kenapa? sudah sana pergi! Bukankah kamu harus melakukan observasi ke anak artis iklan kecap itu,” kata Rafli.
“Saya sudah dari sana,” jawab Gia, di LPA hanya dia yang berani ketus ke sang atasan.
Siapa sangka, setelah muncul iklan berbau KDRT yang dibintangi oleh artis bernama Alina, kini wanita itu melaporkan suaminya dengan tuduhan KDRT. Di mana sang suami adalah pemilik perusahaan bernama AIR FOOD yang memproduksi kecap merek Angsa itu. Tak hanya dugaan kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh pria bernama Airlangga Wijaya itu ke sang istri, tapi juga ke putra mereka yang masih berumur empat tahun bernama Gani.
“Ya sudah buat laporannya, dan satu lagi. Ini!” Rafli melempar beberapa lembar kertas ke meja dengan arogan.
Jika tidak karena kontrak dan harapan mamanya, Gia pasti sudah benar-benar mencabut rambut pria di hadapannya ini. Meski begitu Gia tetap berusaha tenang, merubah kebusukan menjadi kebaikan memang tidak gampang. Gadis itu menarik napas dalam-dalam, sebelum mendekat dan meraih kertas yang Rafli lempar, dia membaca biodata seorang anak di sana.
“Anak itu namanya Mahameru, ibu kandungnya meminta bantuan lembaga kita karena dia tidak boleh bertemu dengan anaknya. Si ibu berkata pria yang merawat anak itu, bukanlah ayah kandung,” ucap Rafli memberi penjelasan.
“Lalu bagaimana ceritanya anak ini dirawat oleh pria yang bukan ayah kandungnya?” tanya Gia curiga.
Rafli nampak berpikir, dia tidak bisa langsung menjawab ucapan Gia. Sebenarnya ibu kandung anak bernama Mahameru itu memintanya membuat rekomendasi. Rekomendasi itu nantinya akan digunakan ke pengadilan untuk menggugat hak asuh. Rafli sadar sudah melakukan kesalahan, seharusnya dia tidak memberitahu kasus ini ke Gia.
“Sudah! bawa sini! kamu urusi saja kasus keluarga kecap Angsa, tidak perlu mengurusi yang ini,” kata Rafli.
Gia pun mengembalikan kertas yang diberikan Rafli ke meja, tapi sebelum keluar dari ruangan pria itu dia mengancam dengan berkata, “Bapak tidak berpikir untuk menerima uang dari salah satu pihak, kan?"
_
_
_
Hei Jumpa di Novel baru Na
semoga kalian mau mengikuti sampai TAMAT
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
jumirah slavina
teruskan Gia.. Aku akan bantu dgn Doa/Facepalm//Facepalm//Scream/
2024-05-05
1
Sweet Girl
Masih dipertimbangkan, soalnya mau ada rencana pencangkokan rambut lagi.
2024-01-01
1
Sweet Girl
Bwahahahaha disayang kan cuma sebuah angan angan🤣
2024-01-01
0