Bab 5 : Anak Tiri

“Al, apa keputusanku meminta bantuan kepala LPA tepat?” tanya Airlangga dengan wajah gusar.

Pria itu berbicara tanpa menatap Alvian. Menemui dan meminta bantuan Rafli adalah ide sekretarisnya itu.

“Iya Pak, saya mendapatkan informasi bahwa Pak Rafli bisa dengan mudah memenangkan kasus perebutan hak asuh anak, dia juga akan membantu Anda untuk merekomendasikan pengacara yang terpercaya.”

Alvian mencoba menenangkan sang atasan. Meski begitu, Airlangga nampak tidak begitu yakin. Pria yang sejak tadi memandang keluar jendela ruang kerjanya itu, kini melempar pandangan lebih jauh ke depan, menerawang menyesali kisah cintanya yang tak pernah berjalan mulus.

Dulu, dia menikah dengan seorang janda beranak satu, wanita terbaik yang pernah dia temui. Wanita yang sangat bisa memanjakannya sebagai seorang laki-laki. Sosok istri pertamanya bagaikan paket lengkap. Airlangga mendapat sosok ibu sekaligus istri di diri ibunda Zie. Meski sudah memiliki anak, Airlangga sama sekali tak peduli, apa lagi almarhum papanya tidak mementingkan status. Namun, entah kenapa saat dia memutuskan menikah dengan Alina, sang papa sedikit menentang. Berkata bahwa pernikahannya tidak akan bahagia juga kali ini.

Seperti sumpah, akhirnya apa yang diucapkan papanya benar-benar terjadi. Airlangga pun bercerai dengan Alina dan harus dihadapkan dengan perebutan hak asuh Gani – putranya. Airlangga coba merefleksi, bahwa mungkin papanya sudah memiliki perasaan tak enak semenjak dia memperkenalkan Alina untuk pertama kali.

Ibu kandung Airlangga sudah lama tiada, meninggalkan dirinya, sang adik perempuan juga papanya. Untuk itu, masalah percintaan dan pernikahan Airlangga seperti tidak punya tempat untuk berkeluh kesah, mengadu, atau sekadar mencurahan isi hati.

Namun, jika papanya masih hidup, mungkin beliau akan bercerita tentang Alina yang bukan wanita baik-baik, papa Airlangga pernah mendengar wanita itu bersama koleganya masuk ke sebuah hotel. Sebelum meninggal, dia sebenarnya ingin melihat sang putra bercerai lalu menikah lagi dengan perawan, tapi sampai ajal menjemput harapannya tak terpenuhi.

Airlangga masih membeku berdiri di dekat jendela, satu tangan dia masukkan ke kantung celana. Ia begitu merindukan putranya, Alina tak mengizinkannya bertemu Gani. Entah apa yang direncanakan wanita itu, satu hal yang Airlangga tahu, Alina memang sengaja ingin memisahkannya dan Gani. Membuat dirinya terlihat sangat buruk di mata orang, padahal di belakang, Alina meminta tunjangan anak yang sangat besar.

“Pak, jangan lupa besok Anda harus bertemu Pak Indra di lapangan golf, untuk membahas pembelian bahan baku kedelai untuk produk kecap kita.”

Ucapan Alvian meruntuhkan lamunan Airlangga, pria itu melirik sedikit lalu mengangguk. “Siapkan segalanya, aku tidak ingin sampai kehilangan pemasok lagi hanya karena gosip yang tidak benar tentang diriku,” ujar Airlangga.

“Lalu bagaimana kalau Anda memberikan penjelasan ke publik, Pak?” Pertanyaan Alvian lebih terdengar seperti saran untuk sang atasan.

“Memberi penjelasan hanya akan terdengar sebagai sangkalan di pikiran orang-orang, karena Alina lebih banyak dukungan. Ia punya fans fanatik sedangkan aku … “

“Papa punya aku!”

Suara seseorang terdengar memotong ucapan Airlangga, dia dan Alvian menoleh. Bibirnya tersenyum mendapati putrinya sudah melebarkan daun pintu yang tidak ditutup rapat. 

“Zie, apa kamu bolos?”

Airlangga berjalan mendekati putri tirinya, sedangkan Alvian memilih undur diri keluar ruang kerja sang atasan. Terlihat Zie memajukan bibir karena tuduhan Airlangga yang begitu kejam. Jika saja Zie tahu bahwa ada berita yang lebih kejam di luar sana, berita yang mengatakan bahwa dia ‘dipakai’ oleh papanya. Namun, Airlangga harusnya sudah menduga, Zie pasti sudah tahu, anak zaman sekarang tidak bisa dibatasi pergaulannya, apa lagi akses ke dunia maya seolah tanpa batasan. 

“Bolos bagaimana? Setelah ujian semester ‘kan sudah biasa pulang pagi, Pa.” Zie berhenti di depan Airlangga, membetulkan kerah kemeja Airlangga. “Papa kucel banget deh, apa Papa pusing memikirkan masalah dengan Bunda Alina? Atau sama sepertiku, Papa merindukan Gani?”

Airlangga memaksakan senyuman, dia tepuk puncak kepala Zie lalu menjawab pertanyaan gadis itu, “Cuma kamu yang bilang Papa kucel, semua karyawan di sini bilang Papa gantengnya kelewatan sampai harus mundur.”

Zie memaksakan tawa, papanya benar-benar narsis. Ia pun menjelaskan maksud kedatangannya, gadis berumur lima belas tahun itu ingin meminta izin, dia ingin pergi ke apartemen Alina untuk menemui Gani.

“Bagaimana kalau kamu nanti diusir?” tanya Airlangga khawatir.

“Aku akan pura-pura pingsan di depan pintu agar terpaksa dibawa masuk.”

Zie tersenyum tanpa dosa. Kelakuannya membuat Airlangga geleng-geleng kepala tapi juga geli. 

***

Sementara itu, Gia masih saja diam menatap Rafli yang khidmat menyantap daging panggang berbumbu. Aromanya sungguh menggugah selera setiap orang kecuali Gia. Gadis itu masih saya cemberut, di dalam hatinya Gia menyumpahi setiap jiwa-jiwa yang memiliki hati jahat akan sakit perut setelah acara makan-makan ini berakhir. Dan benar saja, satu jam setelah makan, beberapa temannya bergantian keluar masuk kamar mandi.

Gia tertawa sambil menyesap kopi yang baru saja dia beli. Ia pura-pura tidak mendengar obrolan teman-temannya yang berkata perutnya sakit sampai melilit.

“Apa dagingnya kurang segar?”

“Mana mungkin? Lihat tidak semua sakit perut, bukankah aku juga makan,” ucap Citra membela diri saat temannya mengeluh. Dia tak mau disalahkan karena yang memesan menu itu tadi.

Citra bingung, bagaimana kalau teman-temannya  keracunan makanan. Gadis itu melirik Gia yang menatap layar laptop, temannya itu menyuapkan sushi ke dalam mulut. Citra pun mendekat dan menanyakan kira-kira kenapa beberapa orang sakit perut.

“Sesuai amal dan perbuatan,” ucap Gia. Ia jemawa semua itu terjadi karena sumpah serapahnya, padahal ada satu jenis sambal yang memang disantap oleh teman-temannya yang sakit perut itu, dan sebenarnya Gia tahu.

“Apa kamu makan sambal matahnya?” tanya Gia ke Citra.

“Tidak, aku merasa tidak cocok daging dimakan dengan sambal itu.”

Tepat setelah menajawab, mulut Citra pun mengaga. Ia tahu bahwa sambal itu lah yang membuat teman-temannya sakit perut. 

Gia mengangguk, sebelum menoleh kaget ka arah ruangan Rafli. Atasannya itu juga sakit perut. Rafli berlari terbirit-birit menuju kamar mandi membuat Gia tertawa geli.

“Gi, jangan tertawa di atas penderitaan orang lain, kamu nanti bisa kena batunya,” ujar Citra mengingatkan.

Namun, Gia tak merespon. Gadis itu terdiam. Gerakan mulutnya mengunyah makanan pun terhenti, dia melihat sebuah artikel yang menurutnya tidak pantas. Soal komentar nitizen tentang Airlangga yang dituduh melakukan tindakan asusila ke putri tirinya.

“Aku yakin tidak ada manusia yang sempurna, tapi berbuat seperti ini aku rasa tidak mungkin dia lakukan,” gumam Gia.

Citra yang heran pun melongok, dia melihat apa yang sedang ditatap Gia di layar laptop sampai bergumam seperti itu.

“Soal CEO kecap yang tinggal bersama putri tirinya?” kata Citra. “Bukankah anak itu masih dibawah umur? Apa kita harus minta pak Rafli untuk melakukan pendampingan, bagaimana kalau dia terkena bullying di sekolah? Atau bagaimana kalau CEO kecap itu memang … “

“Kalau dia sampai melakukan itu ke anak tirinya, aku akan mematahkan Pembangkit Listrik Tenaga Anunya,” geram Gia.

Terpopuler

Comments

Ira Suryadi

Ira Suryadi

😄😄,,, Bisa aje Gia

2024-09-10

0

Shella Shilvyliana

Shella Shilvyliana

astagfirullah thorrr,,,aku yg lulusan SMK. jurusan teknik listrik,,,malah baru tau apa itu kepanjangan PLTA yg terbaik update,,,"""PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANUNYA"""/Shy//Shy//Shy//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/

2024-03-08

2

Sweet Girl

Sweet Girl

eh ternyata narsis juga Papa Airlangga.

2024-01-01

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Lembaga Perlindungan Anak
2 Bab 2 : CEO Kecap
3 Bab 3 : Kecelakaan
4 Bab 4 : Perbaikan Gizi
5 Bab 5 : Anak Tiri
6 Bab 6 : Mana Paham?
7 Bab 7 : Memata-matai
8 Bab 8 : Bertemu Alvian
9 Bab 9 : Penculikan
10 Bab 10 : Ini Takdir
11 Bab 11 : Mending Yang Jelas
12 Bab 12 : Bunga
13 Bab 13 : Cepat Bergerak!
14 Bab 14 : Berdebat
15 Bab 15 : Alasan
16 Bab 16 : Ide Cerdas
17 Bab 17 : Bantu Papa, Zie!
18 Bab 18 : Membujuk
19 Bab 19 : Pria Baik
20 Bab 20 : Ditinggal Sendirian
21 Bab 21 : Ugal-Ugalan
22 Bab 22 : Diusir
23 Bab 23 : Wartawan
24 Bab 24 : Sinetron Yang Menyedihkan
25 Bab 25 : Perlindungan Duda
26 Bab 26 : Mengenal Dekat
27 Bab 27 : Merindukan
28 Bab 28 : Mantan? Kekasih?
29 Bab 29 : Tak Memiliki Cara Lain
30 Bab 30 : Jujur
31 Bab 31 : Bingung Memikirkan Baju
32 Bab 32 : Memilih Baju
33 Bab 33 : Syarat
34 Bab 34 : Pergi ke Pesta Bersama
35 Bab 35 : Mungkin tidak Selamat
36 Bab 36 : Melihat Kondisi
37 Bab 37 : Mendatangi Alina
38 Bab 38 : Minim Empati
39 Bab 39 : Tolong Bawa Pergi!
40 Bab 40 : Batagor
41 Bab 41 : Mantan Menyebalkan
42 Bab 42 : Secangkir Kopi
43 Bab 43 : Detektif Rafli
44 Bab 44 : Lembaga Perlindungan Apa?
45 Bab 45 : Lembaga Perlindungan Apa?
46 Bab 46 : Kesempatan Lagi
47 Bab 47 : Tak Gampang Didekati
48 Bab 48 : Rencana
49 Bab 49 : Serius
50 Bab 50 : Mengundurkan Diri
51 Bab 51 : Bukan Akhir
52 Bab 52 : Karena Menyukaimu
53 Bab 53 : Menjadikanmu Kekasih
54 Bab 54 : Kecantol Duda
55 Bab 55 : Menantuku
56 Bab 56 : Huru Hara
57 Bab 57 : Terbongkar
58 Bab 58 : Pilihan
59 Bab 59 : Calon istri
60 Bab 60 : Ciuman Pertama (TAMAT)
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Bab 1 : Lembaga Perlindungan Anak
2
Bab 2 : CEO Kecap
3
Bab 3 : Kecelakaan
4
Bab 4 : Perbaikan Gizi
5
Bab 5 : Anak Tiri
6
Bab 6 : Mana Paham?
7
Bab 7 : Memata-matai
8
Bab 8 : Bertemu Alvian
9
Bab 9 : Penculikan
10
Bab 10 : Ini Takdir
11
Bab 11 : Mending Yang Jelas
12
Bab 12 : Bunga
13
Bab 13 : Cepat Bergerak!
14
Bab 14 : Berdebat
15
Bab 15 : Alasan
16
Bab 16 : Ide Cerdas
17
Bab 17 : Bantu Papa, Zie!
18
Bab 18 : Membujuk
19
Bab 19 : Pria Baik
20
Bab 20 : Ditinggal Sendirian
21
Bab 21 : Ugal-Ugalan
22
Bab 22 : Diusir
23
Bab 23 : Wartawan
24
Bab 24 : Sinetron Yang Menyedihkan
25
Bab 25 : Perlindungan Duda
26
Bab 26 : Mengenal Dekat
27
Bab 27 : Merindukan
28
Bab 28 : Mantan? Kekasih?
29
Bab 29 : Tak Memiliki Cara Lain
30
Bab 30 : Jujur
31
Bab 31 : Bingung Memikirkan Baju
32
Bab 32 : Memilih Baju
33
Bab 33 : Syarat
34
Bab 34 : Pergi ke Pesta Bersama
35
Bab 35 : Mungkin tidak Selamat
36
Bab 36 : Melihat Kondisi
37
Bab 37 : Mendatangi Alina
38
Bab 38 : Minim Empati
39
Bab 39 : Tolong Bawa Pergi!
40
Bab 40 : Batagor
41
Bab 41 : Mantan Menyebalkan
42
Bab 42 : Secangkir Kopi
43
Bab 43 : Detektif Rafli
44
Bab 44 : Lembaga Perlindungan Apa?
45
Bab 45 : Lembaga Perlindungan Apa?
46
Bab 46 : Kesempatan Lagi
47
Bab 47 : Tak Gampang Didekati
48
Bab 48 : Rencana
49
Bab 49 : Serius
50
Bab 50 : Mengundurkan Diri
51
Bab 51 : Bukan Akhir
52
Bab 52 : Karena Menyukaimu
53
Bab 53 : Menjadikanmu Kekasih
54
Bab 54 : Kecantol Duda
55
Bab 55 : Menantuku
56
Bab 56 : Huru Hara
57
Bab 57 : Terbongkar
58
Bab 58 : Pilihan
59
Bab 59 : Calon istri
60
Bab 60 : Ciuman Pertama (TAMAT)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!