Benci Menjadi Cinta
Hay gaes...
Ini adalah novelku yang ketiga dan harap kalian semua bersemangat memberikan author dukungan...
...🍃READING BOOK 🍃...
Seorang gadis yang berusia 16 tahun duduk tenang di bangku kantin, tak ada satu orang pun yang berniat menghampiri karena gadis ini selalu menutup diri dan cupu.
Ia bernama Berlin Aisyah Yudha, dia adalah seorang gadis yang berkecukupan. Keluarganya hanya seorang pekerja bangunan dan seorang pembantu.
Berlin cukup bersyukur karena dapat makan dan minum tanpa kekurangan, meski selalu mengeluh akan biaya sekolah.
Ia pernah meminta dengan orang tuanya untuk berkerja sambil sekolah, namun hal itu ditentang keras oleh kedua orang tuanya dan sampai jika ia membantah maka kedua orang tuanya akan marah besar padanya.
Kini Berlin berada di kantin sekolah, di jam istirahat seperti inilah ia mengisi perutnya dengan satu roti yang ia beli, ia terus mengunyah roti yang ia beli.
Saat ini perutnya sangat lapar, namun dirinya hanya mampu membeli roti, sehingga ia hanya memakan roti sebagai ganjalan perut yang kosong.
"Minggir kau cupu, ngalangin aja!" Bentak seorang gadis dengan membawa satu nampan berisi makanan.
Berlin pun bergeser sedikit untuk memberi mereka jalan.
"Kau pikir kita mau makan sama mu, sana pergi bikin sakit mata saja!!" Bentak satu temannya lagi.
Berlin pun bangkit dari duduknya, ia berjalan untuk meninggalkan meja tersebut. Namun gadis yang merebut mejanya dengan sengaja meletakkan kaki dijalan Berlin dan membuat ia langsung terjatuh ditempat itu.
"Hhhhhh....lihatlah, mangkanya punya mata empat itu dipakai bukan cuman untuk pajangan!!" Ledek gadis yang meletakkan kakinya.
Berlin meremas roti yang ditangannya, ia sangat geram. Namun ia tak mampu melakukan hal lebih.
"Apa mau marah hah!" Sinisnya. "Ups...sengaja!" Dengan menuangkan sebuah jus dikepala Berlin.
Semua orang tertawa sangat lepas, seakan mereka menonton acara lawakan secara langsung.
Berlin langsung bangkit dan mendorong gadis itu, ia berlari keluar dari kantin, menutup wajahnya yang sangat malu.
Mengapa selalu begini, apa salah berlin,' Batinnya yang terus mengeluh.
Ia berlari tak tentu arah, hingga ia tampa sadar pergi ke toilet dimana tempat yang paling nyaman untuk mengeluarkan tangisnya.
Ia langsung masuk ke dalam toilet, lalu menguncinya. Ia keluarkan semua tangisnya yang berusaha ia tahan dari tadi.
"Apa salah berlin...hiks...hiks...Berlin berusaha menghindar tapi mereka yang selalu mempermalukan ku...hiks...hiks..." Tangis Berlin pecah didalam kamar mandi tersebut.
Ia berusaha menahan suaranya agar tak terdengar keluar, namun saat ini ia menangis tak suara dan tidak ada satu pun bahu yang menenangkannya.
Tok...tok...
"Berlin! Kamu disana?" Tanya seseorang dengan mengetuk pintu kamar mandi yang Berlin berada
Berlin sejenak terdiam, ia berusaha menetralkan wajah dan tangisnya. Seakan menelan batu yang sangat besar, begitu lah yang Berlin rasakan agar tidak terlihat menangis.
Perlahan ia membuka pintu, ia melihat sahabatnya datang menghampirinya.
"Kamu menangis lagi!" Lirihnya dan langsung memeluk Berlin erat.
"Enggak..." Ucap serak Berlin khas orang yang habis nangis.
"Udah jangan nutupin lagi, sekarang menangislah! Aku akan menjadi pendengar terbaik untuk mu!" Ucapnya dengan mengelus rambut kepang Berlin.
"Hiks....hiks...aku dibully lagi cel, aku aku sakit...hiks....hiks..." Lirih Berlin dengan air mata yang tak bisa dibendung.
"Yaampun, siapa yang bully kamu Berlin, coba katakan!" Ucapnya yang berusaha menenangkan Berlin.
"Orang itu...hiks...hiks..."
"Baiklah, aku tau siapa orangnya, biar aku kesana ber dan biarkan aku memberi mereka semua pelajaran!!" Geram Celsi.
"Eng-enggak perlu cel, aku gak papa!" Ucap Berlin yang berusaha tegar.
"Gak ada, kalo dibiarkan mereka pasti selalu bully kamu!" Ucap Celsi yang berusaha menahan emosinya.
"Aku mohon jangan! Ntar mereka pasti akan balas dendam sama ku." Ucapnya menatap wajah Celsi.
"Huh...Kan ada aku, masa kau gak mau bales sih!!" Kesal Celsi.
"Aku gak papa cel!" Ucap gugup Berlin.
"Yaudah yok kita ke kelas lagi, kayaknya bel masuk udah bunyi deh!" Ajak Celsi sambil memapah Berlin.
"Tapi rambut ku!" Ucap Berlin memegang rambutnya.
"Hah...rambut? Inalillahi kok bisa sih berlin!" Ucap baru sadar Celsi bahwa rambut sahabatnya itu lengket dan basah.
"Kamu kristen cel!" Ucap Berlin memberi tahukan.
"Oh iya aku lupa!!!" Ujarnya dengan menepuk keningnya."Yaudah kita basahin aja dulu ya, sepertinya pelajaran masih belum dilakukan dan jika kita ketinggalan pelajaran maka kita akan meminta izin!" Ucap Celsi memberikan solusi.
Berlin hanya mengangguk dan mereka pun segera membersihkan nya meski sedikit susah.
Setelah membersihkan rambut Berlin yang lengket karena air jus yang di tuang oleh pembully tadi.
"Udah kan, yok kita pergi lagi!" Ucap Celsi dengan menarik Berlin.
Berlin hanya diam mengikuti, mereka berdua berlari untuk menuju kelas mereka agar segera sampai.
Sesampainya mereka dikelas, semua mata tertuju pada mereka, namun beberapa saat mereka semua kembali fokus pada pelajaran.
"Permisi pak, maaf kita terlambat!" Ucap Celsi yang ingin meminta izin masuk.
"Cepat duduk!" Ketus sang guru.
Banyak guru tak suka dengan keberadaan Berlin, selain sering di-bully latar belakang yang sangat kecil itu membuat mereka semua enggan untuk sopan pada Berlin.
Sedangkan dengan Celsi, ia adalah anak orang kaya yang menutupi identitasnya, disini Celsi ingin mencari sahabat sejati dan akhirnya bertemu dengan Berlin.
"Baiklah pak!" Ucap Celsi dan langsung menarik tangan Berlin untuk masuk kelas.
Berlin terus menunduk saat masuk, ia takut dengan tatapan pembully itu.
"Hay...gimana! aku belum kasih kamu pelajaran!" Ucap pembully itu dengan senyum yang menakutkan bagi Berlin.
"Apaan sih kamu Jes!" Ketus Celsi yang ingin membela Berlin.
Namun Berlin langsung menggenggam kuat tangannya agar tidak berurusan dengan gadis itu.
Dia adalah Jesica Maharani Fauzi, seorang anak yang memiliki kehidupan sedikit lebih dari Berlin. Orang tuanya bekerja disebuah perusahaan dan dibank.
Jesica selalu mencari kesenangan dan perhatian yang dapat membuatnya melupakan yang namanya kesibukan orang tua, ia tak pernah sedikit pun diberikan kasih sayang yang lebih sehingga ia bersikap seperti ini.
Jam pelajaran berlangsung, Berlin dan Celsi kembali fokus dengan pelajaran mereka.
Semua pelajaran hari ini telah selesai dipelajari, kini Berlin berjalan sendiri karena Celsi selalu dijemput didekat samping sekolah agar tidak ada yang mengetahui identitasnya.
Celsi selalu menawari Berlin, namun Berlin memberi alasan bahwa dia mabuk naik mobil dan beberapa alasan yang tak bisa dibantah Celsi.
Kini Berlin berjalan dengan santainya menuju halte, ia akan segera menuju rumah untuk membantu orang tuanya membersihkan rumahnya.
"Eh sini kau cupu!!!" Teriak seseorang yang membuat Berlin kaget.
Berlin berbalik, ia melihat kumpulan Jesica sedang berjalan mengarah padanya.
Berlin langsung berlari, ia tak ingin berurusan dengan para gadis sombong itu.
Namun yang ia lakukan mustahil, mereka semua ikut mengejar dirinya. Berlin bingung harus berbuat apa, ia terus berlari dan tak sengaja sebuah motor yang membuatnya langsung terjatuh meski tak mengenai motor itu.
*Tiiinnn....tinnn*...
Klason motor yang menyuruh Berlin menghindar, namun Berlin tidak kunjung berdiri dan membuat orang pemilik motor pun turun dari motornya.
Sedangkan para gadis yang mengejarnya hanya berdiri diam ditempat yang tak jauh dari sana, mereka semua tersenyum melihat Berlin yang akan mendapat masalah.
"Minggir, kamu ngalangin jalan aku!" Bentak seorang cowok.
\*\*\*\*\*\*
***Hay gues kembali lagi dengan bab yang menarik jangan lupa like and comen ya gaes 😎.karna author nih pencerahan dari kalian para reader ku yang baik.sampai jumpa lagi😉😁***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Yani Cuhayanih
Aku kepoin ya thor....karena aku anaku juga pernah di bully ...karena dia multi talent....dan siswi yg membully nya adalah kerabat kepsek dan anak orang kaya...ketika aku protes sama guru kesiswaan eeeh malah aku dibilang terlalu ikut campur dan aku di fitnah juga sama gurunya....makhlum suami hanya seorang buruh ....beda dgn perlakuan mereka sama anak orang kaya....Aaasliii
2023-05-03
0
🍃yanni🍃
aku ga aneh jga sih, karna aku jga punya temen kerja nasrani tpi anehnya klo kaget atau apapun itu sllu bilang astaghfirullah, klo seneng alhamdulillah dsb dn kea dah kebiasaan gtu pdhal dia kristennya taat gtu. tiap minggu g pernah absen kegereja. dn tmen yg lain biasa jg nanggepinnya, g kea si berlin ini😊
2022-12-16
0