...🍃 READING BOOK 🍃...
Keesokan harinya, Berlin yang sudah bangun dari jam 05:00 untuk menunaikan ibadah sholat nya. Setelah itu ia baru membersihkan seluruh rumahnya dari menyapu dan mencuci piring.
Sedangkan untuk sarapan pagi selalu sang mama yang buatkan.
Berlin mencuci piring lebih dulu, karena menurutnya hal itu yang seharusnya ia lakukan agar cepat selesai.
"Sudah siap sayang?" Tanya Tami yang melihat sang anak membawa sapu dari arah depan.
"Ini tinggal di dekat dapur!" Jawabnya.
"yasudah, kamu bersihkan habis itu siap-siap sekolah, oke!" ucap Tami dengan membentuk tangan oke.
Berlin hanya mengangguk, ia bergegas untuk menyapu bagian dapur.
Setelah selesai menyapu bagian dapur, Berlin langsung pergi menuju kamarnya untuk mengambil handuk dan perlengkapan lainnya.
Di karenakan kamar mandi dirumahnya yang hanya satu membuat ia harus bergegas mandi agar tidak membuat sang ayah menunggu dirinya.
Setelah melakukan semuanya dan telah memakai seragam sekolah, ia pun langsung bergegas ke meja makan.
"Ini sayang!" Ucap Tami dengan memberikan sepiring nasi goreng.
"Ibu! Biar lah Berlin yang ngelakuin, kan gak baik orang tua yang ngelayani!" Keluh Berlin.
"Ibu mau, jadi gak papa oke!" Ucap Tami dengan tersenyum.
"Lain kali jangan lakukan yah!" Ujarnya dengan mata yang memicing.
"Janji gak ngelakuin!" Ucap Tami memperlihatkan telunjuknya.
"Yaudah, ini Berlin terima dan untuk lain kali Berlin akan marah!" Ucap Berlin dengan menyuap nasi goreng itu kedalam mulutnya.
Tami hanya tertawa kecil, anaknya ini sungguh sangat lucu dan imut jika sedang marah, terlebih dengan gaya anak-anak nya yang tak pernah ketinggalan.
"Ada apa ini, kayaknya seru!" Ucap Yudha yang langsung duduk disamping sang istri.
"Berlin ngambek nih yah, lihat deh... hahaha!" Ledek Tami dengan tawanya yang tak henti.
"Iiihhh... mana ada ma!" Kesal Berlin.
"Iya deh yang gak ada..." Ucap Tami yang masih memakai nada meledek.
Berlin hanya mendengus kecil, ia cukup kesal karena sang mama selalu mengusili nya.
"Udah! Kamu ini selalu godain dia..." Ujar Yudha yang membela anaknya. "Kamu pergi sama ayah ya nak!" Ucap Yudha.
"Yaudah deh yah! Apalagi sudah jam segini, pasti terlambat deh!" ucap Berlin yang masih mengunyah nasi didalam mulutnya.
Yudha hanya mangut mangut, ia pun kembali menyendokkan nasi goreng ke dalam mulutnya.
Sesampainya di dekat rumah sekolah, Berlin diturunkan di halte dekat sekolahnya. Bukan karena malu di ejek, tapi karena Berlin tak ingin merepotkan sang ayah sampai harus mengantar nya sampai sekolah.
"Sekolah yang rajin ya sayang!" Ucap Yudha yang menerima juluran tangan sang anak.
"Iya yah!" Manuk Berlin.
Yudha langsung memutar motornya segera pergi menuju tempat kerjanya.
Sedangkan Berlin, ia melanjutkan perjalanan nya menuju sekolah. Meski hal ini didekat sekolah, namun jarak sekolah yang sedikit jauh.
Ia berjalan dengan senyum yang masih melekat di wajahnya, menurutnya pagi itu harus diawali dengan senyuman untuk memulai kebaikan dan akan selalu bersyukur untuk menikmati ridho Allah yang diberikan.
"Eh cupu sini kamu!!" Teriak kaisar yang duduk diatas motornya.
Berlin menatap kebelakang dan ternyata orang yang dikatakan oleh cowok gila itu adalah dirinya.
Berlin pun sedikit berlari mendekat, dengan tatapan yang masih menunduk.
"aku kasih kamu tantangan! Kakau kamu lebih dulu sampai dari pada aku disekolah, maka kamu bebas dari ku dan jika aku lebih dulu maka kamu jadi budak aku! deal!" Ucapnya.
"Maaf aku gak tertarik!" Ucap Berlin yang datar.
"Berarti kamu ngaku kalah, hari ini kamu jadi budak aku!" Ucap kaisar yang dengan sesukanya menyimpulkan sesuatu.
Berlin hanya melongo dengan penuturan kaisar, padahal ia disini sudah menolak nya tapi mengapa jadi ia yang mengaku kalah.
"Gak bisa gitu dong...." Bantah Berlin.
"aku yang berkuasa disini, jadi kamu harus nurut!" Ucap Kaisar yang langsung saja melajukan motornya meninggalkan Berlin.
Berlin hanya menatap kepergian motor itu, ia merasa bahwa ini adalah hari tersial dihidupnya dan terlebih akan menjadi hari sial setiap harinya.
Berlin melanjutkan jalannya menuju sekolah, ia tak ingin terlambat hanya karena hal ini.
Dengan berlari Berlin masuk gerbang sekolah yang akan tertutup.
"Lain kali datang lebih cepat!" Ucap datar seorang ketua osis.
Berlin hanya menunduk, ia ikut mengangguk dengan patuh. Berlin berjalan masuk dengan tetap menundukkan kepala, sampai tanpa sengaja ternyata kaisar berada didepan nya.
"Aww..." Ringisnya.
"Sekarang kamu pegang ini, karena kamu jadi budak aku sekarang!" Ucap kaisar dengan memberikan tasnya pada Berlin.
Meski tak berat, tapi ini sangatlah memalukan.
"aku gak mau jadi budak kamu, pliss! Lepasin aku!!!" Memohon Berlin yang langsung melempar tas kaisar.
Berlin terus menatap kebawah, ia yakin bahwa kaisar sedang mendekat kearahnya dengan mata tajam.
"Bagaimana pun kamu memohon, itu sudah peraturannya bukan!" Ucapnya yang semakin dekat dengan Berlin yang semakin menunduk. "Seperti saya katakan kemaren bukan! kamu yang mencari masalah sendiri sama aku!" bisik kaisar dengan nada yang sangat mengancam.
"I itu..."
"Gak ada penolakan, sekarang aku yang berkuasa dan kamu harus nurut!" Ucapnya yang langsung membantah ucapan. Berlin yang ingin membuat alasan.
"Cepat! aku gak ada waktu!" Ucap kaisar yang langsung pergi meninggalkan Berlin.
Berlin dengan segera mengambil tas itu dan sedikit berlari mengikuti langkah kaisar.
Sesampainya mereka dikelas, Berlin langsung memberikan tasnya pada Kaisar. Banyak pasang mata yang memperhatikan mereka berdua, seakan mereka semua kepo dengan apa yang terjadi.
"Wihhh... cewek culun bro! what happened?" Tanya temannya kaisar yang bernama Bisma.
Kaisar tetap diam, ia lebih memilih fokus dengan ponselnya dari pada menjawab pertanyaan dari temannya itu.
"Baiklah! Btw semangat ya naklukin hati kaisar!" Ucap Bisma dengan menepuk bahu Berlin dan langsung pergi meninggalkan mereka.
"Pergilah dulu, ingat jam istirahat kemari kembali! Kalo tidak maka kamu tau akibatnya!" Ucap kaisar dengan wajah datarnya.
Berlin tak menjawab, ia hanya langsung meletakkan tas kaisar di salah satu meja.
Ia yang merupakan adek kelas membuat ia harus segera secepat mungkin sampai ke gedung sekolah yang satu lagi, karena disini ia dan kelas kaisar beda gedung.
Berlin terus berlari, ia tak mempedulikan tatapan semua orang yang menatapnya aneh. Namun tanpa sengaja ia menyenggol bahu salah satu temannya Jesica yaitu Fanya.
"Eh kamu kurang ajar banget ya, punya mata itu dipakek gak asal jalan aja!" Bentak Fanya yang sudah merasa kesal.
"Ma maaf!" Ucap Berlin dengan menunduk.
"Maaf kau bilang, ini maaf untuk mu..." Kesal Fanya dan langsung melempar air mineral ke wajah Berlin.
Berlin sedikit terkejut, ia tanpa sadar menatap Fanya dengan tatapan marah, namun ia kembali menunduk lagi takut terkena masalah.
"Ada apa ini Fan?" Tanya temannya yang dari tadi sibuk ngobrol dan menyadari bahwa teman nya yang satu lagi sedang bertengkar.
"Si culun ini cari masalah sama aku!" Kesalnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments