Istri Kesayangan Milliader Tampan
“Gilen, aku sedang tidak ingin berdebat denganmu. Mengertilah sedikit,” racau Bianca kepada Suaminya itu.
“Heh, kau yang memulainya terlebih dahulu,” balas Gilen.
“Sudahlah. Aku ingin tidur. Selamat malam,” ucap Bianca kemudian berbalik badan dan membelakangi Suaminya.
“Wanita ini benar-benar keras kepala,” gumam Gilen.
Keesokan paginya, Alarm berbunyi dan ternyata jam sudah menunjukkan pukul 7. Bianca segera bangun dan bersiap untuk pergi bekerja.
“Kau tidak pergi kekantor?” tanya Bianca saat melihat Gilen masih santai sambil meneguk secangkir teh nya.
“Aku adalah pemilik perusahaan. Mau aku ke kantor atau tidak itu terserahku,” ucap Gilen sombong.
“Hei, justru karena kau pemimpin perusahaan kau harus lebih rajin daripada Karyawanmu!” ujar Bianca.
Gilen yang kesal dengan ocehan Istrinya itu langsung menarik Bianca keatas pangkuannya. “Bisakah kau sehari saja tidak mengomeliku?”
“Tidak bisa!” ketus Bianca.
“Caca, kau sangat cantik hari ini!” rayu Gilen sembari mencium pundak Bianca.
“Ish nama yang kau berikan itu sedikit menggelikan,” ucap Bianca.
“Kenapa? Ini adalah tanda Cintaku,” ujar Gilen.
“Haduh, siapa sangka CEO yang terkenal dingin, tegas, dan galak malah sangat manja dihadapanku. Seperti seekor kucing jinak yang minta dielus oleh majikannya,” ejek Bianca.
“Aku hanya bersikap seperti ini di hadapanmu. Bukankah itu suatu keistimewaan bagimu?” ucap Gilen.
“Sudahlah aku harus bekerja. Sampai bertemu di Kantor ya Tuan!” ucap Bianca kemudian mengecup bibir tebal milik Suaminya itu.
“Berangkat denganku saja ya?”
“Tidak! Aku tidak mau Staff yang lain curiga dengan hubungan kita,” tolak Bianca.
“Hanya kau yang tidak ingin orang-orang mengetahui hubungan kita,” ujar Gilen.
“Memangnya kenapa? Berhubungan denganmu itu sangat ribet. Aku tidak mau menjadi sorotan. Toh pernikahan kita hanya sebatas kontrak saja!” ujar Bianca.
“Apa maksudmu ini?”
“Apalagi? Aku hanya ingin menjalani kehidupan yang normal,” ucap Bianca.
“Sudahlah kalau itu maumu,” ucap Gilen pasrah.
Bianca kemudian bangkit dan pergi meninggalkan Gilen yang masih termenung. “Apa dia tidak suka karena pernikahan kita hanya sebatas kontrak?”
“Pria itu lama-kelamaan semakin menyebalkan,” gerutu Bianca sambil memukul stir didepannya.
Tepat pukul 8, Bianca sampai di Perusahaan tempat ia bekerja. Ia kemudian segera turun dari mobil dan langsung memasuki Perusahaan.
“Bianca!” panggil salah seorang teman Bianca yang bekerja satu departement dengannya.
“Mauren!” sahut Bianca sambil melambaikan tangannya.
“Tumben kau datang sedikit terlambat hari ini?” tanya Mauren.
“Ah, jalanan dari rumahku sangat macet jadi aku harus memotong lewat jalan pintas yang aku tidak hafal. Jadi aku sedikit nyasar saat kesini,” ucap Bianca berbohong.
“Oh yasudah ayo naik. Ketua pasti akan memarahi kita kalau kita terlambat,” ujar Mauren.
Saat mereka hendak menunggu lift tiba-tiba semua pegawai heboh dan menoleh kearah pintu masuk. Mauren dan Bianca pun ikut menoleh karena penasaran. Ternyata, yang datang adalah Gilen. Bianca kemudian membuang wajahnya karena masih merasa kesal.
“Bi, lihatlah CEO kita sangat tampan bukan? Huhu,” ujar Mauren.
“Biasa aja tuh,” ujar Bianca.
Tanpa sadar, Gilen sudah berada didekat mereka dan mendengar perkataan Bianca barusan.
“Sepertinya aku harus membelikanmu kacamata,” sahut Gilen.
“Tidak perlu. Terimakasih,” balas Bianca jutek.
Mauren yang melihat sikap Bianca yang tidak sopan langsung menyenggol lengan temannya itu. “Selamat pagi Bos!” ujar Mauren sambil menunduk.
Gilen hanya menganggukkan kepala tanpa berkata sepatah kata pun. “Pria ini ngapain berdiri disini? Merusak mood saja huh!” gerutu Bianca dalam hati.
Mereka pun masuk lift. Mauren dan Bianca berdiri tepat dibelakang Gilen dan Sekertarisnya Leo. Lift itu kemudian diatur untuk ke lantai 10 tepat dimana ruangan CEO berada.
“Maaf, tapi bisakah lift ini menuju lantai 12 terlebih dahulu? kami sudah terlambat,” ujar Bianca.
“Tidak bisa. Kalau begitu hari ini kalian bekerja di Departemen keuangan saja,” ucap Gilen.
“Heh kau pikir kau bisa seenaknya memindahkan kami?” bentak Bianca.
Sontak itu membuat Mauren terkejut. “Bi, tenanglah!” bisik Mauren.
“Maaf Bos! Teman saya memang sedikit Emosian,” ujar Mauren.
“Untuk apa kau meminta maaf? Toh dia tidak akan peduli,” ucap Bianca.
“Leo, segera pindahkan Nona Bianca ke departemen keuangan. Hari ini juga!” ujar Gilen.
Mendengar itu, Mauren semakin terkejut. “Bi, bagaimana ini cepat minta maaf!” bisik Mauren.
“Huh,” kesal Bianca.
Gilen pun keluar diikuti oleh Leo Sang Asisten. “Bi, kok Bos tahu nama kamu ya?” ujar Mauren dengan tatapan bingung.
“Mungkin dia penggemar berat ku,” jawab Bianca.
Mauren pun hanya bergeleng-geleng saat mendengar jawaban Bianca. Pintu lift pun kembali terbuka. Mereka segera keluar dari lift dan menuju meja kerja masing-masing.
“Untung saja Ketua sedang ada urusan diluar, kalau tidak bisa tamat kita!” ucap Mauren sambil mengusap dada.
“Bener juga sih. Kalau ada Ketua pasti kita lembur lagi karena terlambat hiks,” balas Bianca.
Kedua Wanita itu pun mulai bekerja seperti biasa.
“Bianca? Bukannya sudah ada perintah dari atasan kalau kamu dipindahkan ke departemen keuangan,” ucap Ketua Will yang sudah kembali ke Perusahaan.
“Hah? Saya pikir itu bercanda,” ujar Bianca terkejut.
“Maksud kamu apa? Ini adalah surat pemindahan kamu. Cepat pergi! Bos bisa marah nanti!” ujar Ketua Will sambil menyerahkan surat pemindahan Bianca.
“Baik Ketua,” ujar Bianca sambil tersenyum paksa.
“Suami durhaka. Awas saja kau huh!” maki Bianca dalam hati.
“Bi, kan aku sudah bilang untuk minta maaf. Bagaimana ini? Kau kan tidak pandai dalam hal itu!” ujar Mauren.
“Aku akan menghancurkan departemen keuangan agar dia mengembalikanku kesini. Kau tenang saja,” ujar Bianca sambil menepuk pundak Mauren.
“Baiklah kau baik-baik disana,” ujar Mauren.
Bianca kemudian mengemasi barangnya dan segera pergi ke Departemen keuangan yang berada langsung dibawah pengawasan Gilen.
“Ketua, kenapa kau menyetujuinya? Aku takut Bianca akan merusuh disana,” ucap Mauren.
“Tidak mungkin aku menolak perintah Bos. Karena sekarang Bianca sudah tidak ada, jadi pekerjaan dia kamu yang menghandle semua,” ucap Ketua Will.
“Ketua kau bercanda kan? Kerjaanku sendiri saja sudah banyak huhu,” rengek Mauren.
“Aku akan mengajukan surat rekomendasi untukmu agar bisa menjadi Art Director selama Bianca tidak ada,” ucap Ketua Will.
“Baiklah Ketua aku akan mengerjakannya dengan senang hati,” ucap Mauren dengan senyum gembira.
Disisi lain, Bianca sedang berada di ruang CEO sambil terus mengocehi Suaminya. “Hei, bisa-bisanya kau memindahkanku ke departemen keuangan? Kau kan tahu aku tidak pandai dalam bidang itu!”
“Aku akan menyuruh Kepala Staff untuk mengajarimu,” ucap Gilen sambil terus memandangi Laptop didepannya.
“Haish kau ini benar-benar menyebalkan! Aku tidak mau bekerja kalau kau memindahkanku ke departemen keuangan!” ujar Bianca mencoba mengancam Gilen.
“Wah bukankah itu hal baik?” ujar Gilen sambil tersenyum.
“Kau ini benar-benar menyebalkan sekali!”
“Sudah. Kembalilah bekerja!” ujar Gilen.
“Sayang, aku berjanji tidak akan membuatmu kesa lagi. Kembalikan aku ke departemen artistik ya?” bujuk Bianca sambil bergelayutan manja di lengan Gilen.
Tiba-tiba saja salah seorang Staff mengetuk pintu dan masuk dengan tiba-tiba hingga membuat Bianca terlonjak kaget. Ia segera menjauh dari Gilen dan berpura-pura tenang seolah tidak ada yang terjadi. Begitu pun dengan salah satu Staff yang terlihat terkejut dengan apa yang ia lihat barusan.
“Ada apa?” tanya Gilen dingin.
“Ini laporan yang Anda minta,” ucap Staff itu.
“Baik. Silahkan keluar,” ucap Gilen.
Staff itu pun keluar dengan wajah kebingungan.
“Huhu habislah sudah. Pasti aku akan digosipi,” racau Bianca.
Menarik tubuh Bianca keatas pangkuannya. “Berhentilah bekerja Ca. Aku tidak ingin melihatmu kesusahan,” ucap Gilen.
“Tidak! Aku tidak akan berhenti bekerja! Kalau aku berhenti sekarang siapa yang memberiku uang saat kontrak pernikahan kita habis nanti?!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments