• IKMT 3•

“Baiklah aku akan menurutimu kali ini. Kalau tidak, aku akan benar-benar dicap sebagai Istri Durhaka,” ucap Bianca Pasrah.

Gilen pun memesan beberapa makanan untuk dirinya dan juga Istrinya itu. Mereka kemudian menunggu makanan datang sambil menonton TV.

“Aku mengantuk,” ucap Bianca.

Wanita itu kemudian berbaring dengan paha Gilen sebagai bantalnya. Ia kemudian memejamkan mata dan tertidur.

“Hanya kau Wanita yang tidak ingin terlihat memiliki hubungan denganku,” ucap Gilen dengan suara yang sangat pelan.

Pintu terbuka dan menunjukkan Leo yang datang diikuti dengan beberapa orang yang membawa makanan. Makanan pun diletakkan dihadapan Gilen.

“Bagaimana dengan sampah itu?” tanya Gilen pada Leo.

“Dia menghubungi Manager El dan memintanya untuk datang,” ucap Leo.

“Oh? Suruh saja dia kesini kalau berani,” ucap Gilen.

Beberapa waktu kemudian, Manajer El benar-benar datang bersama Gabriella. Mereka menghadap pada Gilen dan Bianca yang sudah terbangun dari tidurnya dan berdiri tak jauh dari Gilen.

“Bos maafkan Keponakan saya. Dia sudah khilaf karena berbuat seperti itu,” ucap Manager El membela Gabriella.

“Oh ya?”

“I-iya Bos! Harap berikan dia satu kesempatan lagi! Dia adalah anak yang berbakat!”

“Berbakat? Semua pekerjaannya saja dikerjakan oleh orang lain. Ck, kau bahkan melindungi orang yang tidak berguna ini?”

Manager El kemudian terdiam. “Nyali mu semakin besar juga Manager El,” gertak Gilen dengan smirk tajamnya.

“Maafkan saya Bos! Saya hanya mau membantu Keponakan saya!”

“Untuk apa membantu seorang sampah hidup seperti dia?”

“S-saya.”

“Sudahlah. Suruh keponakanmu membereskan barangnya. Saya tidak mau melihat wajahnya lagi diperusahaan ini,” ucap Gilen cepat.

“Bos! Maafkan saya, saya berjanji akan mengunah sikap saya,” pinta Gabriella sembari menangis memohon.

“Cih, wanita ular,” gumam Bianca yang ternyata dapat didengar oleh Gabriella.

Tiba-tiba Gabriella murka dan menyerang Zee dengan satu tamparan yang cukup keras hingga membuat pipi Zee memerah. Gilen yang melihat itu tidak tinggal diam dan langsung berdiri kemudian mematahkan tangan Gabriella yang ia gunakan untuk memukul Istrinya itu.

“AW! BOS MOHON UNTUK MAAFKAN SAYA HIKS!” jerit Gabriella kesakitan.

Sementara Manager El sudah tidak berani berkata-kata lagi karena ketakutan melihat Gilen yang sudah terbakar emosi.

“Jangan pernah berani untuk menyentuh Orangku!” bentak Gilen.

“Sudahlah,” ucap Bianca yang mencoba untuk menenangkan Gilen yang semakin marah.

“Pergilah sebelum Pria ini membunuhmu,” bisik Bianca kemudian membantu Gabriella berdiri.

Gabriella kemudian pergi dibantu oleh Pamannya dengan merintih kesakitan. “Sampah itu benar-benar mencari mati,” ujar Gilen.

“Sudahlah Suamiku. Aku tidak apa-apa,” ucap Bianca dengan senyuman manisnya.

“Lihatlah wajahmu menjadi seperti ini. Apa sakit?” tanya Gilen khawatir.

“Ini tidak sebanding dengan apa yang kau lakukan terhadap Wanita itu. Terimakasih sudah membelaku,” ucap Bianca kemudian mengecup bibir tebal milik Sang Suami.

“Dia pantas mendapatkannya,” ujar Gilen.

Bianca kemudian kembali ke ruangan kerjanya dan melanjutkan kerja dengan laptop yang sudah diberikan oleh Leo.

“Eh Ca, Gabriella kenapa? Aku lihat dia menangis sambil menopang tanganya,” tanya Flora.

“Tangannya di patahkan oleh Bos karena telah menamparku,” ucap Bianca.

“Dia menamparmu?! Memang pantas dia mendapatkan itu!” ujar Flora.

“Dia tersulut emosi sesaat,” ucap Bianca.

“Aduh Bianca ku! Kenapa kau bisa setenang ini huhu. Lihatlah wajah cantikmu menjadi luka karena Wanita itu!” ucap Flora.

“Aku tidak apa-apa Flora! Sungguh! Bukankah sekarang kita dapat bekerja dengan tenang tanpa gangguan Wanita itu?” ucap Bianca menghawatirkan Flora.

“Hah, yasudahlah kalau kau berkata seperti itu,” ucap Flora menghela nafas panjang.

Mereka pun melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing. Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 5. Kini waktunya untuk semua Staff pulang beristirahat. Terkecuali bagi mereka yang memutuskan untuk lembur.

Bianca kini sedang berjalan menuju parkiran tempat dimana mobilnya berada. “Bianca!” teriak Mauren.

“Oi!” balas Bianca sembari melambaikan tangannya.

“Bagaimana hari ini? Apakah lancar?” tanya Mauren.

“Tentu saja. Tapi aku baru saja terkena tamparan seorang Wanita gila!” ujar Bianca.

“Hah? Siapa yang berani memukulmu? Tunjukkan padaku! Aku akan menghajarnya habis-habisan!” ujar Mauren.

“Sudahlah Mau, dia sudah dipecat,” ujar Bianca.

“Berani-berani nya dia menyentuh wajah tak bersalah ini huhu,” ujar Mauren.

“Tidak usah dipikirkan. Kau pulang dengan siapa?” tanya Bianca.

“Tentu saja dengan Kekasihku! Kalau begitu aku duluan ya! Dia sudah menunggu disana! Byee!”

“Bye!” balas Bianca.

Bianca kemudian melanjutkan perjalanan menuju mobil dan segera kembali ke mansion.

“Dia belum pulang?” gumam Bianca saat memasuki kamar.

Cklek. Pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka dan menunjukkan Gilen yang baru saja selesai mandi dengan handuk melingkar di pinggangnya.

“Sudah,” ucap Gilen.

“Oh. Baguslah,” ucap Bianca sembari melepas aksesorisnya.

Grep. Gilen memeluk Bianca dari belakang. “Kau sangat cantik,” ucap Gilen.

“Kenapa aku jadi merinding?” ujar Bianca.

“Menjauhlah. Aku masih bau keringat!” ujar Bianca.

“Tidak apa. Aku suka,” ucap Gilen.

“Hei Pria, jangan berpikir untuk menggodaku ya?” ucap Bianca memperingatkan.

“Kenapa? Kau adalah Istriku,” ucap Gilen.

“Aku ini sedang datang bulan tahu! Sudahlah aku ingin membersihkan diri!” ujar Bianca kemudian pergi ke kamar mandi.

“Hah, Wanita itu memang sulit dihadapi,” ujar Gilen sambil menghela nafas panjang.

Gilen kemudian memakai baju dan pergi keruang kerja. Sementara Bianca, setelah selesai mandi ia memilih untuk bersantai sebentar di atas kasur sambil bermain Ponsel.

“Nyona, Tuan menunggumu dimeja makan,” ucap Pelayan dari luar kamar.

“Baiklah aku akan segera turun!” ucap Bianca.

Wanita itu kemudian segera turun dan mendapati Gilen yang tengah duduk dimeja makan bersama seorang Pria lainnya. “Gavin? kapan kau kembali?” tanya Bianca sembari menarik kursi.

“Tadi malam. Kau terlihat semakin cantik Ca. Gilen sangat pandai mengurusmu,” ujar Pria yang dipanggil Gavin itu.

“Terimakasih. Tapi aku sedikit geli dengan perkataanmu,” ucap Bianca jujur.

“Wanita ini benar-benar tidak berubah ya?” ucap Gavin sembari melirik kearah Gilen.

Mereka pun makan sambil berbincang-bincang ringan tentang kehidupan yang mereka lalui. Gavin Arsenio Dharmendra. Ia adalah sahabat karib Gilen sejak berumur 12 tahun. Hingga saat ini, kedua Pria itu tetap menjalin hubungan yang baik bahkan menjadi partner bisnis.

“Kapan kau akan menikah?” tanya Gilen.

“Kenapa kau menanyakan itu? Aku masih ingin melajang,” ucap Gavin.

“Bilang saja kau tidak ada waktu untuk menemui Wanita,” celetuk Bianca.

“Istrimu ini lebih mengerti aku,” ujar Gavin.

“Ck. Nikah saja dengan sekertarismu. Kurasa dia menyukaimu,” ucap Gilen tiba-tiba.

Gavin yang mendengar itu pun terkejut hingga tersedak. “Uhuk, uhuk. Jangan bicara sembarangan!” ujar Gavin kesal.

“Hei, aku ini temanmu. Kenapa kau main rahasia-rahasia denganku?”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!