“Tidak! Aku tidak akan berhenti bekerja! Kalau aku berhenti sekarang siapa yang memberiku uang saat kontrak pernikahan kita habis nanti?!”
“Kenapa kau selalu membahas itu?” tanya Gilen yang mulai muak.
“Aku hanya membahas Fakta yang terjadi. Sudah, lebih baik aku kembali bekerja daripada berdebat denganmu!” kesal Bianca kemudian bangkit dari tubuh Gilen dan segera pergi.
“Kenapa dia selalu bersikap seperti itu?”
***
Departemen Keuangan.
“Halo selamat pagi! Perkenalkan Saya Bianca Calista. Saya baru saja pindah ke departemen ini. Saya mohon bantuannya!” ujar Bianca kemudian menunduk ke semua Staff yang berada disana.
“Karena kau belum terlalu ahli di bidang Keuangan jadi lebih baik kau mengerjakan tugas dasar terlebih dahulu seperti membuat laporan harian,” ujar Kepala Staff.
“Baik Terimakasih!” ujar Bianca penuh semangat walau dalam hatinya ia terus merutuki Sang Suami.
Bianca pun pergi ke meja yang sudah disiapkan untuknya. Tapi, baru saja ia duduk, ia sudah mendengar gosip-gosip tentang dirinya yang merayu Sang CEO.
“Bersabarlah Bi. Kau pasti bisa melewati ini,” ucap Bianca dalam hati sembari menguatkan dirinya.
“Hai! Aku Flora Ogilvy! Panggil saja Flora! Senang bertemu denganmu!” ucap seorang Gadis cantik berambut pendek yang bernama Flora.
“Halo! Mohon bantuannya!” balas Bianca sembari menundukkan kepala.
“Hehehe. Kau sangat cantik! Kau berasal dari Departemen mana?”
“Ah, aku berasal dari Departemen Artistik!” jawab Bianca Antusias.
“Oh ya? Aku sangat mengagumi semua orang dari Departemen itu! Aku dengar kau digosipi karena merayu Bos? Apa itu benar?”
“Tidak sebenarnya Bos adalah kekasih Kakakku! Jadi aku sedikit dekat dengannya!” ucap Bianca mengarang.
“Hah? Ternyata Bos sudah memiliki Kekasih? Pasti wajah Kakakmu sangat cantik hingga bisa membuat Pria dingin itu jatuh hati!” balas Flora.
“Hehe tidak juga sih,” ucap Bianca dengan tawa renyah.
“Lain kali ajak aku bertemu dengan Kakakmu dongg!” ucap Flora.
“Tentu saja!” ujar Bianca.
“Hei anak baru! Bisa diam tidak!” tegur salah satu Staff wanita yang terlihat sangat elegan tapi sangat angkuh.
“M-maaf Kak,” balas Bianca.
“Tidak usah perdulikan dia. Namanya Gabriella. Dia itu memang seperti itu. Sangat sombong. Suka memerintah orang lain dan bertindak semaunya. Padahal sendirinya dapat bekerja disini karena dia adalah Keponakan Manager!”
“Oh? Keterlaluan sekali ya?”
“Iya! Pokoknya kalau kau ditindas melawan saja! Tidak usah takut!” ujar Flora.
Bianca kemudian menoleh kearah Senior yang barusan menegurnya. “Sepertinya semua orang takut padanya?”
“Ya bisa dikatakan begitu. Dia selalu mengancam akan memecat kami dengan jabatan Pamannya itu,” ujar Flora.
“Kau tidak takut?”
“Untuk apa aku takut? Kinerja ku bagus. Tidak mungkin Bos akan menyia-nyiakan karyawan sepertiku! Hehe,” ujar Flora dengan percaya diri.
“Sudahlah. Tidak usah perdulikan Wanita itu. Lebih baik kita kembali bekerja. Fighting!” lanjut Flora menyemangati.
“Terimakasih Flora!” balas Bianca dengan senyuman manisnya.
Disisi lain, Gilen masih terus memikirkan Bianca yang terus-menerus membahas Pernikahan Kontrak mereka.
“Apa dia benar-benar tidak tahu kalau aku benar-benar mencintainya?” gumam Gilen.
“Ada apa Tuan?” tanya Leo.
“Tidak. Hanya saja, Apa kau merasa ada yang aneh dari sikap Nona?”
“Tidak. Tetap sama. Sangat bersemangat tiap harinya,” balas Leo.
“Bukan itu. Akhir-akhir ini apakah ada yang menyulitkannya? Kenapa dia terus mengomel setiap hari? Dan juga dia selalu saja membahas Kontrak,” ujar Gilen.
“Tuan apa kau benar-benar tidak tahu?”
“Tidak. Memangnya kenapa?”
“Tuan, seorang Wanita itu butuh kepastian. Kalian memang menikah tapi hanya sebatas Kontrak. Dia butuh kepastian yang lebih,” ucap Leo menjelaskan.
“Maksudmu, aku harus menyatakan cinta?” tanya Gilen.
Leo pun mengangguk. Gilen pun mulai mencerna dan memahami kata-kata Gilen barusan. Sepertinya ia memang sedikit egois karena terus menerus memaksa Bianca untuk bersikap layaknya seorang Istri tanpa ada kepastian yang jelas.
Brakk! “Hei anak baru, kerjakan semua ini dan setor padaku sebelum pukul 4 sore nanti,” ucap Gabriella sambil menaruh beberapa berkas di atas meja Bianca.
“Aku banyak kerjaan. Lakukan sendiri,” ucap Bianca cuek.
“Jalang sialan ini berani-beraninya melawanku!” bentak Gabriella.
“Tutup mulutmu. Aku sedang tidak ingin ribut,” ucap Bianca sambil terus mengetik di laptopnya.
Gabriella yang semakin tersulut emosi langsung membanting laptop milik Bianca. “WANITA ******! MENTANG-MENTANG KAU SUDAH MENGGODA BOS DAN BERANI BERSIKAP SEPERTI ITU PADAKU! APA KAU TIDAK TAHU SIAPA AKU?”
Bianca kemudian berdiri dan melipat tangannya didada. “Oh? Memangnya kau siapa?” tanya Bianca berpura-pura polos.
Semua Staff yang melihat keributan itu hanya berani melihat dan tak berani membantu Bianca. Gabriella pun murka dan hendak menampar Bianca. Tapi sebelum itu, tiba-tiba Gilen datang dan membuat semua orang terkejut.
“Membuat keributan disaat jam kerja. Aku tidak bisa mentoleransi ini,” ucap Gilen.
“B-bos! B-bukan aku yang memulainya! Tapi Wanita ini!” ucap Gabriella membela diri dan menunjuk Bianca.
“Hei Kawan, Aktingmu sangat buruk,” ejek Bianca.
“Leo, urus dia. Aku tidak memiliki waktu untuk mengurus sampah seperti ini,” ucap Gilen kemudian pergi.
“Baik Tuan,” ucap Leo.
“Silahkan ikuti saya,” ujar Leo.
“Awas kau ******!” ujar Gabriella.
Bianca yang melihat itu pun hanya memberi jari tengah pada Gabriella. Semua Staff yang melihat itu langsung memberi tepuk tangan pada Bianca atas keberaniannya melawan Gabriella.
“Aku tidak menyangka kau akan benar-benar melawannya!” ujar Flora.
“Hehehe aku sendiri tidak menyangka aku punya keberanian seperti itu,” ucap Bianca.
“Tapi bagaimana Bos bisa tahu kau ditindas oleh Gabriella?” tanya Flora.
“Iya juga ya? Bagaimana dia bisa tahu?” batin Bianca.
“Sepertinya dia kebetulan lewat dan mendengar keributan,” ucap Bianca.
“Syukurlah! Jadi Wanita itu bisa diberi pelajaran! Tapi bagaimana dengan Laptopmu?”
“Sudah tidak usah dipikirkan! Aku akan meminta ganti rugi nanti!” ucap Bianca.
Flora kemudian kembali bekerja. Sedangkan Bianca, ia pergi keruangan Gilen untuk meminta laptop karena laptopnya telah rusak.
“Bagaimana kamu bisa tahu aku ditindas?” tanya Bianca saat baru membuka pintu.
“Aku mendengar keributan saat lewat,” balas Gilen acuh.
“Oh ya? Yasudah kalau begitu,” ujar Bianca.
Gilen kemudian menarik lengan Bianca dan membiarkannya duduk diatas pangkuannya. “Istriku, kau kemari hanya untuk membicarakan itu?”
“Lalu apalagi yang kau harapkan?” balas Bianca.
“Aku ini Suamimu. Kenapa kau selalu galak kepadaku?”
“Tuan. Kenapa kau sangat lembut padaku? Tidak bisakah kau menunjukkan sikap aroganmu seperti tadi?” ejek Bianca.
“Mana mungkin aku bersikap seperti itu kepada Istriku,” balas Gilen kemudian mengecup bibir Bianca.
“Kau ini benar-benar! Sudahlah, aku ingin meminta laptop baru. Laptopku rusak dihancurkan oleh Wanita Gila itu,” ucap Bianca.
“Baiklah. Aku akan menyuruh Leo memberikannya padamu nanti,” ucap Gilen.
“Oke Terimakasih Sayang!” balas Bianca kemudian mengecup pipi Gilen dan hendak beranjak pergi namun ditahan.
“Kemana? Ini sudah jam makan siang,” ucap Gilen.
“Lalu?”
“Makan siang disini saja,” ujar Gilen.
“Baiklah aku akan menurutimu kali ini. Kalau tidak, aku akan benar-benar dicap sebagai Istri Durhaka,” ucap Bianca Pasrah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments