• IKMT 5 •

“Sial!” umpat Gilen frustasi.

“Kejar dia atau kau akan benar-benar kehilangan dia!” geram Gavin sambil mendorong Gilen.

Gilen kemudian terduduk lemah dan menggeleng. “Aku tidak bisa,” lirihnya.

“Kenapa kau begitu bodoh?!” ujar Gavin.

Gavin kemudian segera berlari keluar Mansion dan mengendarai mobil miliknya untuk segera mengejar Bianca. Tapi sayangnya, Bianca sudah pergi entah kemana.

Disisi lain, Wanita itu sedang berjalan dengan lesu sambil menarik kopernya mengarah ke apartemen yang ia beli untuk berjaga-jaga jika Gilen mengusirnya. Tapi siapa sangka, Ia benar-benar harus berpisah dengan Suaminya dan pergi ke apartemen itu.

“Untung saja aku sudah bersiap jika hari ini tiba,” ucapnya sambil tersenyum paksa.

Wanita itu kemudian meletakkan kopernya dan langsung melompat keranjang yang cukup lebar. Ia kemudian menatap langit-langit kamarnya sembari membayangkan apa yang baru saja terjadi.

“Aku tidak pernah membayangkan hari ini akan tiba. Aku salah karena menaruh harapan besar kepada nya,” lirih Bianca dengan buliran air mata yang membasahi spreinya.

Wanita itu kemudian tertidur dengan mata sembab. Ia bahkan lupa izin bekerja karena frustasi. Sedangkan Gilen, Pria itu kini sudah berada di ruangan kerjanya sembari menatap layar laptop dihadapannya.

“Caca kenapa kau membuatku seperti ini?!” geram Gilen kemudian memukul meja kerjanya.

Pria itu kemudian mengambil jaketnya dan segera pergi dari Mansion untuk mencari keberadaan Bianca. Tapi lagi-lagi tak satupun orang yang dapat menemukan keberadaan Wanita itu. Gilen pun kembali dengan kekecewaan.

“Brengsek!” murka Mike dan langsung menonjok wajah Gilen yang sedang ling-lung.

“Berani-beraninya kau menyakiti dia?!” ujar Mike sambil terus menonjok habis-habisan wajah Gilen.

“Sudah cukup!” lerai Gavin dan menarik Mike menjauh.

“Dari dulu aku selalu berkata jika kau tidak menyukainya jangan pernah membuatnya bersedih! Brengsek! Kalau tahu begitu aku tidak akan merelakannya bersamamu Sialan!” bentak Mike.

“Kita bicara baik-baik didalam!” ujar Gavin.

Ketiga Pria itu kemudian masuk kedalam Mansion dan mulai berbicara dengan tenang.

“Aku tidak berniat menyakitinya,” ujar Gilen.

“Bajingan! Sudah berbuat tapi tidak mau mengakuinya!” umpat Mike.

“Sudah Mike! Biarkan dia tenang dulu!” ujar Gavin.

“Bagaimana aku bisa tenang? Kalau terjadi sesuatu pada Bianca siapa yang akan bertanggung jawab?!” ujar Mike.

“BIANCA ADALAH ISTRIKU! KAU TIDAK PERLU IKUT CAMPUR!” murka Gilen sambil menarik kerah Mike.

“Heh, kau masih mengakui dirimu sebagai Suami? Suami tidak berguna!” ujar Mike.

“AKU BILANG SUDAH YA SUDAH! KENAPA TIDAK BISA BERBICARA DENGAN KEPALA DINGIN?!” lerai Gavin yang mulai terpancing emosi.

“Jangan pernah kau menyentuh Wanita itu lagi!” ujar Mike kemudian pergi meninggalkan Gavin dan Gilen.

Mike pun mencoba melacak keberadaan Bianca dan berhasil menemukan alamat dimana Bianca berada. Dengan segera, Mike langsung menuju kesana karena sangat khawatir dengan keadaan Wanita itu.

Ting tong\~

Bianca yang sedang tertidur langsung terkejut begitu mendengar bunyi bel. Ia pun segera membuka pintu dengan pikiran yang masih campur aduk. Betapa terkejutnya ia saat melihat Mike berdiri dihadapannya dengan tubuh yang ngos-ngosan.

“Mike?”

Tanpa basa-basi, Mike langsung memeluk tubuh Bianca dengan erat. Bianca yang terbawa suasana pun langsung menangis kembali didalam pelukan Mike.

“Menangislah sampai kau puas,” gumam Mike sambil terus mengelus surai Bianca dan mengecup pucuk kepala Wanita itu.

“Seharusnya dulu aku tidak menyetujuinya Mike hiks,” lirih Bianca yang tidak bisa berhenti menangis.

“Maafkan aku. Aku seharusnya tidak merelakanmu kepadanya,” gumam Mike yang didengar oleh Bianca.

“M-maksudmu?”

“Bi, aku tahu ini bukan saat yang tepat. Tapi, aku cuma mau bilang kalau aku cinta sama kamu sejak pertama kali kita ketemu 2 tahun lalu,” ujar Mike dengan wajah serius.

“A-aku.”

“Udah gak usah dijawab. Aku udah lega akhirnya bisa nyatain ini ke kamu. Sekarang kamu istirahat dulu ya?”

“Iya. Makasih Mike,” ujar Bianca kemudian tersenyum.

Mike kemudian membantu Bianca kembali ke ranjangnya dan menyelimuti Wanita itu agar tertidur dengan nyenyak.

”Selamat Malam,” ujar Mike kemudian pergi keluar kamar meninggalkan Bianca.

“Mike, maaf,” lirih Bianca dengan air mata yang tak berhenti mengalir.

Hari semakin larut. Mike masih berada di Apartemen Bianca dan mematikan teleponnya agar tidak ada yang mengganggunya untuk hari ini saja. Tapi tak berselang lama, bel berbunyi. Mike dengan sigap membuka pintu untuk melihat siapa yang datang.

“Untuk apa datang kesini? Bukankah sudah jelas kukatakan jangan pernah mengganggu Wanita itu lagi!” geram Mike saat melihat Gilen dan Gavin sudah berdiri didepan pintu dengan wajah dinginnya itu.

“Kenapa? Itu bukan urusanmu. Jangan lupa, Bianca masih Sah menjadi Istriku,” ujar Gilen.

“Tenang dulu Mike. Gilen bersikap seperti ini bukan tanpa alasan. Lebih baik biarkan mereka menyelesaikan urusan mereka dulu,” ujar Gavin mencoba menenangkan Mike.

“Tidak bisa. Bianca sudah tidur. Jangan mengganggunya,” cegah Mike.

Bianca yang mendengar keributan diluar pun segera bangun dan pergi melihat situasi diluar. “Siapa yang datang tengah malam begini?” tanya Bianca pada Mike yang sedang berdiri didepan pintu.

Mike pun menoleh kearah Bianca yang sedang berjalan kearahnya. “Siapa Mike?” tanya Bianca.

Gilen dengan cepat menepis tubuh Mike dan memeluk tubuh Bianca. Bianca pun membulatkan matanya karena terkejut. Sedangkan Gavin langsung menarik Mike untuk pergi memberi ruang antara Gilen dan Bianca.

“Aku salah. Maafkan aku,” bisik Gilen sambil terus memeluk erat Bianca.

Bianca pun tak kuasa menahan tangis dan mulai menangis histeris didalam pelukan Gilen. Tubuh Wanita itu tidak bisa berbohong. Ia ingin sekali mendorong Gilen tapi di sisi lainnya ia juga sangat menyukai pelukan hangat dari Pria itu.

“Caca, maafkan aku. Aku tidak tahu cara untuk mengungkapkan perasaanku,” lirih Gilen.

Gilen kemudian menangkup kedua Pipi Bianca yang sudah dibanjiri air mata. “Aku mencintaimu. Sangat-sangat mencintaimu,” ungkap Gilen.

Pria itu kemudian mencium bibir mungil milik Bianca dengan lembut. Bianca pun tak menolek ciuman itu, ia memejamkan mata dan mengikuti permainan dari Pria yang sangat ia cintai.

“Brengsek!” umpat Mike sambil memukul tiang listrik yang berada di tepi jalan.

“Ingat Mike, kau sudah merelakan Bianca,” ujar Gavin mencoba menenangkan.

Sedangkan disisi lain, Bianca dan Gilen sedang duduk sambil mencoba bercerita agar dapat mengerti perasaan satu sama lain.

”Aku sudah tidak mau terikat kontrak denganmu,” ucap Bianca sambil terus menundukkan kepalanya.

“Percaya padaku. Kita mulai semuanya dari awal ya?” ujar Gilen sambil terus menggenggam erat kedua tangan Bianca.

“Aku akan membuatmu bahagia. Aku berjanji,” ujar Gilen yang terus menerus meyakinkan Bianca.

“Baiklah. Aku akan mencobanya sekali lagi,” ucap Bianca.

“Aku tahu kau akan memaafkanku,” ujar Gilen bahagia dan langsung menarik Bianca kedalam pelukannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!