“Gilen, aku sedang tidak ingin berdebat denganmu. Mengertilah sedikit,” racau Bianca kepada Suaminya itu.
“Heh, kau yang memulainya terlebih dahulu,” balas Gilen.
“Sudahlah. Aku ingin tidur. Selamat malam,” ucap Bianca kemudian berbalik badan dan membelakangi Suaminya.
“Wanita ini benar-benar keras kepala,” gumam Gilen.
Keesokan paginya, Alarm berbunyi dan ternyata jam sudah menunjukkan pukul 7. Bianca segera bangun dan bersiap untuk pergi bekerja.
“Kau tidak pergi kekantor?” tanya Bianca saat melihat Gilen masih santai sambil meneguk secangkir teh nya.
“Aku adalah pemilik perusahaan. Mau aku ke kantor atau tidak itu terserahku,” ucap Gilen sombong.
“Hei, justru karena kau pemimpin perusahaan kau harus lebih rajin daripada Karyawanmu!” ujar Bianca.
Gilen yang kesal dengan ocehan Istrinya itu langsung menarik Bianca keatas pangkuannya. “Bisakah kau sehari saja tidak mengomeliku?”
“Tidak bisa!” ketus Bianca.
“Caca, kau sangat cantik hari ini!” rayu Gilen sembari mencium pundak Bianca.
“Ish nama yang kau berikan itu sedikit menggelikan,” ucap Bianca.
“Kenapa? Ini adalah tanda Cintaku,” ujar Gilen.
“Haduh, siapa sangka CEO yang terkenal dingin, tegas, dan galak malah sangat manja dihadapanku. Seperti seekor kucing jinak yang minta dielus oleh majikannya,” ejek Bianca.
“Aku hanya bersikap seperti ini di hadapanmu. Bukankah itu suatu keistimewaan bagimu?” ucap Gilen.
“Sudahlah aku harus bekerja. Sampai bertemu di Kantor ya Tuan!” ucap Bianca kemudian mengecup bibir tebal milik Suaminya itu.
“Berangkat denganku saja ya?”
“Tidak! Aku tidak mau Staff yang lain curiga dengan hubungan kita,” tolak Bianca.
“Hanya kau yang tidak ingin orang-orang mengetahui hubungan kita,” ujar Gilen.
“Memangnya kenapa? Berhubungan denganmu itu sangat ribet. Aku tidak mau menjadi sorotan. Toh pernikahan kita hanya sebatas kontrak saja!” ujar Bianca.
“Apa maksudmu ini?”
“Apalagi? Aku hanya ingin menjalani kehidupan yang normal,” ucap Bianca.
“Sudahlah kalau itu maumu,” ucap Gilen pasrah.
Bianca kemudian bangkit dan pergi meninggalkan Gilen yang masih termenung. “Apa dia tidak suka karena pernikahan kita hanya sebatas kontrak?”
“Pria itu lama-kelamaan semakin menyebalkan,” gerutu Bianca sambil memukul stir didepannya.
Tepat pukul 8, Bianca sampai di Perusahaan tempat ia bekerja. Ia kemudian segera turun dari mobil dan langsung memasuki Perusahaan.
“Bianca!” panggil salah seorang teman Bianca yang bekerja satu departement dengannya.
“Mauren!” sahut Bianca sambil melambaikan tangannya.
“Tumben kau datang sedikit terlambat hari ini?” tanya Mauren.
“Ah, jalanan dari rumahku sangat macet jadi aku harus memotong lewat jalan pintas yang aku tidak hafal. Jadi aku sedikit nyasar saat kesini,” ucap Bianca berbohong.
“Oh yasudah ayo naik. Ketua pasti akan memarahi kita kalau kita terlambat,” ujar Mauren.
Saat mereka hendak menunggu lift tiba-tiba semua pegawai heboh dan menoleh kearah pintu masuk. Mauren dan Bianca pun ikut menoleh karena penasaran. Ternyata, yang datang adalah Gilen. Bianca kemudian membuang wajahnya karena masih merasa kesal.
“Bi, lihatlah CEO kita sangat tampan bukan? Huhu,” ujar Mauren.
“Biasa aja tuh,” ujar Bianca.
Tanpa sadar, Gilen sudah berada didekat mereka dan mendengar perkataan Bianca barusan.
“Sepertinya aku harus membelikanmu kacamata,” sahut Gilen.
“Tidak perlu. Terimakasih,” balas Bianca jutek.
Mauren yang melihat sikap Bianca yang tidak sopan langsung menyenggol lengan temannya itu. “Selamat pagi Bos!” ujar Mauren sambil menunduk.
Gilen hanya menganggukkan kepala tanpa berkata sepatah kata pun. “Pria ini ngapain berdiri disini? Merusak mood saja huh!” gerutu Bianca dalam hati.
Mereka pun masuk lift. Mauren dan Bianca berdiri tepat dibelakang Gilen dan Sekertarisnya Leo. Lift itu kemudian diatur untuk ke lantai 10 tepat dimana ruangan CEO berada.
“Maaf, tapi bisakah lift ini menuju lantai 12 terlebih dahulu? kami sudah terlambat,” ujar Bianca.
“Tidak bisa. Kalau begitu hari ini kalian bekerja di Departemen keuangan saja,” ucap Gilen.
“Heh kau pikir kau bisa seenaknya memindahkan kami?” bentak Bianca.
Sontak itu membuat Mauren terkejut. “Bi, tenanglah!” bisik Mauren.
“Maaf Bos! Teman saya memang sedikit Emosian,” ujar Mauren.
“Untuk apa kau meminta maaf? Toh dia tidak akan peduli,” ucap Bianca.
“Leo, segera pindahkan Nona Bianca ke departemen keuangan. Hari ini juga!” ujar Gilen.
Mendengar itu, Mauren semakin terkejut. “Bi, bagaimana ini cepat minta maaf!” bisik Mauren.
“Huh,” kesal Bianca.
Gilen pun keluar diikuti oleh Leo Sang Asisten. “Bi, kok Bos tahu nama kamu ya?” ujar Mauren dengan tatapan bingung.
“Mungkin dia penggemar berat ku,” jawab Bianca.
Mauren pun hanya bergeleng-geleng saat mendengar jawaban Bianca. Pintu lift pun kembali terbuka. Mereka segera keluar dari lift dan menuju meja kerja masing-masing.
“Untung saja Ketua sedang ada urusan diluar, kalau tidak bisa tamat kita!” ucap Mauren sambil mengusap dada.
“Bener juga sih. Kalau ada Ketua pasti kita lembur lagi karena terlambat hiks,” balas Bianca.
Kedua Wanita itu pun mulai bekerja seperti biasa.
“Bianca? Bukannya sudah ada perintah dari atasan kalau kamu dipindahkan ke departemen keuangan,” ucap Ketua Will yang sudah kembali ke Perusahaan.
“Hah? Saya pikir itu bercanda,” ujar Bianca terkejut.
“Maksud kamu apa? Ini adalah surat pemindahan kamu. Cepat pergi! Bos bisa marah nanti!” ujar Ketua Will sambil menyerahkan surat pemindahan Bianca.
“Baik Ketua,” ujar Bianca sambil tersenyum paksa.
“Suami durhaka. Awas saja kau huh!” maki Bianca dalam hati.
“Bi, kan aku sudah bilang untuk minta maaf. Bagaimana ini? Kau kan tidak pandai dalam hal itu!” ujar Mauren.
“Aku akan menghancurkan departemen keuangan agar dia mengembalikanku kesini. Kau tenang saja,” ujar Bianca sambil menepuk pundak Mauren.
“Baiklah kau baik-baik disana,” ujar Mauren.
Bianca kemudian mengemasi barangnya dan segera pergi ke Departemen keuangan yang berada langsung dibawah pengawasan Gilen.
“Ketua, kenapa kau menyetujuinya? Aku takut Bianca akan merusuh disana,” ucap Mauren.
“Tidak mungkin aku menolak perintah Bos. Karena sekarang Bianca sudah tidak ada, jadi pekerjaan dia kamu yang menghandle semua,” ucap Ketua Will.
“Ketua kau bercanda kan? Kerjaanku sendiri saja sudah banyak huhu,” rengek Mauren.
“Aku akan mengajukan surat rekomendasi untukmu agar bisa menjadi Art Director selama Bianca tidak ada,” ucap Ketua Will.
“Baiklah Ketua aku akan mengerjakannya dengan senang hati,” ucap Mauren dengan senyum gembira.
Disisi lain, Bianca sedang berada di ruang CEO sambil terus mengocehi Suaminya. “Hei, bisa-bisanya kau memindahkanku ke departemen keuangan? Kau kan tahu aku tidak pandai dalam bidang itu!”
“Aku akan menyuruh Kepala Staff untuk mengajarimu,” ucap Gilen sambil terus memandangi Laptop didepannya.
“Haish kau ini benar-benar menyebalkan! Aku tidak mau bekerja kalau kau memindahkanku ke departemen keuangan!” ujar Bianca mencoba mengancam Gilen.
“Wah bukankah itu hal baik?” ujar Gilen sambil tersenyum.
“Kau ini benar-benar menyebalkan sekali!”
“Sudah. Kembalilah bekerja!” ujar Gilen.
“Sayang, aku berjanji tidak akan membuatmu kesa lagi. Kembalikan aku ke departemen artistik ya?” bujuk Bianca sambil bergelayutan manja di lengan Gilen.
Tiba-tiba saja salah seorang Staff mengetuk pintu dan masuk dengan tiba-tiba hingga membuat Bianca terlonjak kaget. Ia segera menjauh dari Gilen dan berpura-pura tenang seolah tidak ada yang terjadi. Begitu pun dengan salah satu Staff yang terlihat terkejut dengan apa yang ia lihat barusan.
“Ada apa?” tanya Gilen dingin.
“Ini laporan yang Anda minta,” ucap Staff itu.
“Baik. Silahkan keluar,” ucap Gilen.
Staff itu pun keluar dengan wajah kebingungan.
“Huhu habislah sudah. Pasti aku akan digosipi,” racau Bianca.
Menarik tubuh Bianca keatas pangkuannya. “Berhentilah bekerja Ca. Aku tidak ingin melihatmu kesusahan,” ucap Gilen.
“Tidak! Aku tidak akan berhenti bekerja! Kalau aku berhenti sekarang siapa yang memberiku uang saat kontrak pernikahan kita habis nanti?!”
“Tidak! Aku tidak akan berhenti bekerja! Kalau aku berhenti sekarang siapa yang memberiku uang saat kontrak pernikahan kita habis nanti?!”
“Kenapa kau selalu membahas itu?” tanya Gilen yang mulai muak.
“Aku hanya membahas Fakta yang terjadi. Sudah, lebih baik aku kembali bekerja daripada berdebat denganmu!” kesal Bianca kemudian bangkit dari tubuh Gilen dan segera pergi.
“Kenapa dia selalu bersikap seperti itu?”
***
Departemen Keuangan.
“Halo selamat pagi! Perkenalkan Saya Bianca Calista. Saya baru saja pindah ke departemen ini. Saya mohon bantuannya!” ujar Bianca kemudian menunduk ke semua Staff yang berada disana.
“Karena kau belum terlalu ahli di bidang Keuangan jadi lebih baik kau mengerjakan tugas dasar terlebih dahulu seperti membuat laporan harian,” ujar Kepala Staff.
“Baik Terimakasih!” ujar Bianca penuh semangat walau dalam hatinya ia terus merutuki Sang Suami.
Bianca pun pergi ke meja yang sudah disiapkan untuknya. Tapi, baru saja ia duduk, ia sudah mendengar gosip-gosip tentang dirinya yang merayu Sang CEO.
“Bersabarlah Bi. Kau pasti bisa melewati ini,” ucap Bianca dalam hati sembari menguatkan dirinya.
“Hai! Aku Flora Ogilvy! Panggil saja Flora! Senang bertemu denganmu!” ucap seorang Gadis cantik berambut pendek yang bernama Flora.
“Halo! Mohon bantuannya!” balas Bianca sembari menundukkan kepala.
“Hehehe. Kau sangat cantik! Kau berasal dari Departemen mana?”
“Ah, aku berasal dari Departemen Artistik!” jawab Bianca Antusias.
“Oh ya? Aku sangat mengagumi semua orang dari Departemen itu! Aku dengar kau digosipi karena merayu Bos? Apa itu benar?”
“Tidak sebenarnya Bos adalah kekasih Kakakku! Jadi aku sedikit dekat dengannya!” ucap Bianca mengarang.
“Hah? Ternyata Bos sudah memiliki Kekasih? Pasti wajah Kakakmu sangat cantik hingga bisa membuat Pria dingin itu jatuh hati!” balas Flora.
“Hehe tidak juga sih,” ucap Bianca dengan tawa renyah.
“Lain kali ajak aku bertemu dengan Kakakmu dongg!” ucap Flora.
“Tentu saja!” ujar Bianca.
“Hei anak baru! Bisa diam tidak!” tegur salah satu Staff wanita yang terlihat sangat elegan tapi sangat angkuh.
“M-maaf Kak,” balas Bianca.
“Tidak usah perdulikan dia. Namanya Gabriella. Dia itu memang seperti itu. Sangat sombong. Suka memerintah orang lain dan bertindak semaunya. Padahal sendirinya dapat bekerja disini karena dia adalah Keponakan Manager!”
“Oh? Keterlaluan sekali ya?”
“Iya! Pokoknya kalau kau ditindas melawan saja! Tidak usah takut!” ujar Flora.
Bianca kemudian menoleh kearah Senior yang barusan menegurnya. “Sepertinya semua orang takut padanya?”
“Ya bisa dikatakan begitu. Dia selalu mengancam akan memecat kami dengan jabatan Pamannya itu,” ujar Flora.
“Kau tidak takut?”
“Untuk apa aku takut? Kinerja ku bagus. Tidak mungkin Bos akan menyia-nyiakan karyawan sepertiku! Hehe,” ujar Flora dengan percaya diri.
“Sudahlah. Tidak usah perdulikan Wanita itu. Lebih baik kita kembali bekerja. Fighting!” lanjut Flora menyemangati.
“Terimakasih Flora!” balas Bianca dengan senyuman manisnya.
Disisi lain, Gilen masih terus memikirkan Bianca yang terus-menerus membahas Pernikahan Kontrak mereka.
“Apa dia benar-benar tidak tahu kalau aku benar-benar mencintainya?” gumam Gilen.
“Ada apa Tuan?” tanya Leo.
“Tidak. Hanya saja, Apa kau merasa ada yang aneh dari sikap Nona?”
“Tidak. Tetap sama. Sangat bersemangat tiap harinya,” balas Leo.
“Bukan itu. Akhir-akhir ini apakah ada yang menyulitkannya? Kenapa dia terus mengomel setiap hari? Dan juga dia selalu saja membahas Kontrak,” ujar Gilen.
“Tuan apa kau benar-benar tidak tahu?”
“Tidak. Memangnya kenapa?”
“Tuan, seorang Wanita itu butuh kepastian. Kalian memang menikah tapi hanya sebatas Kontrak. Dia butuh kepastian yang lebih,” ucap Leo menjelaskan.
“Maksudmu, aku harus menyatakan cinta?” tanya Gilen.
Leo pun mengangguk. Gilen pun mulai mencerna dan memahami kata-kata Gilen barusan. Sepertinya ia memang sedikit egois karena terus menerus memaksa Bianca untuk bersikap layaknya seorang Istri tanpa ada kepastian yang jelas.
Brakk! “Hei anak baru, kerjakan semua ini dan setor padaku sebelum pukul 4 sore nanti,” ucap Gabriella sambil menaruh beberapa berkas di atas meja Bianca.
“Aku banyak kerjaan. Lakukan sendiri,” ucap Bianca cuek.
“Jalang sialan ini berani-beraninya melawanku!” bentak Gabriella.
“Tutup mulutmu. Aku sedang tidak ingin ribut,” ucap Bianca sambil terus mengetik di laptopnya.
Gabriella yang semakin tersulut emosi langsung membanting laptop milik Bianca. “WANITA ******! MENTANG-MENTANG KAU SUDAH MENGGODA BOS DAN BERANI BERSIKAP SEPERTI ITU PADAKU! APA KAU TIDAK TAHU SIAPA AKU?”
Bianca kemudian berdiri dan melipat tangannya didada. “Oh? Memangnya kau siapa?” tanya Bianca berpura-pura polos.
Semua Staff yang melihat keributan itu hanya berani melihat dan tak berani membantu Bianca. Gabriella pun murka dan hendak menampar Bianca. Tapi sebelum itu, tiba-tiba Gilen datang dan membuat semua orang terkejut.
“Membuat keributan disaat jam kerja. Aku tidak bisa mentoleransi ini,” ucap Gilen.
“B-bos! B-bukan aku yang memulainya! Tapi Wanita ini!” ucap Gabriella membela diri dan menunjuk Bianca.
“Hei Kawan, Aktingmu sangat buruk,” ejek Bianca.
“Leo, urus dia. Aku tidak memiliki waktu untuk mengurus sampah seperti ini,” ucap Gilen kemudian pergi.
“Baik Tuan,” ucap Leo.
“Silahkan ikuti saya,” ujar Leo.
“Awas kau ******!” ujar Gabriella.
Bianca yang melihat itu pun hanya memberi jari tengah pada Gabriella. Semua Staff yang melihat itu langsung memberi tepuk tangan pada Bianca atas keberaniannya melawan Gabriella.
“Aku tidak menyangka kau akan benar-benar melawannya!” ujar Flora.
“Hehehe aku sendiri tidak menyangka aku punya keberanian seperti itu,” ucap Bianca.
“Tapi bagaimana Bos bisa tahu kau ditindas oleh Gabriella?” tanya Flora.
“Iya juga ya? Bagaimana dia bisa tahu?” batin Bianca.
“Sepertinya dia kebetulan lewat dan mendengar keributan,” ucap Bianca.
“Syukurlah! Jadi Wanita itu bisa diberi pelajaran! Tapi bagaimana dengan Laptopmu?”
“Sudah tidak usah dipikirkan! Aku akan meminta ganti rugi nanti!” ucap Bianca.
Flora kemudian kembali bekerja. Sedangkan Bianca, ia pergi keruangan Gilen untuk meminta laptop karena laptopnya telah rusak.
“Bagaimana kamu bisa tahu aku ditindas?” tanya Bianca saat baru membuka pintu.
“Aku mendengar keributan saat lewat,” balas Gilen acuh.
“Oh ya? Yasudah kalau begitu,” ujar Bianca.
Gilen kemudian menarik lengan Bianca dan membiarkannya duduk diatas pangkuannya. “Istriku, kau kemari hanya untuk membicarakan itu?”
“Lalu apalagi yang kau harapkan?” balas Bianca.
“Aku ini Suamimu. Kenapa kau selalu galak kepadaku?”
“Tuan. Kenapa kau sangat lembut padaku? Tidak bisakah kau menunjukkan sikap aroganmu seperti tadi?” ejek Bianca.
“Mana mungkin aku bersikap seperti itu kepada Istriku,” balas Gilen kemudian mengecup bibir Bianca.
“Kau ini benar-benar! Sudahlah, aku ingin meminta laptop baru. Laptopku rusak dihancurkan oleh Wanita Gila itu,” ucap Bianca.
“Baiklah. Aku akan menyuruh Leo memberikannya padamu nanti,” ucap Gilen.
“Oke Terimakasih Sayang!” balas Bianca kemudian mengecup pipi Gilen dan hendak beranjak pergi namun ditahan.
“Kemana? Ini sudah jam makan siang,” ucap Gilen.
“Lalu?”
“Makan siang disini saja,” ujar Gilen.
“Baiklah aku akan menurutimu kali ini. Kalau tidak, aku akan benar-benar dicap sebagai Istri Durhaka,” ucap Bianca Pasrah.
“Baiklah aku akan menurutimu kali ini. Kalau tidak, aku akan benar-benar dicap sebagai Istri Durhaka,” ucap Bianca Pasrah.
Gilen pun memesan beberapa makanan untuk dirinya dan juga Istrinya itu. Mereka kemudian menunggu makanan datang sambil menonton TV.
“Aku mengantuk,” ucap Bianca.
Wanita itu kemudian berbaring dengan paha Gilen sebagai bantalnya. Ia kemudian memejamkan mata dan tertidur.
“Hanya kau Wanita yang tidak ingin terlihat memiliki hubungan denganku,” ucap Gilen dengan suara yang sangat pelan.
Pintu terbuka dan menunjukkan Leo yang datang diikuti dengan beberapa orang yang membawa makanan. Makanan pun diletakkan dihadapan Gilen.
“Bagaimana dengan sampah itu?” tanya Gilen pada Leo.
“Dia menghubungi Manager El dan memintanya untuk datang,” ucap Leo.
“Oh? Suruh saja dia kesini kalau berani,” ucap Gilen.
Beberapa waktu kemudian, Manajer El benar-benar datang bersama Gabriella. Mereka menghadap pada Gilen dan Bianca yang sudah terbangun dari tidurnya dan berdiri tak jauh dari Gilen.
“Bos maafkan Keponakan saya. Dia sudah khilaf karena berbuat seperti itu,” ucap Manager El membela Gabriella.
“Oh ya?”
“I-iya Bos! Harap berikan dia satu kesempatan lagi! Dia adalah anak yang berbakat!”
“Berbakat? Semua pekerjaannya saja dikerjakan oleh orang lain. Ck, kau bahkan melindungi orang yang tidak berguna ini?”
Manager El kemudian terdiam. “Nyali mu semakin besar juga Manager El,” gertak Gilen dengan smirk tajamnya.
“Maafkan saya Bos! Saya hanya mau membantu Keponakan saya!”
“Untuk apa membantu seorang sampah hidup seperti dia?”
“S-saya.”
“Sudahlah. Suruh keponakanmu membereskan barangnya. Saya tidak mau melihat wajahnya lagi diperusahaan ini,” ucap Gilen cepat.
“Bos! Maafkan saya, saya berjanji akan mengunah sikap saya,” pinta Gabriella sembari menangis memohon.
“Cih, wanita ular,” gumam Bianca yang ternyata dapat didengar oleh Gabriella.
Tiba-tiba Gabriella murka dan menyerang Zee dengan satu tamparan yang cukup keras hingga membuat pipi Zee memerah. Gilen yang melihat itu tidak tinggal diam dan langsung berdiri kemudian mematahkan tangan Gabriella yang ia gunakan untuk memukul Istrinya itu.
“AW! BOS MOHON UNTUK MAAFKAN SAYA HIKS!” jerit Gabriella kesakitan.
Sementara Manager El sudah tidak berani berkata-kata lagi karena ketakutan melihat Gilen yang sudah terbakar emosi.
“Jangan pernah berani untuk menyentuh Orangku!” bentak Gilen.
“Sudahlah,” ucap Bianca yang mencoba untuk menenangkan Gilen yang semakin marah.
“Pergilah sebelum Pria ini membunuhmu,” bisik Bianca kemudian membantu Gabriella berdiri.
Gabriella kemudian pergi dibantu oleh Pamannya dengan merintih kesakitan. “Sampah itu benar-benar mencari mati,” ujar Gilen.
“Sudahlah Suamiku. Aku tidak apa-apa,” ucap Bianca dengan senyuman manisnya.
“Lihatlah wajahmu menjadi seperti ini. Apa sakit?” tanya Gilen khawatir.
“Ini tidak sebanding dengan apa yang kau lakukan terhadap Wanita itu. Terimakasih sudah membelaku,” ucap Bianca kemudian mengecup bibir tebal milik Sang Suami.
“Dia pantas mendapatkannya,” ujar Gilen.
Bianca kemudian kembali ke ruangan kerjanya dan melanjutkan kerja dengan laptop yang sudah diberikan oleh Leo.
“Eh Ca, Gabriella kenapa? Aku lihat dia menangis sambil menopang tanganya,” tanya Flora.
“Tangannya di patahkan oleh Bos karena telah menamparku,” ucap Bianca.
“Dia menamparmu?! Memang pantas dia mendapatkan itu!” ujar Flora.
“Dia tersulut emosi sesaat,” ucap Bianca.
“Aduh Bianca ku! Kenapa kau bisa setenang ini huhu. Lihatlah wajah cantikmu menjadi luka karena Wanita itu!” ucap Flora.
“Aku tidak apa-apa Flora! Sungguh! Bukankah sekarang kita dapat bekerja dengan tenang tanpa gangguan Wanita itu?” ucap Bianca menghawatirkan Flora.
“Hah, yasudahlah kalau kau berkata seperti itu,” ucap Flora menghela nafas panjang.
Mereka pun melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing. Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 5. Kini waktunya untuk semua Staff pulang beristirahat. Terkecuali bagi mereka yang memutuskan untuk lembur.
Bianca kini sedang berjalan menuju parkiran tempat dimana mobilnya berada. “Bianca!” teriak Mauren.
“Oi!” balas Bianca sembari melambaikan tangannya.
“Bagaimana hari ini? Apakah lancar?” tanya Mauren.
“Tentu saja. Tapi aku baru saja terkena tamparan seorang Wanita gila!” ujar Bianca.
“Hah? Siapa yang berani memukulmu? Tunjukkan padaku! Aku akan menghajarnya habis-habisan!” ujar Mauren.
“Sudahlah Mau, dia sudah dipecat,” ujar Bianca.
“Berani-berani nya dia menyentuh wajah tak bersalah ini huhu,” ujar Mauren.
“Tidak usah dipikirkan. Kau pulang dengan siapa?” tanya Bianca.
“Tentu saja dengan Kekasihku! Kalau begitu aku duluan ya! Dia sudah menunggu disana! Byee!”
“Bye!” balas Bianca.
Bianca kemudian melanjutkan perjalanan menuju mobil dan segera kembali ke mansion.
“Dia belum pulang?” gumam Bianca saat memasuki kamar.
Cklek. Pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka dan menunjukkan Gilen yang baru saja selesai mandi dengan handuk melingkar di pinggangnya.
“Sudah,” ucap Gilen.
“Oh. Baguslah,” ucap Bianca sembari melepas aksesorisnya.
Grep. Gilen memeluk Bianca dari belakang. “Kau sangat cantik,” ucap Gilen.
“Kenapa aku jadi merinding?” ujar Bianca.
“Menjauhlah. Aku masih bau keringat!” ujar Bianca.
“Tidak apa. Aku suka,” ucap Gilen.
“Hei Pria, jangan berpikir untuk menggodaku ya?” ucap Bianca memperingatkan.
“Kenapa? Kau adalah Istriku,” ucap Gilen.
“Aku ini sedang datang bulan tahu! Sudahlah aku ingin membersihkan diri!” ujar Bianca kemudian pergi ke kamar mandi.
“Hah, Wanita itu memang sulit dihadapi,” ujar Gilen sambil menghela nafas panjang.
Gilen kemudian memakai baju dan pergi keruang kerja. Sementara Bianca, setelah selesai mandi ia memilih untuk bersantai sebentar di atas kasur sambil bermain Ponsel.
“Nyona, Tuan menunggumu dimeja makan,” ucap Pelayan dari luar kamar.
“Baiklah aku akan segera turun!” ucap Bianca.
Wanita itu kemudian segera turun dan mendapati Gilen yang tengah duduk dimeja makan bersama seorang Pria lainnya. “Gavin? kapan kau kembali?” tanya Bianca sembari menarik kursi.
“Tadi malam. Kau terlihat semakin cantik Ca. Gilen sangat pandai mengurusmu,” ujar Pria yang dipanggil Gavin itu.
“Terimakasih. Tapi aku sedikit geli dengan perkataanmu,” ucap Bianca jujur.
“Wanita ini benar-benar tidak berubah ya?” ucap Gavin sembari melirik kearah Gilen.
Mereka pun makan sambil berbincang-bincang ringan tentang kehidupan yang mereka lalui. Gavin Arsenio Dharmendra. Ia adalah sahabat karib Gilen sejak berumur 12 tahun. Hingga saat ini, kedua Pria itu tetap menjalin hubungan yang baik bahkan menjadi partner bisnis.
“Kapan kau akan menikah?” tanya Gilen.
“Kenapa kau menanyakan itu? Aku masih ingin melajang,” ucap Gavin.
“Bilang saja kau tidak ada waktu untuk menemui Wanita,” celetuk Bianca.
“Istrimu ini lebih mengerti aku,” ujar Gavin.
“Ck. Nikah saja dengan sekertarismu. Kurasa dia menyukaimu,” ucap Gilen tiba-tiba.
Gavin yang mendengar itu pun terkejut hingga tersedak. “Uhuk, uhuk. Jangan bicara sembarangan!” ujar Gavin kesal.
“Hei, aku ini temanmu. Kenapa kau main rahasia-rahasia denganku?”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!