Suara Dari Alam Lain
Prang.....Mira terbangun dari tidurnya dengan napas memburu. Ia lalu mengusap keningnya yang telah basah oleh peluh yang bercucuran, jantungnya berdetak kencang. Ia bermimpi buruk.
Ia sibuk mengatur napasnya yang tidak teratur, seperti orang yang habis berlari kencang.
" Ya Tuhan, lindungi suamiku," gumamnya pelan.
sementara di luar terdengar suara angin yang menderu dengan kencangnya, sekelebat cahaya kilat menyambar diiringi gemuruh derasnya hujan. Suara petir sambung menyambung menambah seramnya suasana.
Mira perlahan bangkit dari pembaringannya, ia beringsut di tepi ranjang kemudian duduk terpaku. Ia menggelengkan kepalanya untuk menenangkan debar jantungnya.
Kemudian Mira berjalan menuju pintu kamarnya, lalu membukanya dan keluar dari kamarnya.
Ia mau mencari sumber suara benda yang terjatuh, yang telah membuatnya tersentak bangun dari mimpinya.
Mira mengaduh, kakinya tertusuk sesuatu.
Lalu ia segera menekan tombol lampu ruang tengah yang ada di samping pintu kamar tidurnya.
Matanya langsung tertuju pada foto Mas Dino, suaminya yang bingkainya sudah patah dengan kaca berhamburan
memenuhi lantai.
Mira memungut foto Mas Dino dari lantai dan meletakkannya di atas meja. Matanya melirik jarum jam dinding yang tergantung di sana. Tepat jam dua belas malam.
Mira lalu duduk dan memeriksa telapak kakinya yang terasa perih, telapak kakinya berdarah tertusuk serpihan pecahan kaca yang tadi tanpa sengaja diinjaknya.
Mira mengambil tisu yang ada di meja, memencet perlahan telapak kakinya. Ia menggigit bibirnya, lalu segera mencabut serpihan kaca yang masih menancap di telapak kaki kanannya itu.
Mira mengeluarkan sisa darah yang masih keluar dengan menekannya perlahan, untuk berjaga-jaga agar tidak ada kotoran yang ikut masuk bersama serpihan kaca yang sudah dicabutnya.
Setelah selesai, Mira mengelap telapak kakinya dengan tisu.
Walaupun tidak terlalu parah, tapi cukup menyisakan rasa perih di telapak kakinya.
Setelah menunggu tidak ada lagi darah yang keluar, Mira bangun lalu mengambil sapu dan pengki yang ada di dapur.
Mira segera menyapu satu- persatu pecahan kaca itu sambil memanjatkan doa.
Mira mengingat mimpi buruknya barusan dengan bergidik dan membuat bulu kuduknya sedikit meremang.
Dalam mimpinya, Mira melihat suaminya, Mas Dino digandeng oleh seorang wanita cantik yang berpakaian seperti seorang Puteri keraton zaman dulu.
Rambutnya yang panjang tergerai indah dengan bermahkota kan sebuah Tiara kecil di atas kepalanya.
Walaupun paras wanita itu sangat cantik, tetapi pandangan dan tatapan matanya sangat dingin menghujam. Mira bergidik.
Sementara Mas Dino yang digandengnya hanya diam dengan tatapan kosong.
Mira berteriak memanggil Mas Dino, tetapi Dino tidak merespon panggilan Mira. Tak sedikitpun Mas Dino mengalihkan pandangannya kepada Mira.
Mas Dino dan wanita itu lalu membalikkan badannya, lalu berjalan cepat meninggalkan Mira yang berdiri terpaku di tempatnya.
Mira segera tersadar, lalu ia berlari mengejar ke arah wanita yang membawa Mas Dino pergi.
Mira semakin tertinggal jauh, ia tetap berlari dan berlari. Napasnya tersengal...
Mira terus berlari dengan napas memburu saking paniknya. Tapi yang ia lihat bayangan Mas Dino dan wanita itu semakin menjauh lalu menghilang bersamaan dengan kabut tebal yang tiba- tiba menutupi tempat itu.
Mira menangis ketakutan, ia terus berteriak.
" Mas Dino, kembali...."
Suara deru angin seperti bermain di telinga Mira, kabut semakin tebal.
Mira kemudian berjalan sambil meraba- raba karena pandangan matanya menjadi buram tertutup oleh kabut di sekelilingnya.
Semakin jauh ia melangkah....lalu kabutpun mulai menipis.
Mira bisa melihat bayangan sebuah hutan angker berada tepat di depannya.
Tiba- tiba terdengar suara melengking dari arah dalam hutan di depannya.
Suara seperti peluit yang ditiup kencang itu bersahut- sahutan diringi seperti suara gagak.
Mira merinding, ia melihat sekeliling, tidak ditemuinya bayangan Mas Dino dan wanita itu. Mereka hilang seperti tertelan bumi.
Mira tak ada pilihan, hanya ada hutan yang terpampang di depan matanya.
Ia lalu masuk ke dalam hutan dengan menahan rasa takutnya. Tubuhnya sudah penuh dengan keringat.
Ia berusaha menahan takutnya karena rasa khawatirnya pada Mas Dino yang tadi dibawa pergi.
" Kemanakah Mas Dino dibawa oleh wanita itu," Mira menangis lagi.
Semua rasa takut dan khawatir bergabung menjadi satu.
Dengan menguatkan diri, ia lalu mulai melangkah sambil tetap menajamkan mata dan telinganya.
Sementara suara yang menyeramkan yang Mira dengar masih terdengar melengking seakan menyambut kedatangannya di hutan itu.
Hutan itu gelap, ditumbuhi oleh pepohonan besar dan semak belukar. Mira menyusuri jalan setapak yang tampak ada di situ.
Tiba- tiba kabut tebal kembali datang, diiringi dengan semerbak harum bau bunga melati yang tiba- tiba tertangkap oleh penciuman Mira.
Mira terus berjalan dan tidak menghiraukan kabut tebal yang datang dengan tiba- tiba.
Rasa khawatirnya pada Mas Dino membuatnya menyampingkan rasa takutnya.
Semakin ke dalam hutan, semakin gelap dan Mira merasakan udara di sekitarnya semakin dingin menusuk ke dalam tulang.
Sayup- sayup terdengar suara gamelan, terdengar suasana semakin mencekam.
" Di manakah ini? " ucap Mira dalam hati.
Tiba- tiba suara gamelan yang didengar Mira berhenti, lalu ada seberkas sinar yang menyilaukan mata.
Mira mengerjapkan matanya, lalu terdengar bisikan di telinganya.
"Suamimu aku pinjam, dia milikku sekarang....aku akan mengembalikannya nanti kepadamu setelah seratus delapan puluh hari. hi.....hi....."
Bisikan dari suara yang menyeramkan, dari seorang wanita bersuara serak. suara tanpa rupa....
Mira meraung.....ia tidak tau harus berbuat apa....
Der......suara petir menggelegar.
Mira terperanjat, ia terbangun dari lamunannya. Masih terasa suasana mencekam terbawa dari mimpi buruknya barusan.
Mira lalu membawa pecahan kaca dan bingkai yang sudah patah dan memasukkannya ke dalam tong sampah yang ada di dapurnya.
Kemudian ia mengambil segelas air putih dan segera meneguknya.
Hatinya gundah, ia mencemaskan suaminya.
Sudah dua hari Mas Dino pergi berburu di hutan bersama dua orang temannya, Andi dan Wendi.
Dino membawa Poni, anjing kampung peliharaan mereka.
Biasanya Mas Dino akan pergi selama tiga hari untuk berburu di hutan. Hasil buruannya akan ia jual untuk membantu mencukupi kebutuhan hidup mereka.
Selain memang karena hobi, Mas Dino terpaksa sering berburu karena tuntutan ekonomi. suaminya itu hanya kerja serabutan.
Mas Dino sebenarnya berasal dari keluarga berada. Ia putera sulung dari dua bersaudara.
Ia terbuang dari keluarganya karena menikah dengan Mira. Keluarga Mas Dino tidak menyetujui menjalin hubungan dengan Mira.
Mira lalu kembali ke kamarnya dan ingin melanjutkan tidurnya.
Ia membaringkan tubuhnya ke tempat tidurnya. Ia berusaha untuk tidur dan memejamkan matanya.
Di luar, hujan masih turun dengan derasnya.
Mira berdoa semoga tidak terjadi apa- apa pada Mas Dino. Ia berharap mimpinya tadi hanya sebagai bunga tidur yang menghiasi tidurnya. Walaupun hatinya berkata lain. Ia punya firasat seorang isteri. Firasat buruk....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
naga langit
keren......
2022-11-09
1
Nick
lanjut baca
2022-10-29
4
Agatha Caulie
lanjut 👍
2022-10-27
3