Sudah dua hari Dino bersama dua orang temannya, Andi dan Wendi berada di hutan tempat mereka berburu.
Tidak seperti biasanya, mereka belum mendapatkan satu hasil buruanpun, mereka bertiga akhirnya beristirahat kembali ke tempat tenda mereka dibangun.
Poni, anjing kampung peliharaan Dino yang memang selalu ikut bersama mereka di saat berburu pun terlihat lesu dan tidak bersemangat seperti biasanya.
Hawa terasa lebih dingin di dalam hutan, mungkin sebentar lagi akan turun hujan. Dino dan kedua temannya memeluk kedua tangan mereka di depan dada untuk mengurangi rasa dingin.
Poni tampak tidur dengan posisi menelungkupkan badannya, mungkin merasa lelah dua harian ini berlari dan mengendus tanpa mendapatkan hasil buruan.
Dino dan kedua temannya menyalakan api dari tumpukan kayu dan ranting kering yang mereka kumpulkan. Mereka membuat tungku kecil dari susunan batu.
Mereka mulai merebus air untuk memasak mie instan yang mereka bawa dari rumah, perut mereka terasa keroncongan dan minta untuk diisi.
Biasanya kalau hasil buruan mereka banyak, mereka akan makan hasil buruan mereka seperti tupai atau kelinci.
Mereka akan memanggangnya dengan hanya diberi bumbu garam dan kecap yang memang selalu mereka bawa.
Tapi kali ini jangankan buruan besar, seekor tupai pun tidak tampak ada di sana, mereka seakan- akan sengaja bersembunyi menghindari panasnya peluru senapan dari pemburu seperti mereka bertiga.
Dino menggigil, terasa dingin. Ia segera memakaikan jaketnya yang ia gantung di tali tambang yang mereka ikatkan di antara dua pohon.
Andi dan Wendipun merasakan hal yang sama, mereka menggigil kedinginan walaupun duduk mengitari tungku perapian yang mereka buat dari tumpukan batu, tetap saja tak bisa mengalahkan rasa dingin yang menusuk.
Andi dan Wendi mengikuti Dino mengambil jaket mereka dan segera mengenakannya.
" Dingin sekali hawanya bro....," celetuk Wendi.
" Mungkin malam ini mau turun hujan," jawab Andi.
Dino sibuk memasukkan mie instan ke dalam air panci yang telah mendidih, setelah mie mulai mengembang ia mengaduknya rata.
" Ayo bro kita segera makan," Dino membagi- bagikan mie nya menjadi empat bagian setelah menuangkan semua bumbu.
Dino pun menyisihkan satu bagian mie instan yang ia masak dan menuangkan di atas bungkus plastik kemasan mie instan buat Si Poni.
Poni pun segera terbangun setelah mencium bau masakan dan segera memakan mie bagiannya yang beralaskan plastik dengan lahap.
Hewan berbulu halus berwarna cokelat itu mengibas- ngibaskan ekornya, mie yang diberikan padanya itu segera ludes dimakannya.
Setelah itu ia kembali berbaring dan melanjutkan tidurnya.
Dino, Andi, dan Wendi juga sudah menyelesaikan makan mereka. Perut mereka sudah terisi kenyang.
Wendi mengeluarkan sebungkus rokok dan menawarkannya pada Andi. Dino tidak merokok.
Wendi dan Andi menghisap rokok mereka.
" Kenapa kali ini tak ada satu buruanpun yang terlihat ya?" ucap Dino.
" Iya bro, baru kali ini kita ngalamin kayak gini," sambung Wendi.
" Jadi besok kita langsung pulang atau gimana bro?" tanya Andi kemudian.
"Besok kita tunda kepulangan kita dulu, kita coba cari buruan lagi, masa kita pulang dengan tangan kosong?" jawab Dino.
"Aku setuju bro, lusa saja kita baru pulang dengan atau tanpa hasil," tambah Wendi.
" Oke sepakat..." ucap Andi sambil menghembuskan asap rokoknya.
Tiba- tiba terdengar suara petir menggelegar, hawa di dalam hutan itu semakin dingin.
Tidak terdengar suara seekor serangga pun yang biasanya selalu terdengar bila ada di dalam hutan.
Dino sendiri merasa heran, belum pernah merasakan di hutan kali ini tidak menemukan satu ekorpun hewan di dalamnya bahkan suara serangga sekalipun.
" Mungkin karena mau hujan," pikir Dino menepis rasa herannya.
......................................
Malam hari hujan deras mengguyur, Dino di dalam tenda tidur bersama Poni.
Sementara Andi dan Wendi tidur berdua di tenda satunya di sebelah tenda Dino.
Suara petir sambung- menyambung, mereka berharap semoga tenda mereka tidak kebanjiran.
Poni meringkuk masuk ke dalam selimut tuannya. Ia juga pasti merasa kedinginan.
.....................................
Keesokan harinya, setelah hujan semalaman mereka bersiap- siap.
Mereka mandi di sungai kecil yang ada di sekitar dekat mereka membangun tenda. Mereka memang sengaja mencari lokasi yang dekat sumber air.
Selain untuk memudahkan mereka mengambil air buat dimasak, mandi, juga untuk mencuci hasil buruan mereka nantinya.
Mereka bertiga sudah sering berburu di hutan- hutan belantara lain, tapi baru kali ini mereka masuk ke hutan ini.
Mereka mau mencoba peruntungan berburu di hutan ini karena banyak ditumbuhi pohon- pohon besar yang mereka pikir pasti menyimpan banyak hewan buruan di dalamnya.
Tapi tak seperti yang mereka bayangkan, dari hari mereka datang tak ada satupun hasil yang mereka dapatkan.
Setelah selesai mandi, mereka bertiga menyiapkan keperluan berburu mereka, senapan angin dan peluru, tali tambang, dan pisau belati lipat yang mereka selipkan di dalam kantong celana panjang mereka.
Setelah mengisi perut mereka dengan roti kering, mereka segera beraksi.
Poni sudah bersiaga, hewan berkaki empat itu tanpa dikasih aba- aba sudah tau apa yang harus ia lakukan.
Ia memang anjing pemburu yang hebat karena sudah terbiasa ikut dengan tuannya pergi berburu.
Ia memasang tajam pendengarannya dan mengendus dengan hidungnya yang terlatih.
" Sebaiknya kita berpencar dan ketemu nanti di tenda saat siang," kata Dino.
Ia bersemangat, kali ini mereka harus pulang dengan membawa hasil. Apapun hasil buruan mereka, asal bisa dijadikan uang.
Wendi dan Andi mengangguk lalu pergi menuju arah yang berbeda dengan Dino dan Poni.
Dino dan Poni mengambil arah sebelah kiri yang berlawanan arah dengan Andi dan Wendi yang mengambil arah ke sebelah kanan.
Dino menyusuri jalan, matanya mencari- cari. Ia menyiapkan senapannya. Poni berjalan di depannya.
Tiba- tiba Poni menggonggong, dia mengendus lalu berlari cepat ke arah bau yang sudah dikenalnya.
Dino berlari mengikuti Poni dari belakang, dan benar saja terlihat seekor kelinci yang sedang berlari menghindari mereka.
Kelinci itu sudah mencium bahaya yang mengancam nyawanya. Ia berlari...berbelok ke arah pohon- pohon besar.
Dino tambah bersemangat. Kali ini ia tidak akan pilih- pilih hasil buruan. Tidak ada kijang, babi hutan, kelinci pun jadi.
Kelinci itu terus berlari, Dino tidak ingin menyia- nyiakan peluru di senapannya. Ia akan menembak di saat yang tepat.
Poni dan Dino semakin dalam masuk ke hutan yang entah kemana ujungnya.
Dino tidak khawatir karena ia bersama dengan Poni, selama berburu Poni selalu bisa membawanya kembali pulang ke tempat titik kumpul mereka.
Kelinci itu menghilang dalam semak belukar, Poni terus mengendus dan ia seperti kehilangan jejak. Kelinci itu selamat...
Dino kecewa, setelah dua hari mereka berburu tanpa hasil ia bertekad hari ini ia harus mendapatkan hasil buruan.
Tiba- tiba Poni menegakkan kepalanya, ia seperti mendengar sesuatu. Ia menggonggong kencang. Ada sesuatu yang ia dengar, ia berlari diikuti Doni yang siap menembak di belakangnya.
Poni berhenti....ekornya berdiri tegak.
Dino memandang sosok di depannya dengan takjub....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Tati st🍒🍒🍒
papir nih kayanya bagus
2024-11-24
0
Agatha Caulie
👍👍👍
2022-10-28
2
Eric Andryan
👍👍👍👍👍
2022-10-26
2