Ketika Cinta Mengalah

Ketika Cinta Mengalah

Perjodohan

Amelia gadis cantik berumur 24 tahun tinggal bersama ibunya dirumah sederhana. Amel mempunyai kakak bernama Alya yang sudah mempunyai suami. Suami Alya hanya pegawai kantor biasa sehingga mereka juga hidup sederhana.

Amelia tinggal dengan ibunya berdua terpisah dengan kakaknya Alya yang sudah menikah.Keluarga Amel dililit banyak hutang karena biaya pengobatan ayahnya.

Ayah Amel meninggal setahun yang lalu tanpa meninggalkan apapun. Amel berusaha bekerja keras agar ia bisa menghidupi dirinya dan ibunya. Ia dan ibunya tinggal disebuah rumah kontrakan sederhana.

Setahun setelah ayah Amel menikah, yang punya hutang menangis hutangnya. Ibu Amel pasrah karena ibunya juga jatuh sakit. Untuk melunasi hutang mereka yang semakin lama semakin besar, ibunya Amel menjodohkan Amel dengan pria kaya anak sahabatnya.

"Apa tidak ada jalan lain Bu." Ucap Amel ketika mendengar cerita bahwa ibunya menjodohkannya dengan laki-laki yang paling dibencinya.

"Tidak mel, kamu tau tiap hari rentenir itu datang, hanya pak Anwar yang bisa membantu kita, dengan syarat kamu harus mau menikah dengan Said." Ucap ibunya menjelaskan.

"Said itu buaya darat bu, aku tidak mau hidup dengan status pernikahan dengannya, apa jadinya hidupku." Ucap Amel mengutarakan isi hatinya.

"Tidak ada laki - laki lain yang mau membayar hutang kita." Ucap ibunya.

"Ibu menjual aku?" Tanya Amel sedikit gusar.

"Bukan begitu maksud ibu, tolonglah pahami kondisi kita, ibu minta tolong siapa lagi, kecuali kamu mau melihat ibu mati ditangan rentenir itu." ucap ibunya dengan mata berlinang.

"Aku punya pacar Bu." ucap Amel.

"Jika dia bisa bayar hutang - hutang keluarga kita, maka ibu akan menyetujui, tapi jika tidak maka perjodohan ini tetap akan berlanjut." Ucap ibunya meninggalkan Amel diruang tamu sendirian.

Amel semakin frustasi dengan jawaban terakhir ibunya. Ia tidak yakin bahwa ada laki-laki yang mau menikahi karena banyaknya hutang keluarganya.

Air mata Amel mengalir dengan deras, hatinya begitu sakit dengan kenyataan hidup untuk dirinya. Ia tidak punya pilihan atau solusi untuk hidupnya.

Bayangan Amel kepada laki-laki yang dijodohkan dengannya membuat Amel semakin sakit hati. Amel masih ingat dengan jelas bagaimana laki - laki itu melecehkan dirinya saat SMA dulu.

Ia tidak pernah menceritakan kepada siapapun tentang apa yang terjadi pada dirinya. Ia lebih memilih bungkam seribu bahasa ketika laki - laki itu melecehkannya.

Amel takut dengan ancaman laki-laki itu bahwa akan membunuh semua keluarga Amel saat itu.

Keluarga Said yang mempunyai pengaruh besar membuat Amel saat itu takut. Amel berusaha untuk menjauh sejauh mungkin dari laki - laki brengsek itu. Namun takdir seolah mempermainkan dirinya dengan perjodohan.

Sementara ditempat lain, Said laki - laki playboy itu terkejut dengan perjodohan yang dibuat oleh papanya. Said belum siap untu menikah secepat ini. Said sebagai Casanova hanya ingin bermain-main dengan wanita.

Said akan selalu mengganti wanitanya ketika dia mulai bosan. Tidak ada di kamusnya berpacaran berlama-lama apalagi dengan menikah.

"Papa tidak bisa begitu, aku belum siap menikah." Ucap Said menolak keras perjodohan ini.

"Tidak ada penolakan, jika kamu menolak maka kamu tidak akan bisa menjadi ahli waris." Ucap papanya tersenyum mengejek.

"Aku masih ingin sendiri pa, belum siap berkomitmen." Ucap Said geram dengan papanya sendiri.

"Sampai kapan kamu berhenti menjadi Casanova." Ucap papanya agak emosi melihat sikap anak satu-satunya.

"Papa kamu benar, kamu sudah 27 tahun, kami ini sudah tua, kapan kamu memberikan kami seorang cucu." Ucap mamanya yang datang membawakan kopi untuk papanya.

"Ma, aku masih 27 tahun, aku masih ingin bebas." Ucap Said masih ingin mengelak.

"Said,berhentilah main - main dengan wanita yang tidak jelas, sudah saatnya kamu membina rumah tangga." Nasehat mamanya.

"Mau tidak mau, kamu tetap menikah, jika tidak, saham 1 persen pun tidak ada atas nama kamu." Ucap papanya mengancam.

"Siapa gadis yang mama papa jodohkan?" Tanya Said kemudian.

"Dia gadis yang baik, percayalah dia akan bisa membuat kamu lebih baik." Ucap papanya.

"Kita liat aja nanti." Ujar Said malas berdebat dengan kedua orang tuanya. Ia akan selalu kalah dengan kedua orangtuanya.

"Minggu depan kalian harus sudah menikah." Ucap papanya membuat Said tak kalah terkejutnya dengan pertama kali.

"Tapi pa, kami belum saling mengenal." Ucap Said.

"Nggak perlu terlalu lama - lama mengenal, toh kamu bisa mengenal dia setelah menikah." Ucap papanya.

"Jika nggak cocok bagaimana pa? Ini pernikahan bukan ajang main - main." Ucap Said mulai protes lagi.

"Kalian pasti cocok." Ucap papanya meminum teh yang sudah ada dimeja.

Said semakin malas mendebat kedua orang tuanya. Akhirnya dia berjalan dengan agak malas menuju kamarnya. Ia memikirkan cara bagaimana caranya agar pernikahan ini tidak terjadi. Dia masih belum ingin berkomitmen dengan perempuan.

Said tidak pernah bersunguh - sungguh dengan wanita yang selama ini ia kencani. Ia hanya ingin menikmati tubuh perempuan yang ia kencani. Setelah puas maka ia akan membuangnya sesukanya.

Said juga belum tau seperti apa wanita yang akan menjadi istrinya. Yang membuat dia makin pusing adalah ketika mamanya memintanya untuk mulai tinggal bersama dengan keluarganya. Said sudah beberapa tahun tinggal di apartemen dengan alasan supaya dekat dengan kantor.

Alasan klasik Said pada awalnya dipercaya oleh kedua orang tuanya. Padahal alasan sebenarnya Said pengen kebebasan. Ia bebas membawa wanita manapun bercinta ke apartemen tempatnya.

Said membaringkan tubuhnya di kasur tanpa mengganti baju terlebih dahulu. Ingin rasanya ia pergi keluar malam ini ke bar untuk mencari angin segar. Tetapi kedua orang tuanya sudah mewanti-wanti agar tidak keluar dulu seminggu ini.

Said tidak bisa tidur, akhirnya berdiri menuju kamar mandi. Ia ingin membersihkan badannya yang terasa lengket. Setelah mandi, ia turun kebawa untuk makan malam bersama.

Said duduk disebelah kanan papanya dan berhadapan dengan mamanya. Ia menyantap makanan dengan kurang berselera. Mamanya paham kenapa anak satu-satunya kurang berselera. Namun beliau diam tanpa menegur ataupun bertanya.

Keluarga Said adalah keluarga terhormat. Kekayaan yang mereka miliki tidak akan habis tujuh turunan. Papa Said mengundurkan diri ketika Said berusia 25 tahun. Ia sudah mulai tua dan sakit-sakitan.

Jadi hanya membantu Said sebagai penasehat perusahaan. Melihat Said yang sudah berumur 28 tahun membuat orang tuanya memilih menjodohkannya dengan anak temannya.

Pak Anwar dan Bu Maya menikah dengan umur yang tidak muda lagi. Mereka kala itu juga lambat dikasih keturunan. Ketika hamil Said, mereka sangat gembira sekali. Namun ketika melahirkan terjadi sesuatu pada rahim Bu Maya sehingga dengan terpaksa rahimnya buk Maya diangkat.

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

awalnya sudah sedih

2022-10-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!