Kecewa

Amel bersiap untuk pulang kerumah, namun langkahnya tertahan karena panggilan Riko.

Amel sebenarnya malas untuk bertemu dengan Riko. Dengan malas Amel ikut langkah kaki Riko untuk masuk kedalam mobil laki - laki itu.

Dalam perjalanan mereka sama-sama diam. Amel hanya sibuk memandang ke kiri jalanan. Hatinya sudah pasrah dengan semua ini.

Melihat sikap Riko kemaren Amel sudah pasrah. Ia tidak ingin memaksakan kehendak dirinya. Apalagi Riko harus menanggung hutang keluarganya. Ia tidak mau menjadi gadis yang egois.

Amel juga tidak mau menikah dengan laki-laki pilihan ibunya. Laki-laki yang telah dibencinya ketika di bangku SMA. Amel tidak akan pernah melupakan apa yang Said lakukan padanya dulu saat ia remaja.

Mereka telah sampai disebuah tempat. Tempat ini baru pertama kali Amel datangi bersama Riko. Tempat ini sebuah angkringan yang berada dipusat perkotaan.

Sore menjelang magrib sudah banyak gadis muda dan remaja lainnya nongkrong disini. Amel takjub dengan desain yang dibuat oleh pemilik kafe. Kafe ini emang cocok didesain untuk remaja atau gadis muda seperti dirinya. Angkringan ini nampak sangat kekinian sekali.

Mereka berada diketinggian sehingga pemandangan yang diberikan sangat indah sekali. Amel larut dalam pikirannya yang masih takjub dengan pemandangan yang diberikan.

Setelah memesan makanan, Riko melirik Amel yang dari tadi masih nampak menikmati pemandangan sekitarnya. Riko membiarkan Amel menikmati sejenak agar perempuan itu senang.

Lama sudah Amel memperhatikan pemandangan sekitarnya. Akhirnya dia mulai kembali ke alam sadarnya dan itu membuatnya murung kembali. Riko melihat perubahan wajah itu lansung memberikan respon.

"Sudah puas menikmati pemandangan disini?" Tanya Riko dengan senyum.

"Apa tujuan kamu bawa aku kesini?" Tanya Amel secara lansung.

"Kita harus bicarakan masalah kita." Ucap Riko.

"Bukannya tadi sudah jelas, bahwa kamu laki - laki yang jomblo saat ini " jawab Amel dengan agak emosi.

"Itu aku hanya ingin memanas - manasi kamu aja." Ucap Riko menjelaskan.

"Kamu siap nggak menikah dengan aku secepatnya?" Tanya Amel.

Riko terdiam mendengar pertanyaan Amel. Ia belum bisa menjawab pertanyaan Amel karena pertanyaan itu seperti keramat.

Amel melihat wajah Riko yang tegang Ketika mendengar pertanyaan darinya. Ia tersenyum kecewa melihat respon Riko atas pertanyaan dirinya.

"Kenapa diam?" Tanya Amel.

"Mel aku belum siap jika secepatnya, kasih aku waktu satu tahun, aku mau bahagiain orang tua aku, sekarang sedang bangun rumah kita nanti, lalu kumpulin uang untuk resepsi." Jawab Riko mencoba menjelaskan kepada Amel berharap gadis itu mau bersabar atas dirinya.

"Aku sudah 24 tahun, kenapa harus menunda, aku tidak minta mahar atau resepsi yang mahal." Ujar Amel.

"Mel aku belum siap sepenuhnya melepaskan masa lajang ku, aku masih menikmati kesendirian ini, kasih waktu satu tahun." Ucap Riko dengan memohon.

"Jika aku tidak bisa menunggu bagaimana?" Tanya Amel lagi.

"Kamu jangan egois begitu Mel, semua tidak bisa terburu-buru, harus direncanakan dengan matang " ujar Riko.

"Aku egois? Lalu kamu apa?" Tanya Amel balik bertanya.

"Mel jika kamu mencintai aku, kamu pasti mau menunggu, cuma satu tahun lagi." Ucap Riko.

"Jika ternyata dalam satu tahun itu kamu bosan sama aku dan menemukan yang lain gimana? Aku rugi membuang waktuku dong." Ucap Amel tidak mau kalah.

"Kok kamu hitung - hitungan kayak gitu sih, aku mencintaimu Mel." Ucap Riko menatap Amel dengan pandangan memohon.

"Kamu tidak peduli dengan aku, aku sudah 24 tahun tapi kamu masih belum mau melamar aku, apa tunggu aku lebih tua lagi." Ucap Amel dengan agak sedih.

"Amel aku peduli dengan kamu, sekarang umur nggak jadi masalah, yang penting kita happy " ujar Riko.

"Kamu tidak ngerti dengan masalah aku, ibuku menyuruh aku menikah cepat karena umurku yang sudah tua, lalu ibuku ingin agar hutangnya lunas, jika aku tidak menikah, maka hutang ibu tidak akan lunas dan bisa rumah kami kena sita " jelas Amel kepada Riko.

"Jadi ini semua perkara duit Mel? Kamu mau aku membayar hutang keluarga kamu? Mel duit darimana aku punya sebanyak itu?" Tanya Riko lagi.

"Aku tidak pernah memaksa kamu." Jawab Amel dengan wajah sedih.

"Jika begitu bertahanlah." Ucap Riko.

"Bagaimana aku bisa bertahan jika itu bisa membuat hidup aku makin hancur." Ucap Amel mengusap kepalanya yang tiba-tiba agak sakit.

"Apakah laki - laki itu orang kaya?" Tanya Riko.

"Jika bukan kaya, mana bisa dia melunasi hutang keluarga aku yang banyak." Ucap Amel dengan wajah dingin.

"Kamu meninggalkan aku karena hartanya?" Tanya Riko.

"Serendah itu aku dalam pandangan kamu?" Tanya Amel semakin sakit hati mendengar ucapan Riko.

"Trus kenapa kamu mau menerima perjodohan ini?" Tanya Riko mulai frustasi karena pembicaraan mereka tidak menemukan titik terang alias buntu.

"Karena hidup kami kedepannya, aku sangat membenci laki - laki itu jika kamu tau." Ucap Amel.

"Kamu mengenal dia?" Selidik Riko sambil menatap wajah Amel.

"Dia pernah melecehkan aku waktu SMA." Ucap Amel dengan jujur karena sebelum berpacaran dengan Riko Amel sudah menceritakan masa lalunya kepada Riko. Riko menerimanya dengan lapang dada dan ikhlas.

"Kamu serius? Trus kenapa kamu masih mau lanjut??" Tanya Riko agak emosi.

"Bagaimanapun aku akan tetap membencinya tapi aku juga tidak punya pilihan lain, sekarang aku juga ingin hubungan kita sampai disini aja " ucap Amel dengan nada rendah.

"Apa - apaan ini,aku tidak mau " ucap Riko.

"Biarlah cinta aku mengalah untuk kamu, mungkin ada perempuan yang lebih baik nanti." Ucap Amel dengan nada agak kecewa.

Ia tidak ingin kejadian ini terjadi. Ia tidak ingin menyakiti perasaan pacarnya. Akan tetapi Amel merasa sangat kecewa dengan sikap Riko yang tidak mau memperjuangkan dirinya.

Riko bahkan masih bisa memikirkan kesenangan dirinya sendiri daripada berjuang untuk cintanya.

"Biarkan hubungan kita tetap sampai disini, kita sudahi saja, aku permisi." Ucap Amel lalu berdiri dan melangkahkan kakinya.

Sebelum melangkah kakinya, tangan Amel dicekal oleh Riko.

"Mau kemana Mel? Makan aja belum." Ucap Riko menghentikan langkah Amel.

Amel yang terlanjur kecewa dengan Riko enggan untuk makan bersama Riko. Ia melepaskan tangan Riko dari dirinya.

"Aku bisa pulang sendiri, dan lupakan saja aku, aku sudah pasrah dengan takdir hidupku, aku akan mengikuti kemana arah takdir percintaan aku." Ucap Amel melangkahkan kakinya dengan cepat.

Riko berusaha membayar makanan yang ia pesan meskipun belum dimakannya. Ia agak menyesal membahas sesuatu penting sebelum makan.

Setelah membayar tagihannya, Riko berusaha mengejar Amel lagi. Namun Riko tidak menemukan Amel lagi disana. Riko masuk kedalam mobil dengan memukul stir mobilnya karena kesal.

"Amelllll." Teriak Riko tertahan dari dalam mobil.

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

sama2 egois

2022-10-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!