Bertemu dia lagi

Malam ini sebenarnya Amel enggan untuk melangkah kakinya menuju rumah besar milik Anwar Brawijaya. Ia tidak ingin bertemu dengan laki-laki yang dibencinya seumur hidupnya. Amel sudah menolak beribu kali namun ibunya tetap memaksanya.

Disinilah Amel sekarang memakai gaun pink selutut duduk dimeja makan milik Brawijaya.

Amel tidak menemukan keberadaan lelaki yang akan dijodohkan dengannya.

Amel memandang kedua orang tua yang duduk bersamanya. Mereka tampak memancarkan kebahagiaan dari wajahnya ketika Amel dan ibunya datang.

Lalu tidak lama kemudian datanglah lelaki gagah memakai jas hitam limited edition yang bermerek itu. Dia menyalami kedua orang tuanya dan ibu Amel.

Amel seketika memandang kagum makhluk hidup yang berada didekatnya. Namun dengan cepat ia mengusir apa yang ada dibenaknya dengan segera.

Berbeda dengan Said, ketika melihat gadis yang berada dirumahnya, ia seolah-olah tidak melihatnya sama sekali. Amel semakin kesal dengan lelaki itu yang tidak melihatnya sama sekali.

"Dasar lelaki sombong, apa jadinya aku jika menikah dengan dia." Ucap Amel dalam hatinya.

Laki-laki itu melihat sekilas kearah Amel yang nampak memasang wajah kesal. Tidak ada ekspresi di wajah Said yang bisa diartikan. Ekspresi wajahnya datar saja.

"Id, ini calonmu Amel." Ucap pak Anwar mengenalkan anaknya dengan calon menantunya.

"Said." Ucap Said mengulurkan tangannya.

"Amel." Sambut Amel dengan ragu.

"Yok kita makan dulu, nanti baru kita bahas masalah pernikahan." Ucap mama Said.

Amel tersedak ketika mendengar kata pernikahan. Ibu Amel lansung mengambilkan segelas air putih yang ada didepannya.

"Kenapa? Belum makan sudah keselek." Tegur ibunya Amel.

Amel hanya diam tanpa menjawab ucapan mamanya. Amel ikut mengambil nasi ketika yang lainnya sudah menyantap makanan yang di mejanya.

Namun Amel tampak tidak terlalu bersemangat untuk maka malam. Ia hanya mengaduk - aduk makanan yang ada didepannya.

Mama Said melihat calon menantunya tidak berselera makan jadi ikut menegurnya.

"Kamu kenapa Mel? Apa makanan Tante tidak enak?" Tanya mamanya Said.

Amel hanya diam tanpa membalas ucapan mama Said. Ibu Amel menyenggol Amel agar Amel menjawab pertanyaan dari mama Said.

"Ya Tante, kenapa? " Tanya Amel dengan lembut.

"Kenapa melamun?" Tanya mama Said lagi.

"Ohw maaf Tan, tadi saya kepikiran pekerjaan." Ucap Amel mencoba membela diri.

"Pekerjaan kantor jangan sesekali dibawa pulang. Kasian nanti kamu pusing jadinya." Ucap mama Said.

"Baik Tante, terimakasih atas nasehatnya." Ucap Amel dengan sopan santun.

"Id, mungkin kalian ingin mengenal lebih dalam, silahkan bawa dia ke taman atau kekamar kamu." Ucap mamanya lagi.

"Ke taman aja deh." Ujar Amel dengan cepat.

Amel tidak bisa membayangkan dirinya berduaan dikamar bersama laki-laki kurang ajar itu. Amel mengikuti langkah Said yang mendahului Amel. Wajah laki-laki itu tetap aja datar tanpa ekspresi.

Mereka hanya diam ketika sampai di taman. said juga tidak tau harus memulai pembicaraan apa dengan gadis yang membencinya itu.

Said agak terkejut ketika melihat gadis itu berada dirumahnya. Tetapi ia bisa mengendalikan wajah terkejutnya. Said juga melihat Amel masih membenci dirinya makanya ia hanya diam tanpa ekspresi melihat gadis itu.

"Kenapa kesini cuma diam saja?" Ucap Amel agak emosi.

"Jadi harus bagaimana? Kamu bisa menolak? Kamu punya rencana apa?" tanya Said duduk disebelah perempuan itu.

"Aku tidak mau jadi istri laki - laki seperti kamu." Ucap Amel.

"Laki-laki seperti saya?" Tanya Said penasaran.

"Ya, laki-laki kurang ajar." Jawab Amel.

"Jangan kamu ungkit lagi tentang masa lalu, apa yang kamu liat kadang tidak seperti kenyataan." Jawab Said.

"Pemain wanita, udah berapa banyak wanita mu sampai saat ini?" Ucap Amel semakin geram melihat Said.

"silahkan kamu membenciku sampai saat ini, tapi pada akhirnya kamu akan jadi istrimu" ucap Said.

"Tapi aku tidak mau." Ucap Amel lagi.

"siapa yang mau nikah sama

kamu?" Tanya Amel lagi.

"Emang kamu punya senjata apa ingin menghancurkan pesta yang sudah dirancang ibumu dan mama ku?" Ucap Said dengan wajah memelas kasihan.

"Kita tidak akan bisa hidup bersama,kamu manusia bajingan tidak punya perikemanusiaan." Jawab Amel.

"Kamu jangan keterlaluan, ayo masuk, nggak ada hasil bicara dengan kamu." Jawab Said lagi menarik tangan Amel.

"aku bisa jalan sendiri, jangan sentuh aku dengan tangan kotor kamu." Ucap Amel dengan nada emosi.

Ditempat lain Riko terduduk di meja kerja yang ada di kamarnya. Riko menopang kepalanya dengan kedua tangannya. ia pusing dengan masalah pelik yang dihadapinya dengan Amel. Dia tidak ingin menyerahkan Amel ke tangan laki-laki lain, tapi pria itu juga tidak punya pilihan.

Dengan uang tabungan Riko yang menipis karena sedang pembangunan rumahnya sedang berlangsung makin membuat ia semakin pusing.

"Bagaimana cara aku menyelesaikan semua ini? Apa aku mundur saja? Atau memperjuangkan Amel?" Tanyanya dalam hatinya sambil melihat foto Amel yang ada dimeja kamarnya.

Riko mengambil kunci motornya dengan cepat. Ia melangkahkan kakinya menuju garasi rumah. Ia mengendarai motor gedenya menuju rumah Amel.

Tidak sampai sepuluh menit, ia sudah sampai didepan rumah Amel. Laki-laki itu mengetuk pintu rumah Amel dengan pelan. Namun tidak ada tanda-tanda Amel dirumah.

Tiba-tiba ada yang mendatangi Riko ketika masih berada di depan rumah Amel.

"Cari siapa dek?" Tanya perempuan yang sudah berumur 40 tahun.

"Cari Amel Bu, apa masih ada ya buk?" Tanya Riko dengan sopan.

"Ohw Amel, kabarnya hari ini dia sedang makan malam bersamabkeluarga calon suaminya." Jawab ibu yang menghampiri Riko.

"Terimakasih atas infonya ya buk." Ucap Riko meninggalkan rumah Amel.

Riko tampak kesal mendengar Amel menemui keluarga pria yang dijodohkan sama dia. Riko tampak kwatir keadaan Amel saat ini.

Riko mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Berita yang diterima dirinya hati ini membuat dia emosi. Riko mengelilingi kota dengan perasaan campur aduk.

Riko berhenti disalah satu minimarket untuk membeli minuman dingin. Ia merasa membutuhkan minuman dingin untuk mendinginkan suasana hatinya yang panas.

Namun ketika mengambil makanan, ia tidak menabrak seseorang.

"Sorry Mbak." Ucap Riko spontan.

Seketika wajah Riko tegang karena tidak sengaja bertemu dengan Dela.

"Pak Riko." Tegur Della dengan senyum kepada atasannya itu.

"Eh Dela, ngapain? Tanya Riko mencoba mencairkan suasana hatinya.

"Sama dengan yang kamu lakukan." Jawab Dela sambil tersenyum.

"Eh iya, pasti belanjakan?" Tanya Riko menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kamu kenapa?" Tanya Dela percaya diri.

"Nggak apa-apa,aku pamit dulu ya." Ucap Riko berpamitan dengan Della.

Dela memandang laki - laki yang pergi meninggalkan dirinya sendiri. Lelaki yang pernah ada dalam hatinya. Lelaki yang akan diperjuangkan untuk massa depan. Ia tidak akan rela jika lelaki itu diambil gadis lain.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!