Amel nampak murung ketika bekerja dikantor. Ia memaksakan senyumnya ketika berhadapan dengan nasabah. Senyum palsunya menghiasi bibirnya seharian ini.
Amel sudah dua hari tidak bertegur sapa dengan Riko. Bahkan mereka juga tidak berkomunikasi via telepon.
Selama dua hari ini pula Riko tidak lagi tersenyum kepadanya. Bahkan Riko juga terang - terangan sering makan siang dengan Dela.
Seperti siang ini, Amel masih sedang makan di kantin tidak jauh dari kantor. Riko datang dengan Dela yang duduk juga disebelah meja Amel.
Amel hanya diam seolah - olah tidak peduli. Ia sama sekali tidak mengarahkan pandangannya kepada Riko. Amel hanya makan sambil sesekali mengobrol dengan temannya Rindu bagian customer servis.
Pembicaraan Riko dengan Dela sampai ke telinga Amel. Riko memang sengaja mengambil duduk disebelah meja Amel agar bisa memanasi Amel.
Sejak malam itu dia kesal dengan Amel yang pergi bertemu laki - laki lain tanpa memberi tahu dirinya.
"Benaran loh, Film tadi malam itu seru" Ucap Riko dengan suara agak keras agar didengar oleh Amel.
"Kapan kita nonton lagi, pokoknya kita harus sering nonton bareng deh, kita punya selera yang sama." Ujar Dela dengan sumringah.
"Atur aja waktunya, kapan - kapan kita juga bisa nongkrong atau ngopi dimana gitu." Ucap Riko memandang Amel sekilas. Dalam hatinya makin geram ketika melihat wajah Amel tidak ada ekspresi apapun.
"Boleh, aku ada tempat ngopi rekomended, nanti jika nggak sibuk kita atur waktu." Ucap Dela.
"Kamu atur aja, saya pasti siap kapanpun." Ucap Riko.
"Kamu nggak ada yang marah?" Tanya Dela menatap Riko.
" Siapa yang mau marah sama jomblo kayak gini." Ucap Riko membuat hati Amel meradang.
Amel mulai sakit hati dengan pembicaraan dua insan yang duduk disebelahnya. Hatinya sakit sekali ketika Riko diam - diam menemui gadis lain.
Bahkan yang lebih sakitnya, laki - laki itu mengaku jomblo pada gadis dihadapannya.
Amel berdiri meninggalkan makanannya yang belum habis. Ia berjalan menuju kasir untuk membayar makanan yang ia makan.
Amel lansung berjalan meninggalkan kantin menuju tempat kerjanya.
Ia berjalan dengan lesu, rasanya ia tidak kuat untuk melangkah kakinya.
"Ternyata aku memang tidak ada artinya bagi kamu." Ucap Amel dengan mata berlinang berjalan dengan lunglainya.
" Mel bareng dong." Teriak Rindu mengejar langkah Amel.
"Mel kok buru - buru banget, aku belum selesai makan loh." Ujar Rindu ketika dirinya sudah sejajar dengan Amel.
"Maaf, aku sedang buru - buru, mau ke toilet, sakit perut." Ujar Amel dengan langkah terburu-buru.
Amel meninggalkan Rindu yang masih bengong dengan sikap Amel. Dia merasakan ada yang aneh dengan sikap temannya itu. Rindu berjalan mengikuti langkah Amel dengan cepat menuju tempat kerja mereka.
Sedang di kantin tadi, Riko tampak agak sedih ketika Amel pergi tanpa menghabiskan makanannya. Hatinya begitu gelisah ketika gadisnya itu pergi tanpa ekspresi.
"Kamu marah? Kamu cemburu?" Tanya Riko dalam hatinya.
Dela heran melihat atasannya itu melamun entah memikirkan apa. Ia mencoba untuk mengajak Riko bicara. Namun Riko masih saja larut dalam lamunannya. Tiba-tiba Riko berdiri dari tempat duduknya.
"Maaf Del, saya duluan, saya ingat ada pekerjaan urgent." Ucap Riko bergegas menuju kantornya.
Riko berjalan dengan agak cepat menuju kantornya. Ia ingin melihat secara lansung, sedang apa gadis pujaan hatinya saat ini. Ia ingin memastikan apakah wanita itu baik - baik saja.
Sesampainya di tempat kerjanya, Riko tidak menemukan Amel. Ia sudah bolak-balik di area teller bekerja. Riko juga sudah memeriksa tempat lainnya tapi tidak menemukan Amel.
Riko bisa saja sebenarnya bertanya kepada teman-temannya Amel atau teman sesama teller. Tapi ia tidak ingin membuat karyawan lain berpikir yang aneh-aneh tentang itu. Riko juga tidak punya alasan lain untuk memanggil Amel karena mereka dibagian kerja yang berbeda.
Riko berjalan menuju toilet untuk mencuci mukanya yang agak kaku. Ia merasa wajahnya kaku dua hari ini karena tidak pernah senyum lagi dengan gadis pujaan hatinya.
Ketika mau masuk kedalam toilet, ia berselisih dengan Amel yang baru saja keluar dari toilet. Riko ingin mengakhiri masa sulitnya dengan menegur Amel. Akan tetapi Amel sama sekali tidak menatapnya.
Merasa di abaikan, perasaan Riko semakin berkecamuk tidak jelas. Ia tidak sadar telah menarik tangan Amel menuju salah satu ruang.
Amel merasa terkejut ketika ditarik oleh Riko. Ia mengedarkan pandangannya berharap tidak ada yang melihatnya.
"Ngapain sih narik - narik segala, diliat yang lain gimana?" Tanya Amel dengan kesal.
"Biarin aja, biar semua orang tau hubungan kita." Ucap Riko sembarangan.
"Udah ah lepas, aku mau kerja." Ucap Amel mencoba melepaskan tangan Riko.
"Nanti pulang kita bareng, aku mau kita selesaikan salah paham diantara kita." Ucap Riko menatap gadisnya dengan hati membuncah.
" Aku nggak bisa." Jawab Amel.
" Kenapa tidak bisa? Kamu sibuk dengan laki-laki itu?" Tanya Riko dengan nada kesal.
"Laki-laki mana? Jangan ngacok, yang sibuk mungkin kamu, sibuk nonton sama Dela." Ucap Amel juga kesal. Hatinya masih sakit mengingat kejadian tadi saat makan siang.
"Pokoknya kita pulang bareng, jika nggak aku akan ajak kamu pulang ketika ada karyawan yang lain." Ucap Riko.
Riko menatap gadis pujaan hatinya dengan Rindu. Ia sangat merindukan gadis yang ada didepannya saat ini.
Amel hanya menundukkan kepalanya ketika Riko memandangnya. Ia tidak berani menatap laki - laki yang ada didepannya. Tiba-tiba Riko mengecup kening Amel. Lalu ia berjalan meninggalkan Amel dengan wajah yang tegang.
"Tunggu aku, kita pulang bareng." Ucap Riko berjalan meninggalkan Amel.
Sedangkan Amel terdiam dengan tubuh yang menegangkan ketika Riko mengecup keningnya dengan cepat.
"Beraninya dia mengecup keningku saat dikantor, dimana isi kepalanya." Tanya Amel dengan kesal.
Amel berjalan menuju tempat kerjanya karena waktu makan siang sudah habis. Amel kembali melayani nasabah dengan ramah.
Sesekali ia melihat Riko yang mondar-mandir di area dia bekerja. Laki-laki itu juga mengedipkan matanya ketika pandangan mereka bertemu.
"Dasar, ngapain dia mondar-mandir di area sini." Gerutu Amel dengan pelan.
"Siapa yang mondar-mandir Mel?" Tanya teman seprofesinya disebelah kanannya.
"Bos kamu." Ucap Amel ngasal.
"Bos, masa sih. Kok aku nggak liat? Yang aku liat dari tadi mondar-mandir manager bisnis." Ucap temannya yang bernama Paula.
" Sama saja, dia mata - mata bos kita, kan sama-sama manager." Ucap Amel berbohong kepada Paula.
"Benarkah?" Tanya Paula yang merupakan karyawan training.
Amel menganggukkan kepalanya dengan cepat. Dalam hatinya ia merasa tertawa ketika Paula percaya saja dengan ucapan ngasalnya itu. Amel lalu fokus lagi melayani nasabah sampai jam kerja berakhir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments