NovelToon NovelToon

Ketika Cinta Mengalah

Perjodohan

Amelia gadis cantik berumur 24 tahun tinggal bersama ibunya dirumah sederhana. Amel mempunyai kakak bernama Alya yang sudah mempunyai suami. Suami Alya hanya pegawai kantor biasa sehingga mereka juga hidup sederhana.

Amelia tinggal dengan ibunya berdua terpisah dengan kakaknya Alya yang sudah menikah.Keluarga Amel dililit banyak hutang karena biaya pengobatan ayahnya.

Ayah Amel meninggal setahun yang lalu tanpa meninggalkan apapun. Amel berusaha bekerja keras agar ia bisa menghidupi dirinya dan ibunya. Ia dan ibunya tinggal disebuah rumah kontrakan sederhana.

Setahun setelah ayah Amel menikah, yang punya hutang menangis hutangnya. Ibu Amel pasrah karena ibunya juga jatuh sakit. Untuk melunasi hutang mereka yang semakin lama semakin besar, ibunya Amel menjodohkan Amel dengan pria kaya anak sahabatnya.

"Apa tidak ada jalan lain Bu." Ucap Amel ketika mendengar cerita bahwa ibunya menjodohkannya dengan laki-laki yang paling dibencinya.

"Tidak mel, kamu tau tiap hari rentenir itu datang, hanya pak Anwar yang bisa membantu kita, dengan syarat kamu harus mau menikah dengan Said." Ucap ibunya menjelaskan.

"Said itu buaya darat bu, aku tidak mau hidup dengan status pernikahan dengannya, apa jadinya hidupku." Ucap Amel mengutarakan isi hatinya.

"Tidak ada laki - laki lain yang mau membayar hutang kita." Ucap ibunya.

"Ibu menjual aku?" Tanya Amel sedikit gusar.

"Bukan begitu maksud ibu, tolonglah pahami kondisi kita, ibu minta tolong siapa lagi, kecuali kamu mau melihat ibu mati ditangan rentenir itu." ucap ibunya dengan mata berlinang.

"Aku punya pacar Bu." ucap Amel.

"Jika dia bisa bayar hutang - hutang keluarga kita, maka ibu akan menyetujui, tapi jika tidak maka perjodohan ini tetap akan berlanjut." Ucap ibunya meninggalkan Amel diruang tamu sendirian.

Amel semakin frustasi dengan jawaban terakhir ibunya. Ia tidak yakin bahwa ada laki-laki yang mau menikahi karena banyaknya hutang keluarganya.

Air mata Amel mengalir dengan deras, hatinya begitu sakit dengan kenyataan hidup untuk dirinya. Ia tidak punya pilihan atau solusi untuk hidupnya.

Bayangan Amel kepada laki-laki yang dijodohkan dengannya membuat Amel semakin sakit hati. Amel masih ingat dengan jelas bagaimana laki - laki itu melecehkan dirinya saat SMA dulu.

Ia tidak pernah menceritakan kepada siapapun tentang apa yang terjadi pada dirinya. Ia lebih memilih bungkam seribu bahasa ketika laki - laki itu melecehkannya.

Amel takut dengan ancaman laki-laki itu bahwa akan membunuh semua keluarga Amel saat itu.

Keluarga Said yang mempunyai pengaruh besar membuat Amel saat itu takut. Amel berusaha untuk menjauh sejauh mungkin dari laki - laki brengsek itu. Namun takdir seolah mempermainkan dirinya dengan perjodohan.

Sementara ditempat lain, Said laki - laki playboy itu terkejut dengan perjodohan yang dibuat oleh papanya. Said belum siap untu menikah secepat ini. Said sebagai Casanova hanya ingin bermain-main dengan wanita.

Said akan selalu mengganti wanitanya ketika dia mulai bosan. Tidak ada di kamusnya berpacaran berlama-lama apalagi dengan menikah.

"Papa tidak bisa begitu, aku belum siap menikah." Ucap Said menolak keras perjodohan ini.

"Tidak ada penolakan, jika kamu menolak maka kamu tidak akan bisa menjadi ahli waris." Ucap papanya tersenyum mengejek.

"Aku masih ingin sendiri pa, belum siap berkomitmen." Ucap Said geram dengan papanya sendiri.

"Sampai kapan kamu berhenti menjadi Casanova." Ucap papanya agak emosi melihat sikap anak satu-satunya.

"Papa kamu benar, kamu sudah 27 tahun, kami ini sudah tua, kapan kamu memberikan kami seorang cucu." Ucap mamanya yang datang membawakan kopi untuk papanya.

"Ma, aku masih 27 tahun, aku masih ingin bebas." Ucap Said masih ingin mengelak.

"Said,berhentilah main - main dengan wanita yang tidak jelas, sudah saatnya kamu membina rumah tangga." Nasehat mamanya.

"Mau tidak mau, kamu tetap menikah, jika tidak, saham 1 persen pun tidak ada atas nama kamu." Ucap papanya mengancam.

"Siapa gadis yang mama papa jodohkan?" Tanya Said kemudian.

"Dia gadis yang baik, percayalah dia akan bisa membuat kamu lebih baik." Ucap papanya.

"Kita liat aja nanti." Ujar Said malas berdebat dengan kedua orang tuanya. Ia akan selalu kalah dengan kedua orangtuanya.

"Minggu depan kalian harus sudah menikah." Ucap papanya membuat Said tak kalah terkejutnya dengan pertama kali.

"Tapi pa, kami belum saling mengenal." Ucap Said.

"Nggak perlu terlalu lama - lama mengenal, toh kamu bisa mengenal dia setelah menikah." Ucap papanya.

"Jika nggak cocok bagaimana pa? Ini pernikahan bukan ajang main - main." Ucap Said mulai protes lagi.

"Kalian pasti cocok." Ucap papanya meminum teh yang sudah ada dimeja.

Said semakin malas mendebat kedua orang tuanya. Akhirnya dia berjalan dengan agak malas menuju kamarnya. Ia memikirkan cara bagaimana caranya agar pernikahan ini tidak terjadi. Dia masih belum ingin berkomitmen dengan perempuan.

Said tidak pernah bersunguh - sungguh dengan wanita yang selama ini ia kencani. Ia hanya ingin menikmati tubuh perempuan yang ia kencani. Setelah puas maka ia akan membuangnya sesukanya.

Said juga belum tau seperti apa wanita yang akan menjadi istrinya. Yang membuat dia makin pusing adalah ketika mamanya memintanya untuk mulai tinggal bersama dengan keluarganya. Said sudah beberapa tahun tinggal di apartemen dengan alasan supaya dekat dengan kantor.

Alasan klasik Said pada awalnya dipercaya oleh kedua orang tuanya. Padahal alasan sebenarnya Said pengen kebebasan. Ia bebas membawa wanita manapun bercinta ke apartemen tempatnya.

Said membaringkan tubuhnya di kasur tanpa mengganti baju terlebih dahulu. Ingin rasanya ia pergi keluar malam ini ke bar untuk mencari angin segar. Tetapi kedua orang tuanya sudah mewanti-wanti agar tidak keluar dulu seminggu ini.

Said tidak bisa tidur, akhirnya berdiri menuju kamar mandi. Ia ingin membersihkan badannya yang terasa lengket. Setelah mandi, ia turun kebawa untuk makan malam bersama.

Said duduk disebelah kanan papanya dan berhadapan dengan mamanya. Ia menyantap makanan dengan kurang berselera. Mamanya paham kenapa anak satu-satunya kurang berselera. Namun beliau diam tanpa menegur ataupun bertanya.

Keluarga Said adalah keluarga terhormat. Kekayaan yang mereka miliki tidak akan habis tujuh turunan. Papa Said mengundurkan diri ketika Said berusia 25 tahun. Ia sudah mulai tua dan sakit-sakitan.

Jadi hanya membantu Said sebagai penasehat perusahaan. Melihat Said yang sudah berumur 28 tahun membuat orang tuanya memilih menjodohkannya dengan anak temannya.

Pak Anwar dan Bu Maya menikah dengan umur yang tidak muda lagi. Mereka kala itu juga lambat dikasih keturunan. Ketika hamil Said, mereka sangat gembira sekali. Namun ketika melahirkan terjadi sesuatu pada rahim Bu Maya sehingga dengan terpaksa rahimnya buk Maya diangkat.

bab 2

Amel berangkat kerja dengan wajah yang murung. Pagi ini dia melewatkan sarapan paginya. Dia ingin buru - buru sampai di kantor agar bisa bertemu Riko. Amel dan Riko bekerja satu kantor.

Amel bekerja disalah satu bank milik swasta. Dia dan Riko saling mengenal karena Patner kerja. Amel bekerja sebagai teller sedangkan Riko sebagai manager bisnis.

Amel sudah sampai di kantor tempat bekerja pukul 7 pagi. Ia belum melihat batang hidung Riko sama sekali.

Hubungan mereka tidak ada satu karyawan yang tau. Di kantor masih dibolehkan pacaran dengan teman satu kantor. Tapi jika menikah maka salah satu harus mengundurkan diri.

Meskipun demikian mereka sepakat untuk tidak meresmikan hubungan mereka berdua dikantornya. Merek ingin teman sekantor tau ketika Amel mengundurkan diri dan telah menyebarkan undangan pernikahan.

Amel melihat Riko datang ketika jam kerja sudah hampir dimulai. Amel memang tidak ada buat janji dengan Riko. Riko tersenyum manis menyapa gadis pujaan hatinya. Riko juga menyapa karyawan yang lain agar tidak menimbulkan kecurigaan.

"Mel, sepertinya pak Riko suka kamu deh." ucap Lola temannya juga bagian teller.

"Apaan sih la, pagi - pagi gini udah ngigau, ayo kerja." Ucap Amel menghindari topik yang dibahas Lola.

"Yuk, briefing." Ucap Lola mengajak Amel mendekati teman yang lain.

Setelah selesai briefing mereka bekerja ditempat masing-masing. Amel bekerja tampak kurang fokus. Banyak kesalahan yang ia lakukan pagi ini. Beberapa kali ia melakukan kesalahan.

"Kamu kenapa Mel? Ada masalah? Salah melulu dari tadi." Ucap Lola setengah berbisik kepada teman seprofesinya.

"Kurang minum Aqua kali la." Ucap Amel menjawab singkat.

Amel berusaha bekerja dengan fokus sebelum ditegur oleh atasannya.

Sebelum makan siang, Amel mengirimkan pesan kepada Riko agar bertemu dengan dirinya.

"[Bisakah kita makan siang diluar?]"

Setelah mengirimkan pesan, Amel meletakkan hpnya di atas meja. Ia mulai fokus kembali melayani nasabah. Tidak lama kemudian notifikasi telpon genggamnya berbunyi menandakan ada pesan masuk. Amel membuka pesan sambil mengecek buku tabungan nasabah di komputer miliknya.

"[ Lagi sibuk, pas pulang aja ya, nanti pulang bareng]"

Amel meletakkan telpon genggamnya lagi lalu memfokuskan dirinya melakukan pekerjaannya tanpa membalas lagi.

Ketika makan siang, Amel memang tidak menemukan Riko di kantor. Ketika jam sebelas Amel memang melihat Riko keluar dengan asisten manajer bisnis Bu Dela. Kadang Amel agak cemburu ketika Riko jalan bersama Dela.

Amel sering mendengar desas - desus dari karyawan yang lain bahwa mereka berdua adalah pasangan yang serasi. Bahkan yang parahnya teman - teman Amel juga mendoakan agar mereka berdua jadian.

Tidak terasa jam pulang kerja telah selesai. Amel menunggu Riko untuk pulang bersama. Lola dari tadi sudah pulang mendahului Amel. Tidak lama kemudian Riko keluar dari ruangannya.

"Yok Mel." Ajak Riko kepada Amel.

Kantor sudah mulai sepi ketika mereka pulang. Mereka sengaja melakukan pulang bersama ketika kantor sepi agar tidak ada yang mencurigai hubungan mereka.

Riko menjalankan mobilnya tanpa bertanya apa - apa kepada Amel. Riko paham bahwa di mobil bukan tempat yang tepat untuk bertanya. Mereka telah sampai disebuah kafe salah satu di kota ini.

Setelah memesan makanan dan minuman Riko baru memutuskan untuk bertanya kepada kekasihnya itu.

"Ada apa sayang?" Tanya Riko melihat Amel yang gelisah.

"Nggak ada, hanya kangen." Jawab Amel gugup ketika akan bicara terus terang.

"Muka kamu menandakan kamu ada masalah, dari tadi kamu kerja banyak yang salah kan." Ucapan Riko membuat Amel sedikit terkejut.

"Tau darimana? Tanya Amel penasaran.

"Dari bos kamulah, tadi muka dia masam pas ketemu aku." Ucap Riko menerangkan.

"Ah biasa hanya kurang fokus aja hari ini." Jawab Amel

"Semua ada sebab akibat kan?" Tanya Riko sedang membaca apa yang ada dipikiran kekasihnya itu.

"Kamu tadi kemana sama Dela?" Ucap Amel mengalihkan pembicaraan.

"Jangan mengalihkan pembicaraan." Ucap Riko.

"Orang cuma bertanya." Jawab Amel manyun.

"Aku senang jika kamu cemburu gitu." Ucap Riko tersenyum senang saat mengetahui kekasihnya cemburu saat dia dengan wanita lain. Itu menandakan dengan jelas bahwa Amel mencintainya.

"Kamu siap nggak menikah dalam waktu dekat ko?" Tanya Amel.

"Kenapa bertanya seperti itu?" Tanya Riko memandang Amel dengan pandangan menyelidik.

"Ya pengen tau aja." Jawab Amel singkat.

"Dalam waktu dekat belum siap, seperti komitmen awal kita, kita akan menikah tahun depan." Jawab Riko membuat dada Amel bergemuruh.

"Kenapa harus tahun depan?" Tanya Amel lagi.

"Pertama aku masih menabung untuk biaya pernikahan kita, kedua aku sedang membangun rumah masa depan kita saat ini, ketiga aku menikmati masa lajang sedikit lagi." Jawab Riko agak tersenyum ketika mengucapkan kata yang terakhir.

"Kamu nggak takut aku diambil orang jika lama - lama meminang aku?" Tanya Amel lagi.

"Kamu adalah wanita setia, kamu pasti akan menunggu, lagian bahagiain orang tua kita sebelum menikah." Ucap Riko.

"Kita bisa membahagiakan orang tua setelah menikah juga." Jawab Amel.

"Benar, tapi mumpung masih sendiri kita harus fokus bahagiain mereka." Jawab Riko.

"Kamu cinta sama aku?" Tanya Amel.

"Pertanyaan macam apa itu Mel? Yah aku cintalah sama kamu, apa kamu tidak bisa merasakan cinta aku yang terlalu besar buat kamu." Ucap Riko.

"Aku hanya bertanya, apakah tidak boleh?" Tanya Amel sendu.

"Kamu kenapa? ayo cerita." Kata Riko membujuk.

"Aku dijodohkan oleh ibuku dengan lelaki pilihan ibu." Ucap Amel dengan mata berkaca-kaca.

"Serius?" Tanya Riko.

Amel ingin menjawab akan tetapi pelayan datang mengantarkan pesanan mereka. Mereka sama-sama diam ketika pelayan ada dimeja mereka. Setelah pelayan pergi mereka melanjutkan pembicaraan yang sempat terputus.

"Kenapa ibumu menjodohkan kamu?" Tanya Riko tidak mengerti.

"Bukankah ibumu tau jika aku pacarmu?" Tanyanya lagi.

"Ibu menjodohkan aku dengan dia karena orang tua pria itu mau melunaskan hutang-hutangnya ibu." Jawab Amel menundukkan kepalanya.

Lalu hubungan kita?" Tanya Riko.

"Aku tidak punya pilihan, ibu akan merestui aku menikah dengan pria lain jika pria itu mampu membayar hutang itu." Jawab Amel.

"Ibumu menjual kamu jika seperti itu." Ucap Riko membuat Amel agak sedikit tersinggung.

"Terserah apa pendapatmu." Ucap Amel berdiri lalu berjalan meninggalkan Riko tanpa menyentuh makanan yang sudah dipesannya.

"Mau kemana Mel? Makanannya belum dimakan?" Ucap Riko dengan sedikit berteriak ketika Amel meninggalkannya.

Riko membayar tagihan sebelum mengejar Amel. Ia meninggalkan makanan dan minuman yang masih utuh di atas meja.

Ketika berlari keluar kafe, ia melihat Amel sudah menghilang. Riko sedikit kesal ketika mengetahui Amel sudah menghilang.

Ia masuk kedalam mobilnya dengan kesal. Hati Riko benar - benar berkecamuk saat ini apalagi setelah mengetahui Amel akan dinikahkan dengan pria lain.

Bertemu dia lagi

Malam ini sebenarnya Amel enggan untuk melangkah kakinya menuju rumah besar milik Anwar Brawijaya. Ia tidak ingin bertemu dengan laki-laki yang dibencinya seumur hidupnya. Amel sudah menolak beribu kali namun ibunya tetap memaksanya.

Disinilah Amel sekarang memakai gaun pink selutut duduk dimeja makan milik Brawijaya.

Amel tidak menemukan keberadaan lelaki yang akan dijodohkan dengannya.

Amel memandang kedua orang tua yang duduk bersamanya. Mereka tampak memancarkan kebahagiaan dari wajahnya ketika Amel dan ibunya datang.

Lalu tidak lama kemudian datanglah lelaki gagah memakai jas hitam limited edition yang bermerek itu. Dia menyalami kedua orang tuanya dan ibu Amel.

Amel seketika memandang kagum makhluk hidup yang berada didekatnya. Namun dengan cepat ia mengusir apa yang ada dibenaknya dengan segera.

Berbeda dengan Said, ketika melihat gadis yang berada dirumahnya, ia seolah-olah tidak melihatnya sama sekali. Amel semakin kesal dengan lelaki itu yang tidak melihatnya sama sekali.

"Dasar lelaki sombong, apa jadinya aku jika menikah dengan dia." Ucap Amel dalam hatinya.

Laki-laki itu melihat sekilas kearah Amel yang nampak memasang wajah kesal. Tidak ada ekspresi di wajah Said yang bisa diartikan. Ekspresi wajahnya datar saja.

"Id, ini calonmu Amel." Ucap pak Anwar mengenalkan anaknya dengan calon menantunya.

"Said." Ucap Said mengulurkan tangannya.

"Amel." Sambut Amel dengan ragu.

"Yok kita makan dulu, nanti baru kita bahas masalah pernikahan." Ucap mama Said.

Amel tersedak ketika mendengar kata pernikahan. Ibu Amel lansung mengambilkan segelas air putih yang ada didepannya.

"Kenapa? Belum makan sudah keselek." Tegur ibunya Amel.

Amel hanya diam tanpa menjawab ucapan mamanya. Amel ikut mengambil nasi ketika yang lainnya sudah menyantap makanan yang di mejanya.

Namun Amel tampak tidak terlalu bersemangat untuk maka malam. Ia hanya mengaduk - aduk makanan yang ada didepannya.

Mama Said melihat calon menantunya tidak berselera makan jadi ikut menegurnya.

"Kamu kenapa Mel? Apa makanan Tante tidak enak?" Tanya mamanya Said.

Amel hanya diam tanpa membalas ucapan mama Said. Ibu Amel menyenggol Amel agar Amel menjawab pertanyaan dari mama Said.

"Ya Tante, kenapa? " Tanya Amel dengan lembut.

"Kenapa melamun?" Tanya mama Said lagi.

"Ohw maaf Tan, tadi saya kepikiran pekerjaan." Ucap Amel mencoba membela diri.

"Pekerjaan kantor jangan sesekali dibawa pulang. Kasian nanti kamu pusing jadinya." Ucap mama Said.

"Baik Tante, terimakasih atas nasehatnya." Ucap Amel dengan sopan santun.

"Id, mungkin kalian ingin mengenal lebih dalam, silahkan bawa dia ke taman atau kekamar kamu." Ucap mamanya lagi.

"Ke taman aja deh." Ujar Amel dengan cepat.

Amel tidak bisa membayangkan dirinya berduaan dikamar bersama laki-laki kurang ajar itu. Amel mengikuti langkah Said yang mendahului Amel. Wajah laki-laki itu tetap aja datar tanpa ekspresi.

Mereka hanya diam ketika sampai di taman. said juga tidak tau harus memulai pembicaraan apa dengan gadis yang membencinya itu.

Said agak terkejut ketika melihat gadis itu berada dirumahnya. Tetapi ia bisa mengendalikan wajah terkejutnya. Said juga melihat Amel masih membenci dirinya makanya ia hanya diam tanpa ekspresi melihat gadis itu.

"Kenapa kesini cuma diam saja?" Ucap Amel agak emosi.

"Jadi harus bagaimana? Kamu bisa menolak? Kamu punya rencana apa?" tanya Said duduk disebelah perempuan itu.

"Aku tidak mau jadi istri laki - laki seperti kamu." Ucap Amel.

"Laki-laki seperti saya?" Tanya Said penasaran.

"Ya, laki-laki kurang ajar." Jawab Amel.

"Jangan kamu ungkit lagi tentang masa lalu, apa yang kamu liat kadang tidak seperti kenyataan." Jawab Said.

"Pemain wanita, udah berapa banyak wanita mu sampai saat ini?" Ucap Amel semakin geram melihat Said.

"silahkan kamu membenciku sampai saat ini, tapi pada akhirnya kamu akan jadi istrimu" ucap Said.

"Tapi aku tidak mau." Ucap Amel lagi.

"siapa yang mau nikah sama

kamu?" Tanya Amel lagi.

"Emang kamu punya senjata apa ingin menghancurkan pesta yang sudah dirancang ibumu dan mama ku?" Ucap Said dengan wajah memelas kasihan.

"Kita tidak akan bisa hidup bersama,kamu manusia bajingan tidak punya perikemanusiaan." Jawab Amel.

"Kamu jangan keterlaluan, ayo masuk, nggak ada hasil bicara dengan kamu." Jawab Said lagi menarik tangan Amel.

"aku bisa jalan sendiri, jangan sentuh aku dengan tangan kotor kamu." Ucap Amel dengan nada emosi.

Ditempat lain Riko terduduk di meja kerja yang ada di kamarnya. Riko menopang kepalanya dengan kedua tangannya. ia pusing dengan masalah pelik yang dihadapinya dengan Amel. Dia tidak ingin menyerahkan Amel ke tangan laki-laki lain, tapi pria itu juga tidak punya pilihan.

Dengan uang tabungan Riko yang menipis karena sedang pembangunan rumahnya sedang berlangsung makin membuat ia semakin pusing.

"Bagaimana cara aku menyelesaikan semua ini? Apa aku mundur saja? Atau memperjuangkan Amel?" Tanyanya dalam hatinya sambil melihat foto Amel yang ada dimeja kamarnya.

Riko mengambil kunci motornya dengan cepat. Ia melangkahkan kakinya menuju garasi rumah. Ia mengendarai motor gedenya menuju rumah Amel.

Tidak sampai sepuluh menit, ia sudah sampai didepan rumah Amel. Laki-laki itu mengetuk pintu rumah Amel dengan pelan. Namun tidak ada tanda-tanda Amel dirumah.

Tiba-tiba ada yang mendatangi Riko ketika masih berada di depan rumah Amel.

"Cari siapa dek?" Tanya perempuan yang sudah berumur 40 tahun.

"Cari Amel Bu, apa masih ada ya buk?" Tanya Riko dengan sopan.

"Ohw Amel, kabarnya hari ini dia sedang makan malam bersamabkeluarga calon suaminya." Jawab ibu yang menghampiri Riko.

"Terimakasih atas infonya ya buk." Ucap Riko meninggalkan rumah Amel.

Riko tampak kesal mendengar Amel menemui keluarga pria yang dijodohkan sama dia. Riko tampak kwatir keadaan Amel saat ini.

Riko mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Berita yang diterima dirinya hati ini membuat dia emosi. Riko mengelilingi kota dengan perasaan campur aduk.

Riko berhenti disalah satu minimarket untuk membeli minuman dingin. Ia merasa membutuhkan minuman dingin untuk mendinginkan suasana hatinya yang panas.

Namun ketika mengambil makanan, ia tidak menabrak seseorang.

"Sorry Mbak." Ucap Riko spontan.

Seketika wajah Riko tegang karena tidak sengaja bertemu dengan Dela.

"Pak Riko." Tegur Della dengan senyum kepada atasannya itu.

"Eh Dela, ngapain? Tanya Riko mencoba mencairkan suasana hatinya.

"Sama dengan yang kamu lakukan." Jawab Dela sambil tersenyum.

"Eh iya, pasti belanjakan?" Tanya Riko menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kamu kenapa?" Tanya Dela percaya diri.

"Nggak apa-apa,aku pamit dulu ya." Ucap Riko berpamitan dengan Della.

Dela memandang laki - laki yang pergi meninggalkan dirinya sendiri. Lelaki yang pernah ada dalam hatinya. Lelaki yang akan diperjuangkan untuk massa depan. Ia tidak akan rela jika lelaki itu diambil gadis lain.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!