Pelabuhan Hati Sang Duda
"Aku tidak mau di jodohkan Ma, Pa" ucap Wanita cantik dengan suara yang lantang.
Pagi ini ia begitu terkejut saat mendengar ucapan kedua orang tuanya yang ingin menjodohkan dirinya. Padahal umurnya masih 24 tahun dan terbilang masih muda.
"Mama takut kamu akan menjadi perawan tua sayang, lagian apalagi yang ingin kamu kejar, kamu sudah menjadi wanita karir yang sukses" kata Syerli dengan lembut.
Dara mendesis "Aku bukan mengejar apapun Ma, hanya saja Aku tidak mau di jodohkan. sekarang bukan lagi Zaman siti nurbaya ini sudah modern Ma. Dan lagi pula Aku bisa mencari sendiri sosok suami yang pas menurut aku" balasnya kemudian.
Syerli menatap kearah sang suami, ia tahu betul sifat putrinya itu. Keras kepala dan sedikit pemberontak.
"Keputusan Papa sudah bulat, pokoknya malam minggu besok kamu sudah bertunangan" suara barinton sang Papa membuat Dara kesal.
Dara lantas berdiri dari sofa dan meninggalkan kedua orang tuanya menuju kamar, baginya percuma terus berdebat karena dirinya akan tetap kalah dengan sang Papa.
"Pa, kalau Dara menolak jangan di paksa" ucap Syerli pada sang suami.
"Lalu sampai kapan kita akan menggendong cucu Ma, kita ini sudah tua. Dan hanya Dara harapan kita" balas Mario dengan nada frustasi.
Bukan karena Dara anak tunggal. Syerli dan Mario mempunyai dua anak yaitu Tama dan Dara. Hanya saja Tama tinggal di luar negeri dan berkunjung tak menentu bahkan tak jarang anak sulungnya itu berkunjung 3 tahun sekali.
Pekerjaan Tama lah yang membuat nya tak bisa pulang. Apalagi anak-anaknya sudah sekolah semua.
"Cucu kita sudah 2 Pa, anak-anak Tama jangan Papa lupakan"
"Iya Papa tau, tapi coba Mama lihat apa mereka ada disini ? tidak kan"
Syerli menunduk, ia tahu perasaan suaminya. Walau sudah memiliki kedua cucu hidupnya terasa sepi.
"Coba Mama bicara lagi sama Dara".
"Pokoknya apapun alasan Daraa. Papa akan tetap menjodohkannya dengan Rendi"
"Iya Pa. Mama paham"
🍀🍀🍀🍀🍀
Di dalam kamar Dara frustasi ia tak ingin di jodohkan apalagi dengan Rendi. Karena Dara sudah mencari tau siapa Rendi.
"Pokoknya aku gak mau di jodohkan, Papa ini ada-ada saja pakai acara jodohan segala." gerutunya kesal.
"Lebih baik aku kabur sampai Papa berhenti ingin menjodohkan aku"
Dengan langkah yang cepat Dara meninggalkan kamarnya. Ia menuruni satu persatu anak tangga. Di lihatnya di ruang keluarga kedua orang tuanya sudah tidak ada membuat Vania bebas kabur seperti yang ia inginkan.
"Aman" gumannya pelan.
Tanpa membawa apapun barang-barangnya, Dara langsung pergi meninggalkan rumah itu. Bahkan mobil mewahnya yang baru ia beli seminggu yang lalu ia tinggalkan. Dara sengaja tak membawa barang-barang nya karena ingin hidup sederhana. Kalau ia membawa mobil otomatis sang Papa akan dengan sangat mudah menemukannya.
Sesuai yang Dara inginkan, tak jauh dari rumahnya ia sudah menemukan taksi. Dengan cepat Dara melambaikan tangannya hingga membuat taksi itu berhenti.
"Mau kemana Neng ?" tanya sang sopir taksi.
"Jalan aja dulu Pak, nanti saya bilang kalau mau turun" jawab Dara.
Sang sopir mengangguk, lantas menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Dara terdiam ia menatap keluar jendela. "Maaf ya Ma aku memilih jalan seperti ini, aku tidak ingin di jodohkan dan aku akan buktikan sama Mama kalau aku bisa mendapatkan sosok laki-laki yang pas untuk menjadi imamku"
"Ini mau kemana Neng, kita sudah jauh banget jalannya" ucap sang sopir menyadarkan Dara dari lamunannya.
"Ya sudah berhenti disini saja Pak" ucap Dara
Mobil berhenti di pinggir jalan. Dara lekas turun setelah membayar ongkos taksi. Hanya uang kes yang Dara bawa sementara kartu atm nya di tinggal semua, bahkan ponselnya saja Dara tinggalkan supaya sang Papa tak bisa melacak keberadaannya.
Di dekat tempat Dara berdiri ada sebuah warung nasi, Dara berjalan kesana hanya untuk berteduh. Ia masih bingung mau kemana karena belum ada tujuan.
"Bu..." sapa Dara tersenyum pada seorang wanita paruh baya yang sedang membeli sayur matang.
"Iya" Wanita itu menjawab dengan ramah.
Dara duduk di salah satu kursi plastik, sinar matahari mulai menyengat.
"Nenek cepetan" teriak salah satu anak perempuan yang membuka kaca mobil sedikit.
"Iya sebentar, ini bentar lagi selesai" jawab Ningrum
Siapa sangka sang Cucu mala keluar dari mobil dan mendekati Ningrum. -Dara yang melihat itu merasa gemas, ia memang sangat menyukai anak-anak.
"Hei cantik, namanya siapa ?" tanya Dara dengan lembut.
"Neysa" jawab bocah perempuan itu dengan malu-malu.
"Wah namanya cantik banget, sama seperti orangnya" puji Dara.
Neysa masih malu-malu membuat Ningrum tersenyum, ia lantas duduk di dekat Dara
"Kamu dari mana ?" tanya Ningrum pada Dara
"S-saya dari kampung Bu" jawab Dara langsung walaupun sedikit gugup.
Oh" Ningrum mengangguk "Ke Jakarta mau ngapain ? kerja ?"
"Iya Bu mau nyari kerja, tapi belum dapat... Hmmm apa ibu membutuhkan karyawan, saya siap kok kerja apa saja saya mau"
Ningrum menatap penampilan Dara dari atas sampai bawah, ia sedikit tak percaya kalau Dara berasal dari kampung apalagi pakaian yang di kenakan Dara hampir semua barang branded, Ningrum bisa paham semua itu karena dirinya memiliki butik.
"Apa benar dia dari kampung, kok aku ngerasa bukan ya, soalnya pakaian yang ia pakai semuanya harganya mahal. Apalagi tas yang ia bawa itukan harganya mahal sekali" batin Resti.
"Ada apa ya Bu ? kok Ibu menatap Tas saya seperti itu ?" tanya Dara yang sedikit tak nyaman dengan tatapan Ningrum
"Oh Maaf-maaf bukan maksud ibu membuatmu tak nyaman. Hanya saja ibu kaget karena tas yang kamu pakai harganya mahal sekali"
"Wah benarkah ? aku sendiri tidak tau Bu, ini tas di kasih sama saudara saat aku hendak merantau ke Jakarta" jelas Dara berbohong. Ia menyesali keputusannya saat akan membawa tas itu.
"Oh mungkin itu KW ya" Ningrum juga ikut terkekeh "Soalnya kalau yang asli harganya bisa puluhan juta"
"Iya mungkin KW bu, kalau harganya mahal saya mana ada uang Bu, untuk makan saja susah"
"Kalau kamu mau, saya ada pekerjaan" ucap Ningrum membuat Dara tersenyum bahagia.
"Benarkah Bu, kerja apa ya bu ?"
"Jadi baby sister untuk merawat cucuku,. Mamanya sudah meninggal"
Dara menatap Neysa yang sedari tadi memperhatikannya dengan malu-malu, ia merasa kasihan karena anak sekecil itu sudah kehilangan kasih sayang sang Mama. Seketika Dara teringat dengan Syerli
"Semoga Mama sehat-sehat aja ya" doanya dalam hati.
"Saya mau Bu, kerja apa saja saya mau"
"Tapi Ibu mau bicara dulu sama anak ibu yaitu ayah mereka. Mana nomor ponselmu nanti kalau anak ibu setuju kamu saya hubungi"
"Saya gak punya ponsel bu"
"Terus bagaimana ibu mengabari kamu ?"
"Gini saja bu, kalau anak ibu setuju besok kita ketemuan di sini lagi aja"
"Oh begitu, baiklah besok kita ketemuan"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Bilal Muamar
kayaknya bagus ceritanya....menarik
2023-04-14
0
Putri Minwa
awal yang menarik
2023-03-12
0
Kornelia Restuana
lanjut thor
2023-03-09
0