NovelToon NovelToon

Pelabuhan Hati Sang Duda

Kabur Dari Rumah

 "Aku tidak mau di jodohkan Ma, Pa" ucap Wanita cantik dengan suara yang lantang. 

Pagi ini ia begitu terkejut saat mendengar ucapan kedua orang tuanya yang ingin menjodohkan dirinya. Padahal umurnya masih 24 tahun dan terbilang masih muda.

"Mama takut kamu akan menjadi perawan tua sayang, lagian apalagi yang ingin kamu kejar, kamu sudah menjadi wanita karir yang sukses" kata Syerli dengan lembut.

Dara mendesis "Aku bukan mengejar apapun Ma, hanya saja Aku tidak mau di jodohkan. sekarang bukan lagi Zaman siti nurbaya ini sudah modern Ma. Dan lagi pula Aku bisa mencari sendiri sosok suami yang pas menurut aku"  balasnya kemudian.

Syerli menatap kearah sang suami, ia tahu betul sifat putrinya itu. Keras kepala dan sedikit pemberontak.

"Keputusan Papa sudah bulat, pokoknya malam minggu besok kamu sudah bertunangan" suara barinton sang Papa membuat Dara kesal.

Dara lantas berdiri dari sofa dan meninggalkan kedua orang tuanya menuju kamar, baginya percuma terus berdebat karena dirinya akan tetap kalah dengan sang Papa.

"Pa, kalau Dara menolak jangan di paksa" ucap Syerli pada sang suami.

"Lalu sampai kapan kita akan menggendong cucu Ma, kita ini sudah tua. Dan hanya Dara harapan kita" balas Mario dengan nada frustasi.

Bukan karena Dara anak tunggal. Syerli dan Mario mempunyai dua anak yaitu Tama dan Dara. Hanya saja Tama tinggal di luar negeri dan berkunjung tak menentu bahkan tak jarang anak sulungnya itu berkunjung 3 tahun sekali.  

Pekerjaan Tama lah yang membuat nya tak bisa pulang. Apalagi anak-anaknya sudah sekolah semua.

"Cucu kita sudah 2 Pa, anak-anak Tama jangan Papa lupakan"

"Iya Papa tau, tapi coba Mama lihat apa mereka ada disini ? tidak kan"

Syerli menunduk, ia tahu perasaan suaminya. Walau sudah memiliki kedua cucu hidupnya terasa sepi.

"Coba Mama bicara lagi sama Dara".

"Pokoknya apapun alasan Daraa. Papa akan tetap menjodohkannya dengan Rendi"

"Iya Pa. Mama paham"

🍀🍀🍀🍀🍀

Di dalam kamar Dara frustasi ia tak ingin di jodohkan apalagi dengan Rendi. Karena Dara sudah mencari tau siapa Rendi.

"Pokoknya aku gak mau di jodohkan, Papa ini ada-ada saja pakai acara jodohan segala." gerutunya kesal.

"Lebih baik aku kabur sampai Papa berhenti ingin menjodohkan aku" 

Dengan langkah yang cepat Dara meninggalkan kamarnya. Ia menuruni satu persatu anak tangga. Di lihatnya di ruang keluarga kedua orang tuanya sudah tidak ada membuat Vania bebas kabur seperti yang ia inginkan.

"Aman" gumannya pelan.

Tanpa membawa apapun barang-barangnya, Dara langsung pergi meninggalkan rumah itu. Bahkan mobil mewahnya yang baru ia beli seminggu yang lalu ia tinggalkan.  Dara sengaja tak membawa barang-barang nya karena ingin hidup sederhana. Kalau ia membawa mobil otomatis sang Papa akan dengan sangat mudah menemukannya.

Sesuai yang Dara inginkan, tak jauh dari rumahnya ia sudah menemukan taksi. Dengan cepat Dara melambaikan tangannya hingga membuat taksi itu berhenti.

"Mau kemana Neng ?" tanya sang sopir taksi.

"Jalan aja dulu Pak, nanti saya bilang kalau mau turun" jawab Dara.

Sang sopir mengangguk, lantas menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. 

Dara terdiam ia menatap keluar jendela. "Maaf ya Ma aku memilih jalan seperti ini, aku tidak ingin di jodohkan dan aku akan buktikan sama Mama kalau aku bisa mendapatkan sosok laki-laki yang pas untuk menjadi imamku" 

"Ini mau kemana Neng, kita sudah jauh banget jalannya" ucap sang sopir menyadarkan Dara dari lamunannya.

"Ya sudah berhenti disini saja Pak" ucap Dara

Mobil berhenti di pinggir jalan. Dara lekas turun setelah membayar ongkos taksi. Hanya uang kes yang Dara bawa sementara kartu atm nya di tinggal semua, bahkan  ponselnya saja Dara tinggalkan supaya sang Papa tak bisa melacak keberadaannya.

Di dekat tempat Dara berdiri ada sebuah warung nasi, Dara berjalan kesana hanya untuk berteduh. Ia masih bingung mau kemana karena belum ada tujuan.

"Bu..." sapa Dara tersenyum pada seorang wanita paruh baya yang sedang membeli sayur matang.

"Iya" Wanita itu menjawab dengan ramah. 

Dara duduk di salah satu kursi plastik, sinar matahari mulai menyengat. 

"Nenek cepetan" teriak salah satu anak perempuan yang membuka kaca mobil sedikit.

"Iya sebentar, ini bentar lagi selesai" jawab Ningrum

Siapa sangka sang Cucu mala keluar dari mobil dan mendekati Ningrum. -Dara yang melihat itu merasa gemas, ia memang sangat menyukai anak-anak.

"Hei cantik, namanya siapa ?" tanya Dara dengan lembut.

"Neysa" jawab bocah perempuan itu dengan malu-malu.

"Wah namanya cantik banget, sama seperti orangnya" puji Dara.

Neysa masih malu-malu membuat Ningrum tersenyum, ia lantas duduk di dekat Dara

"Kamu dari mana ?" tanya Ningrum pada Dara

"S-saya dari kampung Bu" jawab Dara langsung walaupun sedikit gugup.

Oh" Ningrum mengangguk "Ke Jakarta mau ngapain ? kerja ?"

"Iya Bu mau nyari kerja, tapi belum dapat... Hmmm apa ibu membutuhkan karyawan, saya siap kok kerja apa saja saya mau"

Ningrum menatap penampilan Dara dari atas sampai bawah, ia sedikit tak percaya kalau Dara berasal dari kampung apalagi pakaian yang di kenakan Dara hampir semua barang branded, Ningrum bisa paham semua itu karena dirinya memiliki butik.

"Apa benar dia dari kampung, kok aku ngerasa bukan ya, soalnya pakaian yang ia pakai semuanya harganya mahal. Apalagi tas yang ia bawa itukan harganya mahal sekali" batin Resti.

"Ada apa ya Bu ? kok Ibu menatap Tas saya seperti itu ?" tanya Dara yang sedikit tak nyaman dengan tatapan Ningrum

"Oh Maaf-maaf bukan maksud ibu membuatmu tak nyaman. Hanya saja ibu kaget karena tas yang kamu pakai harganya mahal sekali"

"Wah benarkah ? aku sendiri tidak tau Bu, ini tas di kasih sama saudara saat aku hendak merantau ke Jakarta" jelas Dara berbohong. Ia menyesali keputusannya saat akan membawa tas itu.

"Oh mungkin itu KW ya" Ningrum juga ikut terkekeh "Soalnya kalau yang asli harganya bisa puluhan juta"

"Iya mungkin KW bu, kalau harganya mahal saya mana ada uang Bu, untuk makan saja susah" 

"Kalau kamu mau, saya ada pekerjaan" ucap Ningrum membuat Dara tersenyum bahagia.

"Benarkah Bu, kerja apa ya bu ?"

"Jadi baby sister untuk merawat cucuku,. Mamanya sudah meninggal"

Dara menatap Neysa yang sedari tadi memperhatikannya dengan malu-malu, ia merasa kasihan karena anak sekecil itu sudah kehilangan kasih sayang sang Mama. Seketika Dara teringat dengan Syerli

"Semoga Mama sehat-sehat aja ya" doanya dalam hati.

"Saya mau Bu, kerja apa saja saya mau"

"Tapi Ibu mau bicara dulu sama anak ibu yaitu ayah mereka. Mana nomor ponselmu nanti kalau anak ibu setuju kamu saya hubungi"

"Saya gak punya ponsel bu"

"Terus bagaimana ibu mengabari kamu ?"

"Gini saja bu, kalau anak ibu setuju besok kita ketemuan di sini lagi aja"

"Oh begitu, baiklah besok kita ketemuan"

Permintaan Mama

"Oh begitu, baiklah besok kita ketemuan"

Dara mengangguk, setelah itu Ningrum pamit namun dengan sopan Dara menjabat tangan Ningrum. Disana Ningrum kembali di buat tak percaya kalau Dara dari kampung. 

"Kulitnya lembut sekali, apa dia benar-benar dari kampung" batin Ningrum

"Hati-hati Bu" 

"Iya, sampai ketemu besok ya"

Dara melambaikan tangannya saat mobil yang di tumpangi Ningrum melaju.

"Aku harus cari tempat tinggal berarti, semoga saja besok ibu itu benar-benar memberiku pekerjaan. Tidak apa-apa walau jadi baby sister karena dengan begitu Papa tidak akan bisa menemukan aku" gumam Dara

"Oh astaga aku lupa menanyakan siapa nama ibu itu, bagaimana ya"

Benar memang walau sudah mengobrol cukup lama baik Ningrum maupun Dara tak ada yang menyebutkan nama, mereka terlalu asik membahas yang lain sehingga tak sempat berkenalan. Lucu memang entah bagaimana besok keduanya bertemu.

Dara berjalan dengan pelan menyusuri trotoar. Ia masuk kejalan jecil saat ada plang yang menyatakan kalau ada kos-kosan.

"Nah itu dia" katanya dengan tersenyum.

Segera Dara mendekat dan bertemu dengan ibu-ibu pemilik kosan.

"Mau cari apa ?" tanya ibu itu dengan ketus.

"Saya mau cari kos bu, apa masih ada"

Mendengar hal itu Bu Yuli langsung tersenyum senang, berbeda saat tadi Dara datang.

"Oh masih ada, silahkan di lihat dulu"

Sangat berbeda dengan rumah yang sering ia tempati, bahkan ukuran sepetak kamar kos ini hampir sebanding dengan kamarnya sendiri, sementara ini harus di bagi menjadi 3 ruangan.

"Ada kamar mandi di dalam, Free air sama listrik" Bu Yuli mulai memperkenalkan kos-kosan miliknya.

"Dapat kasur sama lemari juga" sambung Bu Yuli.

Dara langsung menatap sebuah kasur busa yang sudah sangat kempes, warnanya yang sudah hitam mungkin sudah banyak yang meniduri membuat Dara sedikit jijik, tapi tak ada pilihan lain ia harus tinggal di sini untuk sementara.

"Berapa sebulan nya Bu ?" tanya Dara

"Murah, 650 saja" jawab Bu Yuli.

Dara lantas mengeluarkan uang sejumlah yang Bu Yuli katakan, kemudian menyerahkan uang itu pada Bu Yuli.

"Yang betah ya Neng disini, saya mau pergi dulu" ucap Bu Yuli dengan senang.

"Hehe, iya bu"

Setelah kepergian Bu Yuli, Dara mendesah frustasi.Ia berjalan mengambil sapu yang terletak di sudut ruangan , kemudian mulai membersihkan ruangan itu.

"Setelah ini aku harus mencari pakaian untuk ganti, tidak mungkin aku terus memakai pakaian ini" 

"Uhhhuuuukkk" .

"Debunya banyak banget, apa gak pernah di sapu kali ya"

"Astaga, ini kasurnya tidak layak di sebut busa lagi. Ini udah kek tikar yang tipis" ucap Dara meneliti kasur tersebut, dan sayangnya nanti malam ia harus tidur di atasnya.

"Tadi aku bawa uang berapa ya"

Setelah selesai membersihkan kosan itu, Dara menghitung jumlah uang yang ia bawa. Dan sisahnya masih 1 juta 500 ribu. Dara tersenyum dengan uang itu cukup untuk membeli beberapa lembar pakaian dan makanan sebelum menerima keputusan Ningrum.

Dalam hal ini Dara berharap Ningrum akan menerimanya, supaya ia tak perlu bingung dengan tempat tinggal dan juga makan. Karena otomatis semua keperluannya akan di tanggung oleh Ningrum

🍀🍀🍀🍀🍀🍀

Sementara itu di rumah berulang kali Syerli mengetok pintu kamar Dara, namun tak kunjung di buka membuat Syerli akhirnya membukanya dengan pelan.

"Dara sayang, kamu dimana nak ?"

"Mama masuk ya !"

Syerli memasuki kamar anaknya, ia menyusuri kamar mewah itu. Akan tetapi Dara tidak ada bahkan di kamar mandi pun tidak ada.

"Dara kemana ya, bukannya tadi gak akan kerja hari ini ?"

"Apa jangan-jangan dia kabur karena marah dengan Papanya"

Perasaan Syerli mulai panik, ia lantas keluar dan memanggil sang suami.

"Pa....." teriak Syerli menggema.

Mario sedikit berlari mendengar teriakan sang istri "Ada apa sih Ma, kenapa teriak-teriak ?" tanya Mario heran.

"Dara gak ada dikamarnya Pa, Mama takut Dara kabur"

Mario mengecek kamar putrinya "paling ya cuman keluar sebentar Ma, lagian dia mau kemana ? Kalau pun mau kabur pasti keluar negeri ketempat Tama"

"Tapi perasaan Mama gak enak Pa, Mama takut Dara marah karena kita terus memaksanya menikah dengan Rendi"

"Pikiran Mama sudah terlalu jauh, udah tenang aja nanti malam kalau dia gak pulang baru kita cari"

Mario meninggalkan Syerli yang masih berdiri di depan kamar Dara, ia benar-benar khawatir kalau Dara akan kabur. 

"Semoga kamu hanya keluar sebentar Nak, Maafkan Mama dan Papa yang selalu membuatmu marah"gumam Syerli yang kembali menutup pintu kamar dan beranjak pergi dari sana.

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

"Astaga aku lupa menanyakan siapa nama gadis itu" gumam Ningrum setelah tiba di rumahnya.

"Kira-kira Kenzo setuju gak ya kalau aku ingin mencarikan baby sister untuk Neysa" 

Ningrum diam dengan mata lurus kedepan,  ia masih terbayang dengan wajah cantik Dara entahlah baru jumpa pertama tapi Ningrum sudah sangat menyukai Dara.

Karena tak ingin menunggu terlalu lama, Ningrum akhirnya menelpon sang anak yang sedang berada di kantor. Tak cukup waktu lama panggilan sudah terhubung.

"Iya Ma ada apa ?"  tanya Kenzo

"Assalamualaikum dulu, kebiasaan langsung ngerocos begitu saja" omel Ningrum

"Hehe, iya... Assalamualaikum Mama ku sayang, ada apa ya ?"

"Waalaikumsalam. Ada yang mau Mama bicarakan"

"Ada apa ya Ma, gak bisa ya nunggu Kenzo pulang saja ?"

"Gak bisa, ini masalah serius"

"Apa perlu Kenzo pulang ?"

"Tidak perlu, kau cukup dengarkan apa yang mama ceritakan"

"Begitu, ya sudah ceritalah Ma"

Ningrum langsung menceritakan pertemuannya dengan Dara, bahkan sifat dan tutur kata Dara tak luput ia ceritakan. Mungkin saja disana Kenzo kebingungan kenapa sang Mama bercerita seperti ini.

"Terus hubungannya dengan Kenzo apa Ma ?" tanya Kenzo

"Mama mau memperkerjakan dia sebagai pengasuh anakmu, kamu setujukan ?"

Tak ada lagi jawaban dari Kenzo, karena sekarang laki-laki itu terdiam membisu hanya ada suara nafas yang terdengar.

"Kenzo, kamu dengarkan Mama kan ?"

"Iya Ma Kenzo dengar"

"Lalu apa keputusanmu ?"

"Nanti saja bahas ini ya Ma, soalnya Kenzo sedang banyak kerjaan"

"Baiklah, mama tunggu di rumah"

Tak berapa lama panggilan terputus, Ningrum sudah tak sabar menunggu kepulangan Ningrum dan membawa Dara kerumahnya. Entahlah apa yang ia lihat dari wanita itu yang jelas Resti sangat menyukai Dara.

"Semoga saja Kenzo menyetujui kalau aku memperkejakan gadis itu"

Ningrum beranjak dari tempatnya duduk, lalu memasuki kamar cucunya, ia melihat Neysa cucunya sedang tidur siang membuat Ningrum tersenyum senang.

"Kalau saja Mama kalian masih ada, Nenek gak mungkin mencarikan kalian baby sister" gumam Ningrum lirih..

Kegundahan Hati Kenzo

Soreh harinya... 

"Papa"

"Yey Papa pulang"

Begitu teriakan dari bocah perempuan yang umurnya baru menginjak tiga tahun, semenjak kepergian sang Mama Neysa hanya mendapatkan kasih sayang Kenzo sebagai seorang Papa dan Ningrum sebagai Nenek..

Kenzo berjongkok kemudian merentangkan kedua tangannya, untuk menyambut Pelukan putrinya.

"Anak Papa udah wangi" ucap Kenzo selepas mencium pipi Neysa

"Ya dong Pa, kan Ney udah mandi" jawab Neysa sambil tersenyum

Kenzo hanya mampu tersenyum, kepergian sang istri masih menimbulkan luka terdalam di hidupnya, apalagi sang istri menitipkan seorang anak yang masih kecil membuat Kenzo harus menjabat sebagai ibu dan juga Ayah.

"Kau sudah pulang ternyata" tiba-tiba Ningrum mendekat.

Melihat sang Mama datang Kenzo berdiri, lalu mencium tangan sang Mama dengan sopan. "Barusan Ma" jawabnya kemudian.

"Sana mandi, Neysa biar sama Mama dulu"

"Baik Ma" Kenzo menurut namun sebelum pergi ia berpamitan kepada anaknya.

"Papa mau mandi dulu ya, Neysa sama nenek" pesannya kemudian.

"siap Papa"

 

Malam harinya setelah makan malam bersama Ningrum menemui Kenzo yang sedang dalam ruang kerjanya. Sementara Neysa sedang bermain di kamar nya.

"Ada apa Ma ?" Tanya Kenzo tanpa mengalihkan tatapannya pada layar komputer.

"Kau sangat sibuk ya ? Apa Mama mengganggu ?".

Mendengar hal itu Kenzo menghentikan kegiatannya "enggak juga Ma, memangnya kenapa ?"

"Ken, kamu ingat kan sama cerita Mama tadi ?"

Kening Kenzo mengkerut, pasalnya ia sama sekali tak pernah mengingat apapun kecuali pertumbuhan Neysa putrinya.

"Maaf Ma aku lupa" ucap Kenzo dengan jujur.

"Kamu ini gimana sih, tadi kan Mama cerita kalau Mama ketemu sama seorang gadis"

"Lalu ?" Tanya Kenzo bingung.

"Mama mau memperkerjakan dia sebagai pengasuh anak kamu" jelas Ningrum lagi.

"Ma kan Kenzo sudah bilang kalau Kenzo tak membutuhkan pengasuh, lagian Kenzo masih bisa kok menjaga Neysa"

"Kamu kan sibuk kerja kalau siang Ken, dan waktumu hanya ada saat malam saja. Itupun kalau Neysa belum tertidur. Ayolah Ken turunkan egomu"

Kenzo mendesah frustasi, memang benar adanya ia hanya ada waktu malam hari untuk bersama putrinya. Kenzo bukan tak ingin mencarikan pengasuh untuk anaknya hanya saja Kenzo takut kalau anaknya akan melupakan almarhum Allisya.

"Anak mu tidak akan melupakan Allisya, karena sampai kapanpun Allisya adalah ibu nya. Tapi kondisinya berbeda saat ini Ken, Mama sudah tua terkadang Mama butuh istirahat sebentar sementara anakmu sedang aktif-aktifnya"

Kenzo menatap sang Mama begitu dalam, ia paham kalau Ningrum begitu lelah, harus mengurus anaknya.

"Akan Kenzo pikirkan Ma"

"Mama tunggu besok jawabannya"

Kenzo mengangguk walau dalam hatinya begitu tak ingin kalau anaknya di asuh orang lain.

Setelah mengutarakan keinginannya Ningrum pamit, sementara Kenzo melanjutkan pekerjaan nya. Ia adalah seseorang yang sukses, ia mampu memimpin perusahaan dengan baik sampai berkembang pesat seperti ini. Tak jarang banyak wanita di luar sana yang ingin mendekati Kenzo bahkan ada yang dengan terang-terangan menawarkan diri untuk menjadi ibu sambung Neysa.

Namun Kenzo tak tertarik sedikitpun, karena baginya hanya Allisya istrinya sampai kapanpun. Cinta dan sayangnya pada Allisya begitu dalam.

"Seandainya kamu gak pergi, semua ini tidak akan terjadi" Kenzo kembali mengingat saat-saat kebersamaan nya dengan sang istri.

"Sudah 3 tahun kamu pergi, tapi sampai detik ini aku belum bisa melupakan kamu, Allisya sayang aku rindu"

Malam semakin larut, Kenzo akhirnya beranjak untuk meninggalkan ruang kerjanya. Namun sebelum pergi kekamar Kenzo mendatangi kamar putrinya.

Di bukanya dengan pelan pintu kamar tersebut, hingga menampakan warna pink dimana putrinya sudah tertidur sang pulas.

Kenzo mendekat, lalu menarik selimut yang sudah melorot tersebut.

"Maafkan Papa ya nak, kalau Papa tak punya banyak waktu untuk Neysa, Papa melakukan ini supaya masa depan kamu terjamin"

"Papa begitu menyayangi Neysa" tak terasa air mata Kenzo menetes, ia pandangi wajah polos Neysa, yang sangat mirip dengan Allisya membuat Kenzo seperti menatap sang istri.

Tak perlu lama, Kenzo sudah meninggalkan kamar itu, lalu berjalan menuju kamarnya.

🍀🍀🍀🍀🍀🍀

Pagi kembali datang, seperti biasa Kenzo sudah siap dengan pakaian kerjanya. Saat ia sedang memasang dasi tiba-tiba pintu kamarnya terbuka membuat Kenzo menghentikan kegiatan nya lalu menoleh.

"Ada apa nak ?" Tanyanya pada Neysa yang saat itu mendatangi kamar Kenzo

"Papa mau kelja lagi ya ?" suara cadal Neysa membuat Kenzo semakin gemas.

"Iya sayang, kenapa memangnya ? apa Papa tidak boleh kerja ?"

Neysa menggeleng kemudian kembali berkata.

"Coba kalau ada Mama, pasti Mama yang nemenin Neysa main. Teman-teman Neysa selalu di jagain Mama nya"

Kenzo mengelus kepala Neysa dengan lembut "sayang, kan Mama sudah di syurga jadi Neysa jangan bicara seperti itu"

"Kenapa Mama betah sekali di syurga Pa, apa Mama tidak rindu pada Neysa ?"

Hati Kenzo terasa tercabik-cabik mendengar ucapan putri nya itu, jika saja ia bisa mungkin Kenzo akan menarik sang istri kembali untuk menemani dirinya dan Neysa.

"Mama disana rindu kok sama Neysa"

"Tapi kenapa Mama tidak mau pulang"

Entah bagaimana caranya Kenzo menjelaskan semuanya, yang jelas ini terlalu menyakitkan. Bukan hanya sekali ini saja Neysa menanyakan keberadaan sang Mama.

"Ney, Ayo sarapan dulu nak" tiba-tiba Ningrum datang membuat Kenzo dan Neysa menoleh.

"Yuk sama Papa, nanti Papa suapin" ajak Arya.

"Iya Pa" jawab Neysa dengan lesu.

Saat sedang sarapan pagi, Ningrum kembali menanyakan keputusan Kenzo, ia berharap Kenzo akan menyetujui permintaan nya.

"Bagaimana dengan permintaan Mama semalam Ken ?" Tanya Ningrum.

"Aku belum punya jawabannya Ma, tolong kasih aku waktu Ma, semua ini gak mudah untuk Kenzo"

Ningrum menarik nafas panjang, ia tahu kegundahan putranya itu, dan itu membuat Ningrum ingin mencarikan sosok perempuan untuk ia hadirkan di kehidupan Kenzo.

Bukan karena ia sudah melupakan Allisya sebagai menantu, hanya saja Ningrum kasihan dengan kehidupan putranya yang seperti tak ada semangat lagi. Waktu Kenzo habis bekerja dan juga mengurus Neysa anaknya. Ningrum ingin Kenzo kembali ceria dan kalau bisa ia ingin Kenzo kembali membina rumah tangga.

Umur Kenzo masih terbilang mudah, yaitu tiga lima tahun masih pantas jika menikah lagi. Semoga saja nanti ada perempuan yang bisa menerima kekurangan Kenzo dan menyayangi anak Kenzo.

"Mau sampai kapan begini terus nak ? Mama ingin keadaan rumah ini berbeda" gumam Ningrum lirih, tapi masih bisa di dengar jelas oleh Kenzo.

"Huh" Kenzo menarik napas dalam-dalam, "Bisakah aku bertemu dulu dengan wanita itu Ma, aku mau lihat wanita seperti apa yang akan mengasuh putriku"

Mendengar hal itu Ningrum langsung tersenyum "Baik nak, hari ini Mama akan mempertemukan kamu dengan dia" jawab Ningrum semangat.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!