Once In A Blue Moon
Tidurku hari ini terasa amat sangat nyenyak. Seperti ada peri tidur yang menyanyikan lagu yang merdu. Bantal-bantal pun terasa selembut kapas. Merupakan hal yang sedikit aneh lantaran seringkali aku tidur sudah larut malam, dan selalu terbangun sebelum subuh.
Lalu, seperti ada seseorang yang berkata, "Bangun..."
Aku mengerjapkan mata. Samar-samar mendengar omelan Mama. Omelan khas Mama kalau aku sulit bangun pagi untuk ke sekolah atau ke kampus. Sudah berapa lama Mama dikamar? Nyawaku rasanya masih belum terkumpul seluruhnya, jadi aku memiringkan badan ke kiri, dan tiba-tiba aku merasa bokongku dipukul dengan keras.
“Aduh, sakit, Ma!” keluhku.
“Kamu mau bangun jam berapa? Ini sudah siang!”
Aku terlonjak. Seketika aku duduk. Hari ini aku wisuda, dan aku harus bangun pukul setengah lima pagi untuk berdandan dan bersiap. Tapi saat aku menoleh ke jendela, aku melihat sinar matahari sudah lebih tinggi dari semestinya. Saat aku melihat jam beker, benda berwarna biru itu sudah menunjukkan pukul setengah 7 pagi. Mampus aku.
“Kenapa Mama tidak membangunkan aku saat pukul setengah lima, Ma? Aku sangat terlambat saat ini, belum lagi persiapan wisudanya banyak sekali.” aku panik dan menatap ke kanan-kiri. Mencoba memikirkan bagaimana caranya bisa bersiap-siap, namun tetap tepat waktu.
Wajah Mama tampak bingung. Seakan-akan aku mengatakan hal yang sangat tidak masuk akal. Ia menepuk tanganku. “Kamu ini bicara apa? Wisuda apa? Kamu kan hari ini masuk tahun ajaran baru! Kamu baru kelas sebelas!” sergah Mama.
Aku mengernyit tidak mengerti. Aku terdiam, duduk dan mengumpulkan nyawaku kembali (yang mungkin telah bertebaran kembali karena panik). Sembari mencerna kata-kata Mama. Mungkin Mama makan sesuatu yang salah saat sarapan. Aku mengelus tanganku yang ditepuk Mama. Lalu merasakan helai kain lembut yang menyelimuti lenganku. Merasakan teksturnya dan melihat gambarnya. Aku tidak ingat memakai piyama bergambar monyet dan pisang ini. Seingatku, semalam aku mengenakan gaun tidur berwarna putih dan piyama ini sudah aku jadikan kain lap bertahun-tahun yang lalu. Aku bahkan sudah tidak tahu nasib piyama ini bagaimana setelah aku jadikan kain lap.
Janggal. Omelan Mama tentang tahun ajaran baru, tidak ingatnya Mama tentang wisuda dan piyama usang ini. Aku kembali melirik sekitar. Ruangan ini masih kamarku. Namun semua isinya bukanlah seperti kamarku semalam. Cat dinding yang seharusnya berwarna biru telur asin, malah berwarna kuning pastel. Begitu juga dengan kursi duduk yang sudah ku enyahkan sejak lama, saat ini berada di sana. Benda-benda lain juga sama. Boneka-boneka binatang yang seharusnya sudah kuberikan pada Bella, keponakanku, berjajar rapi di atas lemari pakaian. Asing, sekaligus terasa familiar. Merasa cemas, aku melirik kalender yang terletak di samping jam beker. Tanggal 14 Juli. Benar hari ini. Namun tulisan di sana bukanlah tulisan ‘my graduation’, namun ‘tahun ajaran baru kelas 11’ lengkap dengan stiker-stiker imut, dan tahun yang tertera adalah 2014.
Seketika mataku menjadi segar. Separuh takut, separuh berharap Mama akan mengatakan, "Tidak, Mama hanya bercanda. Ayo, siap-siap sana!"
Tapi wajah Mama sangat serius. Ia malah mengomel lagi karena aku tidak juga beranjak dari kasur.
"Sebentar, Ma." aku mengacungkan jari telunjuk, seperti meminta izin, lalu berlari keluar kamar. Menuju ruang tengah di mana biasanya kalender berada. Namun tetap, tahun yang tertera adalah tahun 2014.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
SP
Cerita yang cukup bagus, sayangnya terdapat kesalahan penulisan, juga adanya kata yang diulang-ulang.
2022-12-27
0