Luka Di Awal Menikah
Gedung hotel Permata yang berada di lantai 3 itu dipenuhi banyak orang yang ingin menyaksikan pernikahan antara Gavin Ilham dan Hanna Maria.
Gavin adalah seorang Arsitek yang bekerja di PT. INDO GRAFIS di bawah pimpinan pengusaha kaya bernama Buana. Usianya masih 27 tahun, namun tak dipungkiri jika keahliannya di bidang oret-oret gambar bangunan melejit pesat di PT tersebut. Ia dinobatkan sebagai salah satu pemuda berbakat yang dimiliki oleh PT tersebut.
Wanita yang beruntung menikah dengannya adalah Hanna Maria. Berusia 25 tahun yang kini berprofesi sebagai guru SD di salah satu sekolah dasar negeri kota tersebut. Dia adalah wanita yang sangat cantik dengan rambutnya yang panjang, hitam dan agak bergelombang. Tingginya sekitar 150centimeter. Mungil dan senyumnya selalu menunjukkan lesung pipit indah di kedua pipinya.
Banyak wanita rekan kerja Gavin yang iri dengan wanita itu. Apa karena dia cantik dia bisa mendapatkan Gavin? Jika hanya cantik, tentunya mereka pun sama. Bahkan lebih cantik malah. Tubuh mereka molek, dan mereka selalu menggunakan riasan tebal di wajah. Tak seperti Hana yang selalu memakai make up natural dan berpakaian sederhana. Tak se waah yang mereka kenakan. Sayang, mereka semua harus menggigit jari karena tak bisa meluluhkan hati Gavin.
Saat acara sakral selesai, Gavin menghampiri beberapa rekan kerjanya sekaligus rekan kerja ayahnya. Hanna tak ikut, dan wanita itu memilih menikmati minuman sendirian di pojokan.
Tubuhnya lelah. Ingin rasanya dia mengakhiri acara itu lalu merebahkan diri diranjang yang sudah ia dan Gavin siapkan di salah satu kamar sebelum acara pernikahan.
"Kepalaku sakit sekali." Hanna meletakkan minumannya di atas meja lalu memijat kepalanya yang berdenyut.
Rasa sakit yang akhir-akhir ini sering ia derita sepertinya kambuh lagi di saat yang tak tepat.
Ia pun memutuskan pergi dari gedung untuk kembali ke kamar.
"Kalau dibuat rebahan pasti sembuh."
Langkahnya terhenti ketika pusing semakin melanda. Matanya seperti berputar-putar.
Padahal tinggal beberapa meter lagi dia akan sampai di kamarnya.
Tubuhnya pun mulai lemas dan ia pun jatuh. Kesadarannya masih ada ketika ia melihat tangan seseorang menerima tubuhnya. Hanya saja dia tak bisa mengenali wajah orang tersebut karena ia sudah lebih dulu pingsan.
**
"Selamat atas pernikahanmu, Gavin. Aku tadi lihat istrimu sangat cantik. Jaga dia, jangan sampai aku merebutnya, haha!"
Mendengar candaan dari rekan kerjanya itu, Gavin pun ikut tertawa dan menyampaikan celetukannya yang berupa ancaman.
"Aku pasti akan menghajarmu kalau sampai kau merebutnya dariku!"
Tawa mereka kembali membahana hingga akhirnya Gavin sadar bahwa ia telah meninggalkan Hana cukup lama.
"Nikmati makanannya, aku akan menemui istriku dulu."
"Ya, Gavin. Lanjutkan acaramu!"
Gavin meninggalkan mereka.
Ia mengedarkan pandang ke sana kemari ketika ia tak menemukan keberadaan Hana di tempat sebelumnya.
"Gina, apa kau lihat Hana?" tanya Gavin pada adik perempuan yang sedang menikmati makanan bersama teman-temannya.
"Nggal liat Kak. Apa mungkin di kamar mandi?"
"Oh, mungkin saja. Aku akan cari dia di sana."
Gavin meninggalkan Gina yang kembali mengobrol dengan beberapa kawannya.
Di setiap orang berkumpul dalam gedung Gavin lihat, dan nihil, tak ada istrinya di antara mereka.
Maka kini kamar mandi lah yang jadi tujuannya. Kamar mandi terletak di luar gedung. Saat ia sampai di sana ia memanggil-manggil nama Hana, namun tak ada sahutan.
"Pak Satpam, bisa bantu aku?" ia melambai pada seorang satpam yang kebetulan berjalan ke arahnya.
"Ia Pak Gavin. Ada yang bisa saya bantu?"
"Bantu cari istriku. Sepertinya dia tersesat di hotel ini."
"Oh, baiklah."
Mereka berdua mencari keberadaan Hana yang entah dimana sekarang. Gavin berjalan menuju kamar nya karena memang itulah tempat dia dan Hana akan melangsungkan malam pertama.
Di pikiran Gavin, mungkin Hana lelah dan tiduran di kamar mereka.
Sebelum ia sampai di kamarnya, ia melihat kamar Kelvin yang agak terbuka sedikit.
Kamar sahabatnya itu berada tak jauh dari kamar miliknya, mengingat Kelvin baru datang dari luar kota dan ia langsung memesan satu kamar di hotel ini sesuai permintaan dari Gavin.
"Mungkin Kelvin tahu dimana Hana sekarang."
Mengingat dulu Kelvin cukup dekat dengan Hana. Sebelum Hana mengenal dirinya, ia lebih dulu mengenal Kelvin. Kelvin adalah teman Gavin yang disukai oleh Gina. Gavin tahu itu.
Tapi, Gavin juga tahu kalau Kelvin menyukai seseorang dan cinta adiknya bertepuk sebelah tangan.
Dan baru-baru ini, dia mengetahui bahwa saat itu yang Kelvin cintai adalah Hana. Wanita yang kini menjadi istri sahnya.
Entah bagaimana ceritanya Hana dan Kelvin tidak bersatu. Gavin tak terlalu mengurusi urusan mereka. Yang penting pada kenyataannya dia tak merebut Hana dari Kelvin. Dan kata Kelvin sendiri dirinya ikhlas jika Hana menikah dengan Gavin. Maka menikahlah mereka hari ini setelah menjalin kasih selama enam bulan.
Langkah kaki Gavin terhenti ketika dirinya melihat ada seseorang bergaun putih berbaring di ranjang milik Kelvin. Ia hanya melihat kakinya saja, tapi dia sangat mengenali gaun yang dikenakan oleh wanita tersebut.
Sebulan yang lalu dia yang telah membeli gaun itu untuk dikenakan Hana saat pernikahan.
Gavin membulatkan mata menyadari bahwa wanita yang berbaring di ranjang Kelvin benar-benar Hana.
Sementara Kelvin duduk di sebelah Hana dan nampak sedang memegangi dahi istri Gavin tersebut.
Mengerang hati Gavin. Ia rapatkan kepalan tangannya menahan amarah.
"Baru beberapa jam kau jadi istriku, kau sudah menunjukkan sifat aslimu?" katanya geram.
Matanya berapi-api memandang mereka berdua yang jaraknya begitu dekat.
"Pak Gavin, Anda baik-baik saja?"
Gavin tersentak dengan sapaan satpam yang tadi membantunya mencari Hana. Ia mengusap matanya yang ternyata berair.
"Iya, aku baik-baik saja. Aku sudah menemukan istriku. Jadi, terima kasih karena kau sudah membantuku mencarinya!"
'Sama-sama Pak. Kalau begitu aku pamit dulu."
Gavin mengangguk sebagai responnya.
Lagi ia memandang Hana dengan tatapan nyalang, sementara Kelvin tak menyadari keberadaan Gavin di balik pintu kamarnya.
Dengan terpaksa Gavin membalikkan badan, tak kuasa melihat pemandangan yang meremas hatinya hingga terasa sakit begini. Ia kembali ke gedung dan meminta maaf pada semua yang ingin bertemu dengan Hana. Ia mengatakan jika Hana istirahat di dalam kamarnya karena dia sedang tak enak badan.
Acara resepsi selesai tanpa Hana di sebelah Gavin. Semua tamu pulang, begitupun kedua orang tuanya dan adiknya.
Orang tua Hana mendatangi dirinya.
"Apa Hana baik-baik saja, Gav?" tanya ibu Hana.
"Iya, Ma. Katanya dia agak pusing, jadi dia istirahat di kamar dan tak mau diganggu siapapun."
"Oh begitu. Mungkin dia kelelahan karena mengurus pernikahan kalian berdua. Kalau begitu mama dan papa pamit pulang dulu ya. Sekali lagi selamat atas pernikahan kalian, semoga rumah tangga kalian langgeng tanpa masalah satupun."
Gavin hanya mengangguk sembari melebarkan senyum palsunya.
"Langgeng? Bahkan anak kalian yang telah merusak rumah tangga ini di hari pertama pernikahan." Kata Gavin setelah kedua orang tua Hana meninggalkan dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
𒈒⃟ʟʙcityᵖᵘⁿʸᵃcerita
mampirrr
2022-10-23
1
⸙ᵍᵏ-ɴuт_Kᵝ⃟ᴸ
awal yg nyesekk
2022-10-23
0
𝐙⃝🦜🍒⃞⃟🦅
semangat ya
2022-10-21
0