Mengandung Anak Majikan
Adsila, seorang gadis belia yang baru saja berusia 20 tahun. Gadis lugu yang berasal dari desa.
Setelah ibu nya meninggal, Adsila membawa adik nya ke kota untuk mencari keberadaan bibinya.
Setelah bertemu dengan bibi, Adsila meminta agar bibi nya mencarikan nya kerja. Sedangkan adik nya bisa sekolah di kota.
"Apa kamu yakin Sila? bekerja sebagai pembantu?" tanya bibi Adsila meyakinkan keponakan nya. Wanita janda itu tidak tega apabila keponakan nya harus banting tulang. Tapi, jika tidak bekerja, biaya sekolah adik nya Adsila datang dari mana?.
Mau tidak mau bibi Adsila terpaksa merelakan Adsila bekerja di sebuah rumah besar milik keluarga kaya.
Atas bantuan teman nya, bibi Adsila berhasil membuat keponakan nya bekerja di sana.
"Doakan aku yah bi, demi bibi dan Lena" ucap Adsila sembari memegangi tangan bibinya.
Adsila beralih menatap sang adik, ia tersenyum dan semakin yakin dengan keputusan nya.
"Adsila berangkat yah bi" setetes air mata menetes di pelupuk mata Adsila saat berpelukan dengan wanita yang sudah seperti ibu nya sendiri.
"Kamu jangan nakal yah, bantu bibi juga" peringat Adsila menatap adik nya.
"Iya kak, kakak juga jaga diri yah di sana" kata Lena. Gadis ini baru saja duduk di bangku SMP.
Dengan berat hati, Adsila melangkah meninggalkan rumah bibi nya yang sederhana.
Adsila masuk ke dalam taxi yang sudah di pesan oleh teman bibi nya.
Taxi pun melaju membelah jalan, melewati setiap persimpangan yang Adsila tidak tahu di mana itu.
Tidak berapa lama, Akhirnya Taxi yang di tumpangi Adsila berhenti di depan sebuah rumah besar.
Beberapa detik setelah turun dari taxi, Adsila masih terperangah melihat betapa besar dan mewah nya rumah tempat ia bekerja nanti.
"Kamu Adsila?" tanya seorang pria yang membuat Adsila tersadar dari lamunan nya.
"Eh iya tuan" Adsila melangkah ke hadapan Bian.
"Saya Bian, sekarang ayo masuk" ajak Bian. Teman bibi Adsila.
"Eh iya"
Adsila mengikuti Bian dari belakang, pria tampan yang mungkin Adsila perkirakan sebaya dengan usia bibinya.
Bibi Adsila memang janda, tapi dia tidaklah tua. Hanya saja bini Adsila sekarang penyakitan.
"Nah, sekarang kamu istirahat dulu di sini. Besok kamu akan mulai bekerja" ucap Bian.
"Baik tuan, terimakasih " Bian mengangguk, lalu pergi meninggalkan Adsila sendiri di kamar yang ukurannya lumayan besar di bandingkan dengan ukuran kamar nya di rumah kampung.
"Kamar pembantunya saja sebesar ini, bagaimana dengan kamar pemilik rumah ini. Pasti lebih besar lagi" gumam nya.
Adsila mengeluarkan barang barang nya, lalu merapikan nya pada sebuah lemari kecil yang terletak di sudut kamar itu.
Ketika menyusun barang barang nya, Adsila memegang lembaran foto ibu dan bapak nya. Ia tersenyum, lalu membawa foto itu ke dalam pelukan nya.
"Semoga Adsila bisa melewati semuanya Bu, pak. Agar Lena,bisa sekolah dan bibi bisa berobat" lirih nya.
...----------------...
Prang!!!
"Kau lebih memilih karir mu??? apa kau gila???" teriak seorang pria pada ponselnya.
Tak henti hentinya suara pecahan vas dan lemparan benda benda lain yang sejak tadi menjadi pelampiasan bagi pria tampan ini.
"Aku tidak mau tahu, kau harus kembali!"
"Aku tidak mau, ini kesempatan bagus untuk ku Adtya!"
"Weira, kau tidak sadar huh? waktu pernikahan kita tinggal menghitung hari lagi!"
"Kita tunda saja Adtya" jawab seorang wanita di seberang sana. Membuat rahang pria yang mendengarnya mengeras.
"Kau pikir semua ini seperti mainan??? sekarang aku tanya! kau memilih aku atau karir mu?" tekan Adtya memberi pilihan pada wanita yang merupakan tunangan nya.
"Maaf Adtya, aku memilih karir ku! Kita bisa menundanya menjadi 3 bulan ke depan kan. Ayolah Aditya, bersikap dewasa lah"
"Kau pikir ini mainan? bisa di tunda kapan saja?? ini bukan yang pertama kali nya Weira. sudah berulang kali kau lakukan ini pada ku!"
"Maaf Aditya, tapi-"
Klik.
Prang!!!!
Ponsel itu seketika melayang menghantam kokohnya tembok.
"Weira!!!!!!!!!!" teriak nya marah.
Aditya Dairon, pria dingin yang menjabat sebagai CEO di sebuah perusahaan maju. Nama Aditya terkenal di mana mana, pengusaha muda yang sukses di usianya masih menginjak angka 28 tahun.
Weira, seorang model yang sedang naik daun. Gadis ini merupakan tunangan Aditya. Pernikahan mereka sudah di rencanakan 2 Minggu lagi. Tapi, Weira malah pergi keluar negeri untuk mengembangkan karir nya.
Secara otomatis, pernikahan mereka tidak bisa di lakukan.
Aditya sangat terpukul, ia sangat mencintai Weira. Pernikahan impian mereka hampir terwujud, tapi malah hancur begitu saja.
Malam itu, setelah mengubungi Weira. Aditya menghabiskan waktunya di club' malam.
Sudah 10 botol wine di habiskan nya. Kesadaran dirinya hanya 40% saja.
"Tuan, anda sudah terlalu banyak minum. Sebaiknya saya antar anda pulang" ucap asisten nya.
Aditya menggeleng, ia masih ingin minum. Melampiaskan segala kekecewaan nya pada Weira.
"Weira! Weira!!!! " gumam Aditya menggeram, lalu ia kembali meneguk wine yang entah sudah yang ke berapa kalinya.
Merasa tidak tahan melihat boss nya begitu, akhirnya asisten nya memaksa boss nya yang sudah setengah sadar pergi dari sana.
"Hei, apa yang kau lakukan! Aku masih mau minum!!!"
Asisten nya tidak peduli, ia membopong Aditya masuk ke dalam mobil. Memakaikan sabuk pengaman agar Aditya tidak pergi kemana mana.
"Hei..Apa kau ingin di pecat?? "
"Maafkan aku boss, tapi aku harus membawa mu pulang" jawab asisten nya itu.
Setiba nya di rumah, asisten Aditya kembali membopong Aditya masuk ke dalam rumah.
Cekrek!!!
Berkali kali ia menekan knop pintu, tapi pintu tidak bisa di buka. Seperti nya pintu utama terkunci.
Ting tong!!!!!!!
Ting tong!!!!!
Dengan tidak sabaran Asisten nya menekan bel berulang kali.
Sedangkan di dalam sana, orang orang sudah tidur.
"Heh anak baru! apa kau tidak dengar suara bel berbunyi???" teriak salah satu wanita yang terbangun karena bisingnya suara bel.
Adsila mengucek mata, ia menoleh pada wanita yang membangunkan nya tadi.
Di dalam kamar itu, terdapat 3 wanita yang merupakan asisten rumah tangga juga. Tapi hanya Adsila yang paling muda di sini. Jadi, mereka dengan leluasa menyuruh nyuruh Adsila. Apalagi dia baru di sini.
"Baik" Adsila beringsut keluar dari kamar. Ia berjalan pelan dengan mata yang masih sangat mengantuk.
"Siapa sih bertamu malam malam begini" gumam nya.
Ting tong!!!!!
Ting tong!!!
Adsila semakin mempercepat langkah nya, ia mengambil kunci di dalam laci tempat penyimpanan semua kunci. Beruntung Adsila mengingatnya, ketika Bian menjelaskan padanya sore tadi.
Adsila membuka pintu, ia terkejut melihat dua orang pria berdiri di depan pintu. Karena takut, Adsila hendak menutup pintu lagi.
"Ehh eh...Kenapa kau tutup pintunya!!" teriak Rangga, asisten Aditya.
Adsila terus berusaha untuk menutupnya, tapi Rangga menahan dengan kakinya. Ia sedikit kesusahan karena ia harus membopong Aditya juga.
"Nona, kau gila! dia pemilik rumah ini."
Deg.
Seketika tubuh Adsila membeku, tangan nya tak lagi menahan pintu.
Rangga menatap wajah Adsila, ia merasa belum pernah bertemu dengan wanita ini di rumah boss nya.
"Kamu anak baru??"
Adsila mengangguk.
"Pantas, kamu tidak tahu siapa dia" gumam Rangga menunjuk Aditya dengan lirikan matanya.
"Maaf tuan" cicit Adsila.
"Yasudah tidak masalah, sekarang kau bisa kan antara boss ke kamar nya"
Adsila tampak ragu, ia mengingat dengan jelas perkataan Bian. Tidak boleh sembarang orang masuk ke dalam ruangan boss. Bian juga sudah menjelaskan dan menunjukkan peraturan dan semua ruangan di rumah ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Dzikri Muhammas
semangat!!!
2022-10-20
2
Dzikri Muhammas
up next
2022-10-20
2