~🍒Hallo reders semuanya, selamat membaca yah. Terimakasih sudah mampir. Semoga ceritaku bisa menghibur kalian semua.
Jangan lupa tinggalkan jejak yah.
Like
Comment
Kasih bintang lima😘
...~happy reading~...
Adsila meremas tangan nya sendiri, jantung nya berdetak sangat cepat. Sejak tadi ia duduk dengan kepala menunduk, menatap kaki yang hanya beralaskan sendal jepit.
Aditya melempar sebuah map di atas meja depan Adsila.
"Apa ini tuan?" tanya Adsila dengan dahi mengerut.
"Baca, lalu tanda tangan" kata Aditya.
Adsila oun langsung membaca nya, ia tahu maksud dari surat itu, tapi dirinya tidak memerlukan ini.
"Maaf tuan, soal yang semalam lupakan saja. Anda tidak perlu membuat surat seperti ini. Saya tidak akan melakukan apapun tuan. " ujar Adsila.
"Tidak, aku tidak akan tertipu" sela Aditya.
"Maksud tuan? saya tidak menipu Anda. Saya benar-benar tidak mempermasalahkan soal yang terjadi tadi malam. Tapi, saya mohon tuan, jangan pecat saya"
Dahi Aditya mengerut, apa sebegitu bodoh nya wanita ini?. Biasanya orang orang akan merasa sangat senang berada di posisi nya saat ini. Mereka akan memanfaatkan nya dan meminta hal hal aneh yang sangat menguntungkan dirinya.
Tapi, lihat lah gadis ini. Yang penting baginya hanya pekerjaan nya.
"Kau tetap harus menandatangani nya" tegas Aditya.
"Apa setelah menandatangani surat ini, saya masih di perbolehkan bekerja di sini?" tanya Adsila polos.
Aditya terdiam, mempertimbangkan permintaan wanita di depan nya ini.
"Baik lah, kau boleh kerja di sini. Dengan satu syarat"
Mata Adsila bersinar. "Apa persyaratan nya tuan?"
"Kau tidak akan membuat kesalahan lagi. Jika kau kembali membuat masalah dengan anggota keluarga ini. Maka, bersiaplah untuk di pecat!"
Adsila mengangguk cepat, ia berjanji tidak akan membuat masalah lagi.
Tanpa berpikir panjang, Adsila langsung meraih pulpen dan menandatangani surat perjanjian itu.
"Terimakasih tuan, anda ternyata sangat baik" ujar Adsila tanpa menatap wajah Aditya.
"Ini cek sebagai pertanggung jawaban ku soal semalam "
Adsila menatap cek yang tertulis nominal 200 juta di dalam nya.
"Tidak tuan, anda tidak perlu memberikan nya pada ku. Semua itu hanya kecelakaan, anda mabuk dan saya bisa memaklumi nya" tolak Adsila.
"Tidak, kau harus menerima nya"
"Tidak perlu tuan"
Adsila terus menolak pemberian Aditya, ia merasa hal itu tidak di perlukan. Di beri kesempatan kerja, sudah sangat cukup bagi Adsila.
Awal nya Adsila pikir, berhenti adalah jalan terbaik. Tapi, setelah mengingat adik nya yang baru saja masuk sekolah. Ia kembali ingin tetap bekerja di tempat ini.
"Kau tetap harus menerima nya!" paksa Aditya.Peia itu meletakkan lembaran cek itu ke tangan Adsila.
"Tapi tuan-"
"Sudah, pergilah. Aku harap semuanya lenyap begitu saja. Di masa yang akan datang kau dan aku tidak ada urusan lagi" sela Aditya memotong ucapan Adsila.
Adsila menghela nafas, ia terpaksa menerima pemberian Aditya.
"Keperawanan ku hanya seharga 200 juta?" pikir nya dalam hati.
"Saya pamit tuan"
Aditya tidak menyahut, ia menekan sesuatu dari ponsel nya. Sehingga pintu kamar nya terbuka secara otomatis.
...----------------...
Setelah membuat kesepakatan dengan majikan nya. Adsila segera kembali ke lantai bawah untuk melanjutkan pekerjaannya.
"Eh, kenapa dia masih bekerja sih?"
"Gak tahu, apa dia tidak punya malu?"
"Tidak mungkin tuan Aditya tidak memecat nya"
Art yang lain merasa penasaran dengan yang terjadi pada Adsila.
Namun, mereka tida bisa berbuat apa apa. Bian selaku kepercayaan di rumah ini sangat menyayangi Adsila. Jadi, mereka tidak bisa berbuat semena mena pada Adsila.
"Heh, anak baru!"
Adsila tersentak, ia berbalik menghadap ke sumber suara.
"Eh kak, ada apa?" tanya Adsila sopan.
"Gak usah basa basi. Kenapa kamu masih di sini? bukan nya kamu sudah di pecat?"
Adsila tersenyum, lalu menjawab pertanyaan art lain nya dengan ramah.
"Sangat beruntung, tuan tidak memecat ku. Dia memberikan ku kesempatan "
"Apa? mana mungkin tuan melakukan hal itu!" bantah mereka.
"Tapi memang itu yang terjadi" jawab Adsila lagi.
"Cih, dia pasti berbohong " dengus salah satu dari mereka. Lalu, mereka pergi begitu saja dengan membawa perasaan kesal.
"Hum...Mereka sangat tidak suka kepada ku" lirih Adsila sembari menghela nafas. Demi adik nya dan juga bibinya, ia harus tetap bertahan.
Adsila kembali melanjutkan pekerjaan nya, ia tidak tahu dari lantai atas Aditya mengawasinya.
...----------------...
Di sebuah kamar, Maya menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Tak jauh dari kasur itu, ada seorang wanita cantik tengah berdandan.
"Ada apa ma? kenapa mama terlihat marah dan kesal begitu?" tanya wanita itu.
"Huh, bagaimana tidak kakak kamu itu sudah berubah Jasmin. " aduh Maya dengan kalimat ambigu. Jasmin tidak langsung mengerti dengan ucapan mama nya.
"Maksud mama? kak Aditya berubah gitu?"
"Iya Jasmin. Kamu tau gak, ada Art baru yang memecahkan guci kesayangan mama"
"What??? lalu kak Aditya ngapain?"
"Nah itu dia, kakak kamu malah membela wanita itu. Dia tidak memecatnya dan malah memberinya kesempatan untuk bekerja di rumah kita" jelas Maya.
"Wah, parah banget kak Aditya. Ini gak bisa di biarkan ma. Bisa bisa kakak tertipu dan termakan simpati wanita itu." sahut Jasmin.
"Nah itu dia yang mama takutkan"
"Yaudah, kita ke ruangan kakak sekarang. Kita harus menyadarkan kakak sekarang juga ma" Jasmin langsung berdiri dari duduk nya, bersiap untuk keluar dari kamar nya.
Namun, Maya menahan nya.
"Apa kau sudah gila?"
Jasmin heran dengan tingkah mama nya.
"Jika tidak suka, yah tinggal bilang sama kakak. Pasti kakak akan mendengar mama"
"Apa kamu tidak menyimak apa yang mama bicarakan?"
Jasmin menggaruk leher, meskipun cantik dan licik. Adik dari seorang Aditya Dairon ini lumayan Lola.
"Mama saja sudah memasang wajah sedih, tapi kakak mu malah membawa gadis itu masuk ke dalam kamar nya"
"What???" pekik Jasmin.
"Apa yang mereka lakukan?" tambah nya lagi.
"Mama tidak tahu, yang jelas mama tidak mendengar apapun dari dalam sana."
"Tidak bisa di biarkan ma, bisa bisa kakak terhasut oleh wanita itu"
"Nah itu yang mama takutkan. Bisa saja terlihat lugu, tapi memiliki niat yang lain" gumam Maya.
"Lalu, apa yang akan kita lakukan?"
Maya menatap putri nya, senyum licik terbit dari wajah Maya.
"Kita akan membuatnya pergi dari rumah ini dengan sendirinya "
"Cara nya?" wajah Maya berubah cemberut, ia tidak habis pikir bisa mendapat seorang putri yang begitu bodoh seperti Jasmin.
"Kok mama cemberut sih, aku kan nanya"
"Bisa gak sih Jasmin, kamu pintar sedikit saja"
"What? Mama menganggap aku bodoh?" decak Jasmin dengan wajah tidak percaya.
"Lalu apalagi? lihat lah sekarang, kau masih bertanya apa yang harus di lakukan "
Lagi lagi Jasmin menggaruk kepalanya.
"Itu karena aku tidak mau berbuat sesuatu yang mungkin tidak mama sukai" elak Jasmin beralasan.
"Alah, alasan saja!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Roewina
rumah kok isinya orang jahat semua sih, jadi geregetan bikin emosi Thor,
2022-11-15
1
Firman Maliksah
bagus karyanya tor tp jantung sy deg2an Krn mamanya Aditya jahat
2022-11-04
0