NovelToon NovelToon

Mengandung Anak Majikan

Tamu Tengah Malam

Adsila, seorang gadis belia yang baru saja berusia 20 tahun. Gadis lugu yang berasal dari desa.

Setelah ibu nya meninggal, Adsila membawa adik nya ke kota untuk mencari keberadaan bibinya.

Setelah bertemu dengan bibi, Adsila meminta agar bibi nya mencarikan nya kerja. Sedangkan adik nya bisa sekolah di kota.

"Apa kamu yakin Sila? bekerja sebagai pembantu?" tanya bibi Adsila meyakinkan keponakan nya. Wanita janda itu tidak tega apabila keponakan nya harus banting tulang. Tapi, jika tidak bekerja, biaya sekolah adik nya Adsila datang dari mana?.

Mau tidak mau bibi Adsila terpaksa merelakan Adsila bekerja di sebuah rumah besar milik keluarga kaya.

Atas bantuan teman nya, bibi Adsila berhasil membuat keponakan nya bekerja di sana.

"Doakan aku yah bi, demi bibi dan Lena" ucap Adsila sembari memegangi tangan bibinya.

Adsila beralih menatap sang adik, ia tersenyum dan semakin yakin dengan keputusan nya.

"Adsila berangkat yah bi" setetes air mata menetes di pelupuk mata Adsila saat berpelukan dengan wanita yang sudah seperti ibu nya sendiri.

"Kamu jangan nakal yah, bantu bibi juga" peringat Adsila menatap adik nya.

"Iya kak, kakak juga jaga diri yah di sana" kata Lena. Gadis ini baru saja duduk di bangku SMP.

Dengan berat hati, Adsila melangkah meninggalkan rumah bibi nya yang sederhana.

Adsila masuk ke dalam taxi yang sudah di pesan oleh teman bibi nya.

Taxi pun melaju membelah jalan, melewati setiap persimpangan yang Adsila tidak tahu di mana itu.

Tidak berapa lama, Akhirnya Taxi yang di tumpangi Adsila berhenti di depan sebuah rumah besar.

Beberapa detik setelah turun dari taxi, Adsila masih terperangah melihat betapa besar dan mewah nya rumah tempat ia bekerja nanti.

"Kamu Adsila?" tanya seorang pria yang membuat Adsila tersadar dari lamunan nya.

"Eh iya tuan" Adsila melangkah ke hadapan Bian.

"Saya Bian, sekarang ayo masuk" ajak Bian. Teman bibi Adsila.

"Eh iya"

Adsila mengikuti Bian dari belakang, pria tampan yang mungkin Adsila perkirakan sebaya dengan usia bibinya.

Bibi Adsila memang janda, tapi dia tidaklah tua. Hanya saja bini Adsila sekarang penyakitan.

"Nah, sekarang kamu istirahat dulu di sini. Besok kamu akan mulai bekerja" ucap Bian.

"Baik tuan, terimakasih " Bian mengangguk, lalu pergi meninggalkan Adsila sendiri di kamar yang ukurannya lumayan besar di bandingkan dengan ukuran kamar nya di rumah kampung.

"Kamar pembantunya saja sebesar ini, bagaimana dengan kamar pemilik rumah ini. Pasti lebih besar lagi" gumam nya.

Adsila mengeluarkan barang barang nya, lalu merapikan nya pada sebuah lemari kecil yang terletak di sudut kamar itu.

Ketika menyusun barang barang nya, Adsila memegang lembaran foto ibu dan bapak nya. Ia tersenyum, lalu membawa foto itu ke dalam pelukan nya.

"Semoga Adsila bisa melewati semuanya Bu, pak. Agar Lena,bisa sekolah dan bibi bisa berobat" lirih nya.

...----------------...

Prang!!!

"Kau lebih memilih karir mu??? apa kau gila???" teriak seorang pria pada ponselnya.

Tak henti hentinya suara pecahan vas dan lemparan benda benda lain yang sejak tadi menjadi pelampiasan bagi pria tampan ini.

"Aku tidak mau tahu, kau harus kembali!"

"Aku tidak mau, ini kesempatan bagus untuk ku Adtya!"

"Weira, kau tidak sadar huh? waktu pernikahan kita tinggal menghitung hari lagi!"

"Kita tunda saja Adtya" jawab seorang wanita di seberang sana. Membuat rahang pria yang mendengarnya mengeras.

"Kau pikir semua ini seperti mainan??? sekarang aku tanya! kau memilih aku atau karir mu?" tekan Adtya memberi pilihan pada wanita yang merupakan tunangan nya.

"Maaf Adtya, aku memilih karir ku! Kita bisa menundanya menjadi 3 bulan ke depan kan. Ayolah Aditya, bersikap dewasa lah"

"Kau pikir ini mainan? bisa di tunda kapan saja?? ini bukan yang pertama kali nya Weira. sudah berulang kali kau lakukan ini pada ku!"

"Maaf Aditya, tapi-"

Klik.

Prang!!!!

Ponsel itu seketika melayang menghantam kokohnya tembok.

"Weira!!!!!!!!!!" teriak nya marah.

Aditya Dairon, pria dingin yang menjabat sebagai CEO di sebuah perusahaan maju. Nama Aditya terkenal di mana mana, pengusaha muda yang sukses di usianya masih menginjak angka 28 tahun.

Weira, seorang model yang sedang naik daun. Gadis ini merupakan tunangan Aditya. Pernikahan mereka sudah di rencanakan 2 Minggu lagi. Tapi, Weira malah pergi keluar negeri untuk mengembangkan karir nya.

Secara otomatis, pernikahan mereka tidak bisa di lakukan.

Aditya sangat terpukul, ia sangat mencintai Weira. Pernikahan impian mereka hampir terwujud, tapi malah hancur begitu saja.

Malam itu, setelah mengubungi Weira. Aditya menghabiskan waktunya di club' malam.

Sudah 10 botol wine di habiskan nya. Kesadaran dirinya hanya 40% saja.

"Tuan, anda sudah terlalu banyak minum. Sebaiknya saya antar anda pulang" ucap asisten nya.

Aditya menggeleng, ia masih ingin minum. Melampiaskan segala kekecewaan nya pada Weira.

"Weira! Weira!!!! " gumam Aditya menggeram, lalu ia kembali meneguk wine yang entah sudah yang ke berapa kalinya.

Merasa tidak tahan melihat boss nya begitu, akhirnya asisten nya memaksa boss nya yang sudah setengah sadar pergi dari sana.

"Hei, apa yang kau lakukan! Aku masih mau minum!!!"

Asisten nya tidak peduli, ia membopong Aditya masuk ke dalam mobil. Memakaikan sabuk pengaman agar Aditya tidak pergi kemana mana.

"Hei..Apa kau ingin di pecat?? "

"Maafkan aku boss, tapi aku harus membawa mu pulang" jawab asisten nya itu.

Setiba nya di rumah, asisten Aditya kembali membopong Aditya masuk ke dalam rumah.

Cekrek!!!

Berkali kali ia menekan knop pintu, tapi pintu tidak bisa di buka. Seperti nya pintu utama terkunci.

Ting tong!!!!!!!

Ting tong!!!!!

Dengan tidak sabaran Asisten nya menekan bel berulang kali.

Sedangkan di dalam sana, orang orang sudah tidur.

"Heh anak baru! apa kau tidak dengar suara bel berbunyi???" teriak salah satu wanita yang terbangun karena bisingnya suara bel.

Adsila mengucek mata, ia menoleh pada wanita yang membangunkan nya tadi.

Di dalam kamar itu, terdapat 3 wanita yang merupakan asisten rumah tangga juga. Tapi hanya Adsila yang paling muda di sini. Jadi, mereka dengan leluasa menyuruh nyuruh Adsila. Apalagi dia baru di sini.

"Baik" Adsila beringsut keluar dari kamar. Ia berjalan pelan dengan mata yang masih sangat mengantuk.

"Siapa sih bertamu malam malam begini" gumam nya.

Ting tong!!!!!

Ting tong!!!

Adsila semakin mempercepat langkah nya, ia mengambil kunci di dalam laci tempat penyimpanan semua kunci. Beruntung Adsila mengingatnya, ketika Bian menjelaskan padanya sore tadi.

Adsila membuka pintu, ia terkejut melihat dua orang pria berdiri di depan pintu. Karena takut, Adsila hendak menutup pintu lagi.

"Ehh eh...Kenapa kau tutup pintunya!!" teriak Rangga, asisten Aditya.

Adsila terus berusaha untuk menutupnya, tapi Rangga menahan dengan kakinya. Ia sedikit kesusahan karena ia harus membopong Aditya juga.

"Nona, kau gila! dia pemilik rumah ini."

Deg.

Seketika tubuh Adsila membeku, tangan nya tak lagi menahan pintu.

Rangga menatap wajah Adsila, ia merasa belum pernah bertemu dengan wanita ini di rumah boss nya.

"Kamu anak baru??"

Adsila mengangguk.

"Pantas, kamu tidak tahu siapa dia" gumam Rangga menunjuk Aditya dengan lirikan matanya.

"Maaf tuan" cicit Adsila.

"Yasudah tidak masalah, sekarang kau bisa kan antara boss ke kamar nya"

Adsila tampak ragu, ia mengingat dengan jelas perkataan Bian. Tidak boleh sembarang orang masuk ke dalam ruangan boss. Bian juga sudah menjelaskan dan menunjukkan peraturan dan semua ruangan di rumah ini.

Hilang sudah

~🍒Hallo reders semuanya, selamat membaca yah. Terimakasih sudah mampir. Semoga ceritaku bisa menghibur kalian semua.

Jangan lupa tinggalkan jejak yah.

Like

Comment

Kasih bintang lima😘

...~happy reading~...

"Nona, apa kau tidak mendengar ku??"

Adsila tersentak, ia mengangguk cepat dan segera membantu pria itu membawa boss nya.

"Sekarang sudah larut malam, aku harus segera pergi" kata Rangga.

"Ba-baik tuan" Adsila langsung membopong Aditya menuju ke kamar nya.

Rumah besar tampak sepi, semua orang sudah masuk ke kamar masing-masing.

Ketika menaiki anak tangga, Adsila sedikit merasa kesusahan. Aditya terus berteriak, memaki maki nama yang Adsila tidak tahu siapa.

Adsila membaringkan Aditya di atas ranjang, membuka sepatunya, kemudian menyelimuti nya.

Meskipun berada dekat dengan majikan nya, Adsila tidak berani menatap wajah Aditya.

"Tuan saya pergi dulu" ucap Adsila hendak berbalik keluar dari kamar.

"Weira! jangan pergi!"

Adsila tersentak, tangan nya di cekal begitu kuat oleh Aditya.

"Maaf tuan, aku buk-"

"Sudah diam kau! aku sudah lelah kau permainkan selama ini Weira! apa kau tidak tahu, betapa aku sangat mencintai mu??" Aditya berdiri, ia menarik tangan Adsila mendekat padanya.

"Tuan maaf, aku buk-"

cup~

Aditya menyerangnya, ia seperti orang kesetanan. Tentu saja Adsila memberontak, ia berusaha melepaskan diri dari Aditya.

"Tuan jangan, lepaskan aku!" mohon Adsila sembari mendorong Aditya.

"Kau tidak akan bisa lari lagi, kau akan menjadi milik ku seutuhnya!"

Adsila menggeleng, ia tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Majikan nya sedang mabuk, apa yang akan majikan nya lakukan, adalah hal yang salah. Ini akan menjadi masalah besar di dalam hidupnya.

"Tuan,sadar lah. Aku bukan wanita itu"

Plak!

"Kau ingin mengelabui ku? aku tidak bodoh! malam ini, kau akan menjadi milik ku!"

Bruk.

Adsila terhempas di atas tempat tidur, pipi sebelah kanan nya memerah bekas tamparan keras Aditya.

Tidak berhenti di situ, Adsila masih memberontak untuk melepaskan diri. Tapi, kekuatan Aditya jauh lebih kuat darinya.

Ingin berteriak minta tolong, percuma saja. Ruangan ini pasti kedap suara,Aditya sudah memperingati Adsila tadi.

Secepat kilat, seluruh pakaian Adsila berhasil di lepas oleh Aditya.

"Pak, ibu, tolong Adsila" erang gadis tak berdaya di dalam hatinya.

Sedangkan pria itu, juga melepas pakaian nya. Adsila menutup mata nya, pasrah dengan apa yang akan ia alami.

Aditya tersenyum senang, dalam pengaruh alkohol, Aditya melihat Adsila seperti melihat Weira.

"Kau akan menjadi milik ku"

Aditya mulai melancarkan aksinya, mencumbui wanita yang sama sekali tidak ia kenal. Bahkan mereka baru pertama kali bertemu.

"Kau sangat rapat, aku tidak menyangka kau akan seenak ini Weira" Aditya terus berpacu, hingga merasakan sebuah hambatan di bawah sana.

"Kenapa sulit sekali!" dengus Aditya memaksa masuk.

"Akkk......" pekik Adsila ketika merasakan sesuatu masuk ke dalam tubuhnya secara paksa. Ia merasa tubuhnya seperti di belah dua.

Hilang sudah, apa yang selama ini ia jaga. Kini di ambil secara paksa oleh majikan nya sendiri.

Air mata Adsila mengalir begitu deras, ia sudah pasrah dan menerima nasib buruk yang menimpah nya saat ini.

"Ahh....Weira, aku sudah memiliki mu. Kau milik ku!!" rancau Aditya di sela sela pacuan nya.

Sedangkan Adsila hanya bisa menangis dan mencoba untuk menolak perlakuan majikan nya.

Hati dan pikiran Adsila terus menolak, tapi berbeda dengan tubuhnya yang terus di beri rangsangan. Karena dia adalah wanita normal, tentu ia tidak bisa terus menerus menolak rangsangan itu.

Akal sehat mengatakan tidak boleh, tapi tubuhnya malah menunjukkan hal yang berbeda.

"Cih....Kau menolak, tapi kau mau. Tidak masalah aku suka Weira" kekeh Aditya, ia menikmati bibir Adsila dengan rakus.

40 menit bergumul, akhirnya tubuh Aditya mengejang, ia sampai pada titik puncak kenikmatan nya. Begitu juga dengan Adsila yang entah sudah ke berapa kali mencapai puncak.

Kedua nya terengah, Aditya ambruk di atas tubuh Adsila.

"Hiks...Hiks....Pak, ibu" perlahan Adsila menggeser tubuh tuan nya kesamping, agar dirinya bisa segera pergi.

"Kau tidak boleh pergi!" tahan Aditya, ia kembali menarik Adsila masuk ke dalam pelukan nya.

"Bagaimana aku bisa pergi? jika seseorang masuk ke dalam kamar ini, mereka pasti akan terkejut melihat keberadaan ku di sini" pikir Adsila khawatir.

Tapi, bagaimana ia bisa pergi. Pelukan Aditya terlalu kuat. Adsila tidak bisa berbuat apa apa, ia hanya bisa pasrah dengan keadaan.

Pukul 4 subuh, Aditya tersadar dari tidurnya. begitu juga dengan Adsila.

"Siapa kau?" Aditya segera bangkit, ia terkejut melihat tubuh wanita tampa busana di dalam dekapan nya.

"Ma-af tuan" Adsila menunduk takut. Ia menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjang nya.

"Bagaimana dia ada di sini? bukan nya tadi aku bersama Weira?" pikir Aditya.

"Pakai pakaian mu, dan pergi dari sini"

Setelah mengucapkan perkataan itu, Aditya langsung pergi masuk ke dalam kamar mandi.

Sedangkan Adsila dengan air mata berlinang memunguti pakaian nya. Lalu memakainya satu persatu.

Adsila keluar dari kamar itu, ia masuk ke kamar nya dengan sangat pelan, lalu pergi ke kamar mandi sebelum ada yang melihat nya.

Baru pertama kali bekerja di sini, ia malah mendapat musibah seperti ini. Entah bagaimana nasibnya setelah ini.

...----------------...

Aditya menatap diri nya pada kaca besar kamar mandi, ia tidak habis pikir dengan keberadaan wanita itu.

"Bagaimana dia bisa ada di kamar ku?" gumam nya sambil mengambil tisu untuk membersihkan pusaka nya.

"Eh, kok merah?" Aditya memeriksa tubuh nya, ia pikir ada luka di bagian bawah sana.

"Tidak ada luka, tapi mengapa ada darah-.."

Deg.

"Apa dia masih perawan?? apa karena aku mabuk, mengira gadis itu adalah Weira??"

Seketika pria itu menjadi panik, ia sudah berbuat jahat pada seorang gadis yang ternyata masih perawan.

Dengan cepat Aditya menyelesaikan mandinya, lalu kembali ke kamar nya untuk melihat sprei ranjang.

Kondisi tempat tidur masih berantakan, gadis itu sudah pergi. Aditya menarik selimut, dan betapa kaget nya dirinya melihat sprei yang berwarna putih, terdapat bercak merah dan ada juga yang lebih dari sekedar bercakan.

"Dia benar benar masih perawan" gumam nya.

Pria itu menjadi pusing, ia langsung mencari ponselnya, untuk menghubungi asisten nya.

Sekarang masih pukul 5 subuh, dan tentu saja Rangga masih tidur.

Drrrr......Drtttt....

"Ah ..Dia pasti masih ngebo!" dengus Aditya kesal, Rangga tak kunjung mengangkat panggilan telfon darinya.

Aditya kembali menatap sprei itu, lalu dengan kesal ia menarik dan menggulung sprei yang tidak berdosa, dan melemparnya ke lantai.

"Huh! semua ini gara gara kau Weira!!!!!!"

"Jika kau tidak mempermainkan aku, maka semua masalah tak akan bermunculan!" lanjutnya.

...----------------...

Tuk!!!! Tuk!!!!

"Heh anak baru, cepat lah selesaikan mandi mu! kami juga mau mandi!"

"Mandi atau mati sih" dengus yang lain.

Adsila tidak mendengarkan gedoran dari luar, ia masih duduk di dalam bathtub sembari memeluk lututnya.

"Bu, pak...Maaf, Sila gak nepatin janji, Sila tidak bisa menjaga diri Sila" air mata terus mengalir deras, gadis itu merasa hidupnya sudah hancur.

Brak!!! Brak!!!

"Eh bodoh!!!!! Cepat keluar!!!"

Adsila tersentak, ia menoleh ke arah pintu. Seketika ia teringat dengan bibi dan juga adik nya.

"Aku tidak boleh seperti ini" pikirnya, lalu dengan segera Adsila menyelesaikan mandinya.

Ceklek.

"Kamu ngapain aja sih!" maki seorang wanita yang sejak tadi berisik memanggil manggil Adsila.

"Maaf kak, aku tadi terjatuh, makanya sedikit lama" ucap Sila berbohong.

"Alah, banyak alasan kamu!" wanita itu mendorong Adsila agar lebih cepat keluar dari kamar mandi.

Adsila tidak melawan, ia berjalan pelan menuju ke lemarinya. Sangat susah sekali, Adsila merasa bagian intinya sangat sakit, padahal ia sudah berendam air panas.

Masalah Baru

~🍒Hallo reders semuanya, selamat membaca yah. Terimakasih sudah mampir. Semoga ceritaku bisa menghibur kalian semua.

Jangan lupa tinggalkan jejak yah.

Like

Comment

Kasih bintang lima😘

...~happy reading~...

"Ruang tamu, ruang keluarga, dan ruangan yang ada di sebelah sana. Kamu harus membersihkan nya Adsila" jelas Bian menunjuk setiap ruangan yang ia sebutkan.

"Pastikan semuanya bersih yah"

"Baik pak, saya akan melakukan yang terbaik yang saya bisa" jawab Adsila patuh.

"Bagus, kalau begitu saya tinggal dulu"

"Baik pak"

Adsila menatap setiap ruangan yang tadi di tunjuk pak Bian. Lalu, tanpa sengaja ia melirik anak tangga. Mata Adsila langsung menelusur naik ke atas dan terhenti pada arah kamar Aditya.

Jantung nya berdegup kencang, kejadian malam tadi kembali terngiang di kepalanya.

"Huh...Dia mabuk, dia pasti sudah melupakan nya" gumam Adsila meyakinkan dirinya agar tetap tenang.

Adsila mulai membersihkan satu persatu ruangan yang Bian perintahkan.

Ketika masuk ke ruangan keluarga, Adsila melihat seorang wanita tua duduk santai di salah satu sofa.

"Permisi nyonya, saya mau membersihkan ruangan ini"

Wanita itu melirik Sila sebentar, lalu dengan tegas dan penuh penekanan ia berkata.

"Bersihkan lah, jangan sampai ada debu sedikit pun!"

"Baik nyonya!" jawab Adsila patuh.

Wanita itu adalah ibu nya Aditya. Maya Dairon, wanita paru baya yang super kejam. Semua yang telah ia rencanakan, harus terjadi dan tidak boleh meleset sedikitpun.

Dengan takut takut, Adsila berjalan melewati Maya. Lalu, mulai melakukan pekerjaan nya.

Saat Adsila mengelap setiap guci yang ada di atas lemari, Maya terus mengawasinya.

"Kamu bisa kerja gak sih?"bentak Maya.

Adsila tersentak, ia sangat kaget mendengar bentakan Maya yang secara tiba-tiba.

Prank~

Mata Adsila melotot besar, salah satu guci tersenggol oleh tangkai kemoceng yang di apit oleh tangan Adsila sebelah Kanan.

"Guci kesayangan ku!!!!!" teriak Maya. Ia berlari mendekati pecahan guci antik yang yang sangat mahal itu.

"Maaf nyonya, saya tidak sengaja"

"Tidak sengaja kata mu???? apa alasan itu masuk akal????"

"Maaf nyonya saya akan menggantinya" balas Adsila lagi, ia benar-benar ketakutan saat ini.

"Cih, 10 tahun gaji mu bekerja di sini, tidak akan bisa mengganti guci kesayangan ku ini!!!"

Adsila hanya bisa menunduk, ia tidak tahu harus melakukan apa. Kecerobohan nya membuat dirinya mendapat Maslaah besar.

"Huh, gara gara kejadian tadi malam. Aku jadi tidak fokus" gerutu Adsila di dalam hati.

"Sini kamu!!! Ikut aku!!" Adsila di seret oleh Maya keluar dari ruangan keluarga.

"Bian!!!! Bian!!!!!"

Mendengar suara teriakan majikan nya, Bian langsung berlari keluar dari kamar Aditya. Bukan hanya Bian, seluruh pekerja di rumah itu berhamburan keluar dan berlari ke sumber suara.

"Ada apa nyonya besar?" tanya bidan terburu buru.

"Kamu kalo cari pekerja itu yang bagus dong! Lihat lah, guci ku pecah satu!"

"Apa??? Maaf nyonya, saya tidak tahu jika dia melakukan hal itu-"

"Kau, tidak di butuhkan di sini!!?" bentak Maya sembari mendorong Adsila kearah Bian.

"Pecat dia dan usir dari rumah ini!"

Adsila hanya bisa menunduk, ia pasrah dengan keputusan majikan nya. Lagi pula, Adsila juga merasa tidak betah di sini sejak kejadian tadi malam.

"Nyonya, maafkan lah dia. Adsila hanya pegawai baru. Dia belum tahu apa apa tentang rumah ini" mohon Bian.

"Tidak! aku tetap tidak mau dia ada di sini!"

"Tidak apa tuan, saya tidak masalah kok" jawab Adsila pelan.

Bian menoleh, ia menghela nafas mendengar jawab Adsila barusan.

"Tentu saja kau tidak akan apa apa. Karena aku tidak meminta mu ganti rugi!" sahut Mata. Tatapan mata wanita itu benar benar tajam.

"Cih, masih baru sudah membuat masalah!"

"Belum juga 2 hari"

"Wajar sih, mandi aja lama. Udah berasa menjadi nyonya kali"

Begitulah gumaman asisten rumah tangga yang lain menatap Adsila. Mereka tampak senang jika Adsila pergi.

"Ada apa ini?"

Deg.

Tubuh Adsila menjadi tegang, ia mengenal suara siapa itu. Suara tegas dan penuh penekanan.

Meskipun baru mendengar suara itu, Adsila sudah bisa menghafal nya. Suara dan wajah pria itu sudah terekam jelas di memory nya.

Maya berbalik, ia memasang wajah sedihnya.

"Aditya, lihat lah. Pembantu baru mu membuat guci antik mama pecah" adu Maya.

"Maaf tuan, mungkin Adsila tidak sengaja, saya minta maaf atas itu tuan" kata Bian.

Aditya melirik wanita yang berdiri di samping Bian. Ia tahu dia adalah wanita semalam, wanita yang sudah ia ambil kesucian nya.

"Apa hanya itu?" tanya Aditya dingin.

"Aditya, apa kamu tidak marah??? itu guci kesayangan mama Aditya" rengek Maya.

"Nanti aku akan mencarikan yang lebih bagus" kata Aditya.

Maya terkejut, putranya mendadak berubah. Biasanya Aditya akan sangat marah apabila ia mengadu seperti ini.

Bukan hanya Maya, semua orang di sana juga terkejut mendengar nya.

Tapi, Adsila hanya menunduk. Ia tahu jika Aditya tengah menatap nya saat ini.

"Mama tidak mau yang lain Aditya, guci itu limited edition. Kau tahu itu kan"

Aditya melangkah kearah Adsila, Ia berhenti tepat di depan gadis itu.

Maya berpikir jika putra nya akan melakukan sesuatu yang kejam pada wanita itu. Wanita paru baya itu sudah merasa sangat senang.

"Kau, ikut dengan ku!"titah Aditya.

"Huh?" Maya menatap putranya.

Adsila kaget, ia mengangkat pandangan nya. Tapi, Aditya sudah berbalik. Adsila hanya bisa menatap punggung nya saja.

"Wah...Kenapa bisa begini? tuan sudah berubah"

"Tidak mungkin, palingan juga dia bakalan di siksa di dalam ruangan kerja nya"

"Kau bener"

Adsila meragu, ia menoleh pada pak Bian. Meminta persetujuan dari pak Bian.

"Sudah ikutilah" kata pak Bian.

Adsila oun mengangguk, lalu melangkah mengikuti Aditya menaiki anak tangga.

"Permisi nyonya" ucap Adsila menunduk sopan ketika ia melewati Maya.

"Huhh...Awas saja jika kau tidak di pecat!" geram Maya. Ia juga pergi dari sana, Maya pergi ke kamar nya yang berada di lantai bawah.

"Yah, kok gak di sini aja sih" lenguh parah asisten rumah tangga yang lain. Sebenarnya mereka sangat menginginkan Adsila di siksa di depan mata mereka.

Jantung Adsila berdetak kencang, ia merasa sangat takut. Apalagi saat ini mereka berada di tempat kejadian. Dimana kesucian yang selama ini Adsila jaga, direnggut paksa oleh Aditya.

"Masuk!" titah Aditya dingin.

Adsila tetap diam, ia berdiri di depan pintu kamar Aditya.

"Saya disini saja tuan" balas Adsila.

Gadis itu tidak sadar, jika dirinya sudah memancing kemarahan seorang Aditya. Menolak perintah, adalah kesalahan yang sangat fatal bagi keluarga Dairon.

"Kau mau di seret, atau masuk dengan kaki mu sendiri!"

Gertakan Aditya tentu saja terdengar mengerikan di telinga Adsila yang polos.

Dengan cepat, Adsila melangkah masuk ke dalam kamar.

Blam!

Pintu kamar langsung tertutup dan di kunci secara otomatis.

"Tuan, apa yang anda lakukan?" protes Adsila.

Aditya tidak menghiraukan

ucapan Adsila, ia melangkah mendekati meja kerja nya untuk mengambil sesuatu. lalu pria itu duduk di sofa. Matanya menatap tajam kearah Adsila.

"Duduk lah!"

Dengan patuh, Adsila langsung duduk di sofa seberang Aditya. Hanya meja yang memisahkan mereka.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!