Benci Kok Menikah
Suara deringan dari sebuah jam beker, terdengar begitu melengking saat jarum jam tepat menunjukkan pukul 06:00 pagi. Hal itu, membuat seorang gadis yang memiliki nama lengkap Mitha Admadja yang sebelumnya masih tertidur dengan begitu pulasnya, seketika langsung tersentak. Dengan sedikit tak bersemangat ia pun mulai bangkit, lalu mengucek-ngucek kedua mata indahnya, sembari menggeliatkan tubuhnya yang terasa sedikit kaku.
Dengan lesu, ia meraih jam berukuran kecil itu, jam yang sejak tadi terus berbunyi di atas nakas di sisinya.
“Haiiss, perasaan baru beberapa menit aja aku mejemin mata, kenapa tiba-tiba udah jam 6 aja ya?!!” Gerutunya seorang diri sembari memandangi jarum jam yang tepat mengarah ke angka 6.
Dengan menghela nafas berat, akhirnya ia mematikan bunyi melengking itu, dan kemudian langsung menuju kamar mandi yang juga berada di dalam kamarnya. Secara perlahan dan terdengar semakin jelas, suara gemericik air yang cukup deras berjatuhan itu, mulai membasahi tubuh mungil nan polos tanpa busana gadis yang biasa di sapa Mitha itu.
Setengah jam berlalu, Mitha pun nampak sudah sangat rapi dengan memakai blus atau kemeja berwarna hitam yang cukup ngepress di badannya, serta rok sepan di atas lutut berwarna maroon, yang membuat penampilannya kian menawan.
Rambutnya yang panjang sedikit bergelombang, seolah sengaja ia biarkan terurai begitu saja, memakai blush on berwarna Peach serta memoles bibir mungilnya dengan lipstick berwarna merah muda, turut menambah keparipurnaan penampilannya hari itu.
“Sayang!!" Panggil seseorang bersuara familiar dari balik pintu kamarnya.
Orang itu ialah Mely, ibu Mitha.
*Toktoktok*
Tak lama, terdengar suara ketukan pintu, hingga membuat Mitha yang kala itu tengah berdiri di depan cermin yang ada di meja riasnya, sontak menoleh ke arah pintu kamarnya yang masih terkunci.
“Apa kamu udah bangun nak?”
“Sudah bundaaa, sebentar lagi Mitha turun ke bawah.” Jawab Mitha setengah berteriak.
“Ok, bunda tunggu, hurry up!”
“Ok bunda.”
Dengan cepat, Mitha meraih tas serta blazer yang sebelumnya telah ia siapkan di atas ranjang. Lalu, tanpa ingin membuang waktu lebih banyak lagi, ia pun bergegas keluar dari kamarnya. Menuruni satu persatu anak tangga dengan sigap, seolah tanpa rasa takut terpeleset, karena kebetulan kamarnya berada di lantai dua rumahnya.
“Good morning yah.” Sapa Mitha dengan semangat sembari mengecup singkat pipi sang ayah.
“Pagi sayang.” Jawab lelaki paruh baya yang dikenal bernama Hendra Admadja, yang tak lain ialah ayah Mitha.
“Morning bund.” Kali ini giliran Mely yang di kecup pipinya oleh Mitha.
“Morning cantik, ayo duduk lah!" Balas Mely yang kala itu tengah sibuk menuangkan susu ke gelas mereka satu persatu.
“And you, good morning my baby boy.” Sapa Mitha lagi sembari mengacak-acak rambut di ujung kepala seorang lelaki remaja.
Lelaki itu tak lain ialah Duddy, adik lelaki semata wayang Mitha, sementara Mitha, ia adalah anak sulung, dan mereka hanya dua bersaudara.
“Kakakkkk!!! berhenti merusak rambutku!!” Keluh Duddy kesal, sembari dengan sigap merapikan kembali rambutnya.
“Sorry, udah kebiasaan hehe.” Jawab Mitha santai sembari akhirnya ia duduk tepat di sebelah Duddy.
“Dan satu lagi, berhenti memanggilku baby boy! I’m not a baby, ok?!”
“Hmm, gak janji ya.” Jawabnya lagi sembari semakin tersenyum meledek.
Mely dan Hendra yang menyaksikan hal itu pun hanya bisa terus tersenyum sembari menggeleng-gelengkan kepala mereka. Mitha memang sangat suka mengusili adiknya, tapi meski begitu, ia jelas begitu menyayangi adiknya itu meskipun kini Duddy telah lulus SMA dan baru saja masuk kuliah.
Sarapan di pagi hari yang cerah itu pun berlalu dengan damai dan penuh canda tawa seperti biasanya, Mitha dan keluarganya memang terbilang sangat kompak dan sangat dekat satu sama lainnya.
“Astaga, sudah jam 07:30, Mitha harus berangkat sekarang yah, bund” Ucap Mitha sesaat setelah melirik ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.
“Tapi ayah lihat, kamu masih makan sangat sedikit sayang.” Ucap Hendra.
“Iya nak, apa mau bunda bawakan bekal untukmu? kamu kan bisa lanjut makan saat udah sampai kantor," Tambah Mely.
“Ah gak perlu bund, Mitha udah kenyang. Lagian Mitha gak mau makan terlalu banyak, takut gendut hehehe nanti kalau udah gendut, siapa coba yang mau merekrut Mitha di perusahaan?" Jawab Mitha sembari mulai bangkit dari duduknya.
Ucapan Mitha seperti itu bukanlah tanpa alasan, hal semacam itu bisa diucapkan olehnya karena pekerjaannya yang bukan hanya mengharuskan ia berwawasan luas, tapi juga mengharuskannya untuk selalu menjaga penampilan agar tetap terlihat menarik, termasuk menjaga berat badan.
Pekerjaan yang di maksud adalah Sekretaris. Ya, Saat ini Mitha bekerja sebagai Sekretaris di sebuah perusahaan swasta yang cukup terkenal di kota Z. Ada banyak klien dari luar kota maupun luar negeri yang telah ia taklukan di meja presentasi. Keberadaan Mitha di perusahaan itu memang sangat berpengaruh, hal itu pun telah diakui langsung oleh presdir/CEO perusahaan itu yang tak lain ialah atasannya sendiri, Ronald Hendarto.
Mitha bergegas menuju mobilnya, dan langsung menduduki kursi kemudi. Setiap hari, Mitha memang sudah terbiasa menyetir mobil sendiri kemana pun ia pergi, tanpa berniat untuk membayar seorang supir pribadi, meskipun sebenarnya jika ia mau, ia mampu melakukannya. Meskipun memiliki keluarga yang cukup terpandang dan dari kalangan berada, tidak serta merta membuat Mitha menjadi anak manja. Mitha terlahir menjadi gadis yang sangat mandiri, ia bahkan mampu membeli sendiri mobil yang kini selalu menjadi temannya kemana pun ia pergi, walaupun untuk mendapatkannya, ia harus menyicil tiap bulannya.
“Bye ayah, bundaaa.” Mitha tersenyum sembari melambaikan singkat tangannya pada kedua orang tuanya yang saat itu berdiri di teras rumahnya.
“Bye sayang, hati-hati ya.” Jawab Mely yang ikut melambaikan tangannya.
Mitha pun mengangguk dan perlahan mulai menjalankan mobilnya.
“Huh anak itu, entah sudah berapa kali ayah menawarkannya untuk memakai supir pribadi, tapi tetap aja bandel!!" Celetuk Hendra sembari terus memandangi mobil Mitha yang terus menjauhi mereka.
“Hmm, yaaa begitu lah anakmu itu yah, yang selalu aja tetap mau mandiri, sampai terkadang dia gak tau kalau kita ini sebagai orang tuanya cukup khawatir padanya.” Jawab Mely sembari menghela nafas.
“Yaa, memang dalam hal itu, dia itu mirip sekali denganmu, sama-sama keras kepala!!” Hendra pun melirik ke arah istrinya dengan sebuah senyuman yang terkesan meledek.
Tak ada yang bisa di perbuat Mely saat itu selain memandang masam wajah suaminya.
“Biar keras kepala begini, tapi ayah cinta kan.” Mely pun mencolek singkat dagu sang suami, dan kemudian langsung beranjak masuk ke dalam rumah.
Meninggalkan Hendra yang masih berdiri pada tempatnya yang kala itu tengah tersenyum geli memandangi istrinya yang masih saja terlihat cantik meski usianya sudah memasuki kepala empat.
Tak terasa jarum jam kini sudah menunjukkan pukul 08:15 pagi, jalanan yang cukup padat membuat Mitha terlambat 15 menit. Mitha yang pada dasarnya adalah orang yang disiplin serta mudah panik, terlihat berjalan dengan sangat tergesa-gesa memasuki loby utama kantornya.
...Bersambung…...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
gia nasgia
Aku mampir
2023-01-31
0
Yuliana
aku mampir Thor 😊
2022-12-02
0
nyonya K
lanjuttt part 2 soon author 🙏🏻
2022-10-19
0