Melihat pintu lift yang sedang terbuka, membuat Mitha seketika melajukan langkahnya, mengingat jika lift yang satunya sedang dalam perbaikan, maka Mitha berusaha agar tidak ketinggalan masuk ke dalam lift itu demi menghemat banyak waktu. Karena jika tidak, maka ia terpaksa harus menunggu lift itu kembali ke lantai dasar setelah mengantar para staff ke lantai tujuan dan itu memakan waktu yang cukup lama. Ia pun langsung menerobos masuk ke dalam lift sesaat sebelum pintu lift nyaris tertutup.
“Permisi.” Ucapnya pelan pada beberapa staff yang sudah berada di dalam lift lebih dulu sembari melangkah memasuki lift yang cukup padat.
Mitha sengaja mengambil posisi di bagian paling belakang, karena ruangannya berada di lantai 30 atau lantai paling atas gedung pencakar langit itu. Para staff dari berbagai divisi pun berangsur-angsur keluar dari lift saat mereka telah tiba di lantai tujuan, meninggalkan Mitha seorang diri yang masih harus menempuh beberapa belas lantai lagi untuk sampai ke lantai paling atas.
Berkali-kali Mitha melirik ke arah jam tangannya dengan perasaan cemas, karena saat itu jam sudah menunjukkan pukul 08:25 pagi, hampir setengah jam ia terlambat.
*Tingg*
Suara lift berbunyi, dan tak lama pintu lift pun terbuka saat sudah berada di lantai 30. Mitha bergegas keluar, melangkah dengan begitu tergesa-gesa menuju ruangannya hingga tanpa bisa terelakkan lagi, ia pun menabrak seorang wanita yang saat itu juga nampak begitu buru-buru.
“Aaaww!!!" pekik Mitha sembari mengusap-usap pundaknya yang terasa sakit.
“Astaga Mitha! Kamu rupanya!!" Ucap seseorang yang bertabrakan dengan Mitha..
Orang itu tak lain tak bukan ialah Vina, teman dekat Mitha selama ia bekerja di perusahaan itu.
Vina juga cukup cantik, kulitnya tak kalah putih namun memiliki badan yang sedikit gempal.
“Ya ampun! Vina si nenek lampir, kenapa kamu nabrak aku sih??!! Duhhh, sakit banget tau!” Mitha masih meringis dan terus mengusap-usap pundak hingga lengannya.
“Kamu tau gak, rasa sakitnya tuh berasa berkali lipat kalau tabrakannya sama orang yang badannya besar kayak kamu!!” Keluh Mitha lagi yang terus mengomeli temannya itu.
“Haiiss, dasar badanmu aja yang kekecilan!” Sanggah Vina yang juga tidak mau kalah.
Ya, begitu lah pertemanan antara Mitha dan Vina, mereka sudah sangat dekat, benar-benar tidak ada kebohongan, mereka sudah saling mengetahui kejelekan masing-masing dan bahkan tak segan untuk mengungkapkannya di hadapan satu sama lain, tidak ada istilah menjelekkan di belakang dalam pertemanan mereka.
“Hei anda!! Ini namanya langsing, ok! Mengerti anda ha? Memangnya anda, yang segala makanan di sikat habis, huh dasar Omnivora, pemakan segalanya!!!”
“Haaaiishh, udah stop!!” Vina pun dengan cepat membungkam mulut Mitha dengan kelima jarinya.
“Forget it! Sekarang ada hal yang lebih penting dan darurat!” Tambah Vina lagi.
“Apa itu?" Mitha pun kembali menatap wajah Vina dengan tatapan serius.
“Pak Ronald, dari tadi nyariin kamu!”
“Hah?! Seriously??” Kedua mata indah Mitha pun sontak dibuat mendelik.
Vina pun langsung mengangguk cepat.
“Oh my god, terus kenapa kamu malah menghadangku dan bikin aku jadi makin banyak buang waktu?!!” Ketus Mitha yang langsung bergegas pergi.
“Ya ampun!!! mati lah aku, pasti karena aku telat nih.” Gerutu Mitha seorang diri sembari terus melangkah cepat menuju ruangan bossnya.
Ronald Hendarto, adalah Presiden direktur sekaligus CEO di perusahaan tempat Mitha bekerja saat ini. Lelaki paruh baya yang terkenal begitu menyayangi keluarganya itu adalah atasan yang cukup disiplin dan tegas, namun juga baik hati dan perhatian pada seluruh bawahannya terutama pada Mitha yang sudah di anggapnya seperti anaknya sendiri.
Meskipun di saat jam kerja ia begitu tegas pada Mitha yang menjadi Sekretaris pribadinya, namun di sisi lain ia juga sangat peduli. Hal itu bisa terjadi bukan tanpa alasan, Ronald nyatanya memiliki hubungan yang cukup baik pada ayah Mitha, Hendra. Bahkan istri Ronald, yang bernama Nonna juga menjalin hubungan pertemanan yang sangat baik dengan ibu Mitha, Mely.
Tak di pungkiri, hal itu jugalah yang jadi salah satu faktor bagaimana Mitha saat ini bisa diterima menjadi sekretaris pribadi seorang Presiden direktur, diluar dari ia yang juga memiliki gelar sarjana komunikasi, yang cerdas dan berwawasan luas.
Mitha dengan nafas yang terengah-engah, akhirnya tiba di depan pintu ruangan bossnya. Sebelum masuk, ia pun berusaha terlebih dulu untuk mengatur nafasnya agar kembali teratur. Berkali-kali ia menghela nafas, berusaha bersikap tenang hingga akhirnya, perlahan ia pun mulai mengetuk pintu ruangan yang tengah tertutup itu dengan sedikit ragu-ragu.
*Tok,,tok,,tok*
“Coming!” Terdengar suara dari dalam.
Mitha dengan sedikit ragu-ragu, akhirnya mulai memasuki ruangan itu dan berdiri menghadap Ronald yang kala itu tengah terduduk dengan sebuah ponsel pintar yang ia tempelkan ke telinganya.
“Ok, segera kabari saya apapun keputusan akhirnya! Emm, ok ok!" Ucap Ronald yang kemudian langsung mengakhiri panggilannya.
“Ma,, maaf pak, bapak manggil saya karena saya telat ya pak? Eemm, saya sangat minta maaf ya pak, saya tadi….”
“Mitha, untuk sementara kamu gak perlu mengurus urusan kantor dulu ya!” Tegas Ronald yang langsung memotong begitu saja penjelasan Mitha.
Mendengar hal itu, sontak membuat Mitha jadi tercengang sesaat.
“Ma,, maksudnya pak? Ba,,, bapak mecat saya pak?” Tanya Mitha syok.
Tentu saja ia begitu syok, karena ia sangat tidak menyangka jika keterlambatannya hari itu bisa membuatnya langsung di pecat.
“Oh hahaha bukan, bukan!” Namun tiba-tiba saja Ronald terkekeh sembari menggelengkan kepalanya.
Melihat Ronald yang tiba-tiba terkekeh, sontak membuat Mitha pun jadi tercengang, karena ia masih sama sekali tidak mengerti dengan maksud dari ucapan atasannya itu.
“Eeemm begini Mitha, hari ini anak sulung saya yang udah hampir 5 tahun menetap di Inggris, pulang. Berhubung satu supir sedang pulang kampung, dan satunya lagi udah dua hari jatuh sakit, jadi saya minta agar kamu yang jemput dia di bandara ya!”
“Hah?!” Mitha pun terkejut, hingga kedua matanya sontak terbelalak.
“Anak sulung bapak??!! Ma,, maksudnya anak sulung bapak yang bernama Lucas Armando???” Tanya Mitha seolah masih sedikit tak percaya.
“Iya, gimana kamu bisa tau namanya Tha? Bukannya kalian belum pernah ketemu sebelumnya?”
“Dulu kan bapak pernah cerita tentang anak bapak yang kuliah dan ingin menetap di Inggris itu. Mungkin bapak lupa.”
“Oh hahaha really??! astaga saya bener-bener lupa. Tapi iya, iya, saya mulai ingat sekarang.” Ronald pun kembali terkekeh.
Sementara Mitha, ia hanya tersenyum kikuk.
“Eemm sekitar 2 jam lagi pesawatnya landing, jadi kayaknya kamu lebih baik berangkat ke bandara sekarang juga!”
“Hah?!! Sekarang pak?!” Lagi dan lagi, kedua mata Mitha kembali terbelalak.
“Iya, memangnya kenapa Tha? Apa kamu keberatan?”
“Oh, eng,, enggak pak, bukan itu!"
“Terus kenapa?”
“Ta,, tapi sa,, saya eemm,, saya kan tidak kenal dengan anak bapak.”
“Oh ya ampun, jadi karena itu?!”
Mitha pun mengangguk pelan.
“Masalah itu kamu gak perlu khawatir, nanti saya bakal kasi kamu kontaknya biar kamu bisa ngubungin dia begitu sampai di bandara. Dan juga ini, kamu juga bisa bawa ini!!" Ronald pun membuka laci mejanya untuk mengambil selembar foto lalu langsung memberikannya pada Mitha.
...Bersambung…...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments