Mitha pun meraih foto itu untuk segera melihatnya, namun lagi-lagi ia kembali tercengang saat mendapati foto yang menurutnya benar-benar tidak sesuai. Bagaimana tidak, foto yang diberikan oleh Ronald ternyata foto ketika Lucas masih duduk di bangku SMP.
Di dalam selembar foto itu, Lucas nampak sedang mengenakan baju seragam SMP nya, ia juga terlihat masih sangat kurus, rambutnya berponi rata, serta menggunakan kaca mata baca sembari memegang sebuah buku, benar-benar terlihat seperti anak culun.
“Maa,,, maaf pak sebelumnya, tapi ini apa tidak salah??” Tanya Mitha sembari mengerutkan dahinya.
“Salah?? Hahaha ya tentu saja tidak Tha, itu memang benar foto Lucas, anak saya.” Jawab Ronald menegaskan.
“Iy,, iya saya tau ini foto anak bapak yang akan saya jemput, ta,, tapi maksud saya apa bapak tidak salah memberikan foto Lucas yang masih kecil ini??” Tanya Mitha lagi.
Saat itu Ronald tidak langsung menjawab, raut wajahnya juga seketika terlihat seolah masih sedikit bingung.
“Eemm begini pak, saya sama sekali belum pernah bertemu dengannya, dan seperti yang kita semua tau, penampilan dan wajah setiap orang itu pasti mengalami banyak perubahan seiring bertambahnya usia. Jadi saya takut jika berpatokan pada foto lama ini, sepertinya saya tidak akan bisa mengenalinya.” Jelas Mitha dengan sedikit lebih detail.
Setelah mendengar hal itu, barulah Ronald paham.
“Eeemmm benar juga apa yang kamu katakan.” Ronald pun mulai mengangguk-anggukkan pelan kepalanya sembari seperti tengah memikirkan sesuatu.
“Tapi masalahnya…” tambahnya lagi.
“Masalahnya apa pak?”
“Masalahnya, hanya itu foto Lucas yang saya punya. Karena Lucas teramat sangat tidak suka di foto, semakin dewasa dia semakin anti dengan camera.”
“Oh ya ampun, sampai segitunya pak?” Mitha pun semakin mengernyitkan dahinya.
“Eeemmm," Jawab Ronald mengangguk singkat.
Keduanya pun sontak saling diam sejenak dengan pikiran masing-masing, namun setelah beberapa saat saling diam dan berfikir, akhirnya Mitha pun kembali bersuara.
“Eemm, ya sudah lah kalau begitu, bapak tidak perlu ikut pusing memikirkannya! serahkan semuanya pada saya, sebisa mungkin saya akan mengusahakan agar bisa menemukannya. Lagi pula saya bisa menghubunginya nanti.”
“Nah bagus! Itulah yang saya suka darimu Mitha, inisiatif! hehehe.” Ronald pun seketika memetikkan jarinya, sembari kemudian terkekeh senang.
Mitha pun hanya bisa tersenyum meskipun di dalam hatinya, penuh rasa keragu-raguan.
“Baiklah pak, kalau begitu saya izin untuk masuk ke ruangan saya sebentar.”
“Ya, ya ok."
Namun belum sempat Mitha beranjak, tiba-tiba saja seseorang terdengar mengetuk pintu dengan singkat dan langsung masuk ke dalam ruangan Ronald.
“Permisi pak, bapak memanggil saya?” Tanya seseorang yang kini telah berdiri di dekat pintu.
“Oh Vino, ya masuk lah!” Jawab Ronald dengan tenang.
Vino adalah lelaki muda yang juga tak kalah bertalenta di bidangnya, bahkan berkat kerja keras dan usahanya yang begitu gigih, setahun yang lalu ia pun telah resmi di angkat sebagai GM ( General Manager ) di perusahaan itu.
Vino memiliki tubuh tinggi dan gagah, kulitnya berwarna Sawo matang, alis dan bulu matanya cukup tebal, serta memiliki batang hidung yang tegas, dan itu cukup menambah ketampanan lelaki yang baru berusia 27 tahun itu.
Melihat kedatangan Vino, sontak membuat Mitha seketika terpaku, kakinya seolah mendadak terasa kaku hingga sulit baginya untuk melangkah pergi sesuai keinginannya sebelumnya. Hal itu terjadi bukan tanpa alasan yang kuat, itu bisa terjadi dikarenakan Mitha yang ternyata diam-diam sudah lama menaruh hati pada Vino.
Kebetulan pula, Vino juga merupakan kakak tingkat Mitha saat kuliah dulu. Memang sejak dulu, visual Vino memang sudah sangat menonjol bila dibandingkan dengan mahasiswa yang lain saat itu, baik di segi kepintaran, ketampanan, maupun penampilannya yang selalu terlihat keren dan wangi. Hal itu lah yang membuat Mitha diam-diam mulai tergila-gila padanya. Meski sudah bertahun lamanya, namun Mitha masih tetap memilih untuk memendam perasaannya tanpa berniat untuk mengungkapkannya.
Sebenarnya hal itu memang lah sangat wajar, mengingat juga tidak hanya memiliki wajah tampan, jabatan Vino juga cukup bagus di perusahaan itu hingga membuat daya tariknya jadi lebih kuat. Bukan hanya Mitha, bahkan hampir setengah wanita yang bekerja disana, juga secara terang-terangan mengaguminya.
Namun Mitha, hingga saat ini tidak ada yang tau perasaannya pada Vino kecuali satu orang saja, yaitu Vina.
Vina lah yang menjadi satu-satunya saksi kunci bagaimana Mitha yang begitu menyukai Vino, bahkan hampir setiap hari ia selalu curhat tentang Vino ketika jam istirahat.
"Mitha, kamu disini juga?” Tanya Vino yang kemudian berdiri di samping Mitha yang kala itu masih berdiri di depan meja Ronald.
Pertanyaan itu pun sontak membuat lamunan singkat Mitha yang sebelumnya terlihat begitu terpana saat melihat kedatangan Vino, tiba-tiba buyar.
“Eh iya kak, ehh maaf ma,, maksud saya pak. Iya pak Vino.” Jawab Mitha yang sontak jadi gelagapan sendiri.
“Hehe it’s ok.” Vino pun hanya tersenyum tipis.
“Vino, hari ini anak sulung saya akhirnya kembali dari Inggris, jadi nanti malam saya ingin mengadakan syukuran di aula gedung ini dan mengundang semua orang yang bekerja disini. Jadi tolong informasikan ke seluruh staff dari seluruh divisi, agar menghadiri acara syukuran itu nanti malam!”
“Eemm baik pak, akan segera saya info kan pada semuanya tanpa terkecuali!”
“Bagus! Kamu boleh kembali.”
“Baik pak, saya permisi.”
Ronald pun mengangguk singkat. Vino langsung beranjak pergi meninggalkan ruangan itu, dan di susul pula dengan Mitha yang juga ingin permisi pergi.
“Baik pak, kalau begitu saya juga permisi.”
“Oh ya Mitha, tunggu!” Panggil Ronald lagi.
Langkah Mitha pun terhenti dan kembali menoleh ke arah atasannya itu.
“Kamu juga jangan sampai tidak datang, ok?”
“Iy,, iya pak.” Jawab Mitha mengangguk pelan.
“Saya juga sudah mengundang ayah dan bundamu, tapi nanti tolong ingatkan lagi mereka, takutnya mereka lupa.”
“Oh iya pak, siap.”
Mitha pun beranjak pergi, memasuki ruangannya untuk meletakkan beberapa barang yang di bawanya dari rumah. Tak lama sebuah bunyi pesan baru terdengar, Mitha bergegas meraih ponselnya, ia segera membuka pesan itu yang ternyata dari Ronald.
“Oh ya Tha, nanti tolong langsung antar Lucas ke rumah, setelah itu kamu juga boleh langsung pulang, tidak perlu kembali ke kantor.” Bunyi pesan Ronald.
Mitha pun tersenyum tipis, ia cukup gembira karena akhirnya hari ini otaknya bisa sedikit beristirahat dengan tenang tanpa adanya gangguan dari kantor.
“Eeemm begini baru bagus.” Celetuknya seorang diri.
Memastikan semuanya telah siap, Mitha akhirnya keluar dari ruangannya dengan hanya membawa tas sandangnya saja. Ia terus melangkah cepat menyusuri koridor yang menghubungkan beberapa divisi di kantor itu.
“Mitha!!” Teriak Vina yang tiba-tiba muncul dari belakangnya.
Mitha pun menoleh sesaat, lalu kembali melanjutkan langkahnya, Vina pun segera mengejar langkahnya hingga akhirnya berjalan beriringan dengannya.
“Ada apa lagi?” Tanya Mitha santai.
“Heh, kamu udah denger kabar terbaru yang lagi hot belum??"
“Kabar apa?!” Tanya Mitha yang terus melangkah tanpa menoleh sedikit pun ke arah Vina.
“Kabar soal anak sulung pak Ronald yang katanya baru balik dari Inggris.”
“Oh itu, heem ya aku udah tau!" Jawab Mitha dengan santai.
“Dan kamu tau, kata pak Vino dia bakal sampe sebentar lagi setelah hampir 5 tahun gak pulang-pulang."
“Iyaaa, yang itu aku juga udah tau.”
“Dan nanti malam, pak Ronald bakal buat acara syukuran dan jugaq sekalian bakal ngenalin anaknya itu pada seluruh karyawan dan staff disini.”
“Iya, iya aku tau!!"
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments