NovelToon NovelToon

Benci Kok Menikah

Keluarga Harmonis

Suara deringan dari sebuah jam beker, terdengar begitu melengking saat jarum jam tepat menunjukkan pukul 06:00 pagi. Hal itu, membuat seorang gadis yang memiliki nama lengkap Mitha Admadja yang sebelumnya masih tertidur dengan begitu pulasnya, seketika langsung tersentak. Dengan sedikit tak bersemangat ia pun mulai bangkit, lalu mengucek-ngucek kedua mata indahnya, sembari menggeliatkan tubuhnya yang terasa sedikit kaku.

Dengan lesu, ia meraih jam berukuran kecil itu, jam yang sejak tadi terus berbunyi di atas nakas di sisinya.

“Haiiss, perasaan baru beberapa menit aja aku mejemin mata, kenapa tiba-tiba udah jam 6 aja ya?!!” Gerutunya seorang diri sembari memandangi jarum jam yang tepat mengarah ke angka 6.

Dengan menghela nafas berat, akhirnya ia mematikan bunyi melengking itu, dan kemudian langsung menuju kamar mandi yang juga berada di dalam kamarnya. Secara perlahan dan terdengar semakin jelas, suara gemericik air yang cukup deras berjatuhan itu, mulai membasahi tubuh mungil nan polos tanpa busana gadis yang biasa di sapa Mitha itu.

Setengah jam berlalu, Mitha pun nampak sudah sangat rapi dengan memakai blus atau kemeja berwarna hitam yang cukup ngepress di badannya, serta rok sepan di atas lutut berwarna maroon, yang membuat penampilannya kian menawan.

Rambutnya yang panjang sedikit bergelombang, seolah sengaja ia biarkan terurai begitu saja, memakai blush on berwarna Peach serta memoles bibir mungilnya dengan lipstick berwarna merah muda, turut menambah keparipurnaan penampilannya hari itu.

“Sayang!!" Panggil seseorang bersuara familiar dari balik pintu kamarnya.

Orang itu ialah Mely, ibu Mitha.

*Toktoktok* 

Tak lama, terdengar suara ketukan pintu, hingga membuat Mitha yang kala itu tengah berdiri di depan cermin yang ada di meja riasnya, sontak menoleh ke arah pintu kamarnya yang masih terkunci.

“Apa kamu udah bangun nak?”

“Sudah bundaaa, sebentar lagi Mitha turun ke bawah.” Jawab Mitha setengah berteriak.

“Ok, bunda tunggu, hurry up!”

“Ok bunda.”

Dengan cepat, Mitha meraih tas serta blazer yang sebelumnya telah ia siapkan di atas ranjang. Lalu, tanpa ingin membuang waktu lebih banyak lagi, ia pun bergegas keluar dari kamarnya. Menuruni satu persatu anak tangga dengan sigap, seolah tanpa rasa takut terpeleset, karena kebetulan kamarnya berada di lantai dua rumahnya.

“Good morning yah.” Sapa Mitha dengan semangat sembari mengecup singkat pipi sang ayah.

“Pagi sayang.” Jawab lelaki paruh baya yang dikenal bernama Hendra Admadja, yang tak lain ialah ayah Mitha.

“Morning bund.” Kali ini giliran Mely yang di kecup pipinya oleh Mitha.

“Morning cantik, ayo duduk lah!" Balas Mely yang kala itu tengah sibuk menuangkan susu ke gelas mereka satu persatu.

“And you, good morning my baby boy.” Sapa Mitha lagi sembari mengacak-acak rambut di ujung kepala seorang lelaki remaja.

Lelaki itu tak lain ialah Duddy, adik lelaki semata wayang Mitha, sementara Mitha, ia adalah anak sulung, dan mereka hanya dua bersaudara.

“Kakakkkk!!! berhenti merusak rambutku!!” Keluh Duddy kesal, sembari dengan sigap merapikan kembali rambutnya.

“Sorry, udah kebiasaan hehe.” Jawab Mitha santai sembari akhirnya ia duduk tepat di sebelah Duddy.

“Dan satu lagi, berhenti memanggilku baby boy! I’m not a baby, ok?!”

“Hmm, gak janji ya.” Jawabnya lagi sembari semakin tersenyum meledek.

Mely dan Hendra yang menyaksikan hal itu pun hanya bisa terus tersenyum sembari menggeleng-gelengkan kepala mereka. Mitha memang sangat suka mengusili adiknya, tapi meski begitu, ia jelas begitu menyayangi adiknya itu meskipun kini Duddy telah lulus SMA dan baru saja masuk kuliah.

Sarapan di pagi hari yang cerah itu pun berlalu dengan damai dan penuh canda tawa seperti biasanya, Mitha dan keluarganya memang terbilang sangat kompak dan sangat dekat satu sama lainnya.

“Astaga, sudah jam 07:30, Mitha harus berangkat sekarang yah, bund” Ucap Mitha sesaat setelah melirik ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.

“Tapi ayah lihat, kamu masih makan sangat sedikit sayang.” Ucap Hendra.

“Iya nak, apa mau bunda bawakan bekal untukmu? kamu kan bisa lanjut makan saat udah sampai kantor," Tambah Mely.

“Ah gak perlu bund, Mitha udah kenyang. Lagian Mitha gak mau makan terlalu banyak, takut gendut hehehe nanti kalau udah gendut, siapa coba yang mau merekrut Mitha di perusahaan?" Jawab Mitha sembari mulai bangkit dari duduknya.

Ucapan Mitha seperti itu bukanlah tanpa alasan, hal semacam itu bisa diucapkan olehnya karena pekerjaannya yang bukan hanya mengharuskan ia berwawasan luas, tapi juga mengharuskannya untuk selalu menjaga penampilan agar tetap terlihat menarik, termasuk menjaga berat badan.

Pekerjaan yang di maksud adalah Sekretaris. Ya, Saat ini Mitha bekerja sebagai Sekretaris di sebuah perusahaan swasta yang cukup terkenal di kota Z. Ada banyak klien dari luar kota maupun luar negeri yang telah ia taklukan di meja presentasi. Keberadaan Mitha di perusahaan itu memang sangat berpengaruh, hal itu pun telah diakui langsung oleh presdir/CEO perusahaan itu yang tak lain ialah atasannya sendiri, Ronald Hendarto.

Mitha bergegas menuju mobilnya, dan langsung menduduki kursi kemudi. Setiap hari, Mitha memang sudah terbiasa menyetir mobil sendiri kemana pun ia pergi, tanpa berniat untuk membayar seorang supir pribadi, meskipun sebenarnya jika ia mau, ia mampu melakukannya. Meskipun memiliki keluarga yang cukup terpandang dan dari kalangan berada, tidak serta merta membuat Mitha menjadi anak manja. Mitha terlahir menjadi gadis yang sangat mandiri, ia bahkan mampu membeli sendiri mobil yang kini selalu menjadi temannya kemana pun ia pergi, walaupun untuk mendapatkannya, ia harus menyicil tiap bulannya.

“Bye ayah, bundaaa.” Mitha tersenyum sembari melambaikan singkat tangannya pada kedua orang tuanya yang saat itu berdiri di teras rumahnya.

“Bye sayang, hati-hati ya.” Jawab Mely yang ikut melambaikan tangannya.

Mitha pun mengangguk dan perlahan mulai menjalankan mobilnya.

“Huh anak itu, entah sudah berapa kali ayah menawarkannya untuk memakai supir pribadi, tapi tetap aja bandel!!" Celetuk Hendra sembari terus memandangi mobil Mitha yang terus menjauhi mereka.

“Hmm, yaaa begitu lah anakmu itu yah, yang selalu aja tetap mau mandiri, sampai terkadang dia gak tau kalau kita ini sebagai orang tuanya cukup khawatir padanya.” Jawab Mely sembari menghela nafas.

“Yaa, memang dalam hal itu, dia itu mirip sekali denganmu, sama-sama keras kepala!!” Hendra pun melirik ke arah istrinya dengan sebuah senyuman yang terkesan meledek.

Tak ada yang bisa di perbuat Mely saat itu selain memandang masam wajah suaminya.

“Biar keras kepala begini, tapi ayah cinta kan.” Mely pun mencolek singkat dagu sang suami, dan kemudian langsung beranjak masuk ke dalam rumah.

Meninggalkan Hendra yang masih berdiri pada tempatnya yang kala itu tengah tersenyum geli memandangi istrinya yang masih saja terlihat cantik meski usianya sudah memasuki kepala empat.

Tak terasa jarum jam kini sudah menunjukkan pukul 08:15 pagi, jalanan yang cukup padat membuat Mitha terlambat 15 menit. Mitha yang pada dasarnya adalah orang yang disiplin serta mudah panik, terlihat berjalan dengan sangat tergesa-gesa memasuki loby utama kantornya.

...Bersambung…...

Tugas dadakan

Melihat pintu lift yang sedang terbuka, membuat Mitha seketika melajukan langkahnya, mengingat jika lift yang satunya sedang dalam perbaikan, maka Mitha berusaha agar tidak ketinggalan masuk ke dalam lift itu demi menghemat banyak waktu. Karena jika tidak, maka ia terpaksa harus menunggu lift itu kembali ke lantai dasar setelah mengantar para staff ke lantai tujuan dan itu memakan waktu yang cukup lama. Ia pun langsung menerobos masuk ke dalam lift sesaat sebelum pintu lift nyaris tertutup.

“Permisi.” Ucapnya pelan pada beberapa staff yang sudah berada di dalam lift lebih dulu sembari melangkah memasuki lift yang cukup padat.

Mitha sengaja mengambil posisi di bagian paling belakang, karena ruangannya berada di lantai 30 atau lantai paling atas gedung pencakar langit itu. Para staff dari berbagai divisi pun berangsur-angsur keluar dari lift saat mereka telah tiba di lantai tujuan, meninggalkan Mitha seorang diri yang masih harus menempuh beberapa belas lantai lagi untuk sampai ke lantai paling atas.

Berkali-kali Mitha melirik ke arah jam tangannya dengan perasaan cemas, karena saat itu jam sudah menunjukkan pukul 08:25 pagi, hampir setengah jam ia terlambat.

*Tingg*

Suara lift berbunyi, dan tak lama pintu lift pun terbuka saat sudah berada di lantai 30. Mitha bergegas keluar, melangkah dengan begitu tergesa-gesa menuju ruangannya hingga tanpa bisa terelakkan lagi, ia pun menabrak seorang wanita yang saat itu juga nampak begitu buru-buru.

“Aaaww!!!" pekik Mitha sembari mengusap-usap pundaknya yang terasa sakit.

“Astaga Mitha! Kamu rupanya!!" Ucap seseorang yang bertabrakan dengan Mitha..

Orang itu tak lain tak bukan ialah Vina, teman dekat Mitha selama ia bekerja di perusahaan itu.

Vina juga cukup cantik, kulitnya tak kalah putih namun memiliki badan yang sedikit gempal.

“Ya ampun! Vina si nenek lampir, kenapa kamu nabrak aku sih??!! Duhhh, sakit banget tau!” Mitha masih meringis dan terus mengusap-usap pundak hingga lengannya.

“Kamu tau gak, rasa sakitnya tuh berasa berkali lipat kalau tabrakannya sama orang yang badannya besar kayak kamu!!” Keluh Mitha lagi yang terus mengomeli temannya itu.

“Haiiss, dasar badanmu aja yang kekecilan!” Sanggah Vina yang juga tidak mau kalah.

Ya, begitu lah pertemanan antara Mitha dan Vina, mereka sudah sangat dekat, benar-benar tidak ada kebohongan, mereka sudah saling mengetahui kejelekan masing-masing dan bahkan tak segan untuk mengungkapkannya di hadapan satu sama lain, tidak ada istilah menjelekkan di belakang dalam pertemanan mereka.

“Hei anda!! Ini namanya langsing, ok! Mengerti anda ha? Memangnya anda, yang segala makanan di sikat habis, huh dasar Omnivora, pemakan segalanya!!!”

“Haaaiishh, udah stop!!” Vina pun dengan cepat membungkam mulut Mitha dengan kelima jarinya.

“Forget it! Sekarang ada hal yang lebih penting dan darurat!” Tambah Vina lagi.

“Apa itu?" Mitha pun kembali menatap wajah Vina dengan tatapan serius.

“Pak Ronald, dari tadi nyariin kamu!”

“Hah?! Seriously??” Kedua mata indah Mitha pun sontak dibuat mendelik.

Vina pun langsung mengangguk cepat.

“Oh my god, terus kenapa kamu malah menghadangku dan bikin aku jadi makin banyak buang waktu?!!” Ketus Mitha yang langsung bergegas pergi.

“Ya ampun!!! mati lah aku, pasti karena aku telat nih.” Gerutu Mitha seorang diri sembari terus melangkah cepat menuju ruangan bossnya.

Ronald Hendarto, adalah Presiden direktur sekaligus CEO di perusahaan tempat Mitha bekerja saat ini. Lelaki paruh baya yang terkenal begitu menyayangi keluarganya itu adalah atasan yang cukup disiplin dan tegas, namun juga baik hati dan perhatian pada seluruh bawahannya terutama pada Mitha yang sudah di anggapnya seperti anaknya sendiri.

Meskipun di saat jam kerja ia begitu tegas pada Mitha yang menjadi Sekretaris pribadinya, namun di sisi lain ia juga sangat peduli. Hal itu bisa terjadi bukan tanpa alasan, Ronald nyatanya memiliki hubungan yang cukup baik pada ayah Mitha, Hendra. Bahkan istri Ronald, yang bernama Nonna juga menjalin hubungan pertemanan yang sangat baik dengan ibu Mitha, Mely.

Tak di pungkiri, hal itu jugalah yang jadi salah satu faktor bagaimana Mitha saat ini bisa diterima menjadi sekretaris pribadi seorang Presiden direktur, diluar dari ia yang juga memiliki gelar sarjana komunikasi, yang cerdas dan berwawasan luas.

Mitha dengan nafas yang terengah-engah, akhirnya tiba di depan pintu ruangan bossnya. Sebelum masuk, ia pun berusaha terlebih dulu untuk mengatur nafasnya agar kembali teratur. Berkali-kali ia menghela nafas, berusaha bersikap tenang hingga akhirnya, perlahan ia pun mulai mengetuk pintu ruangan yang tengah tertutup itu dengan sedikit ragu-ragu.

*Tok,,tok,,tok*

“Coming!” Terdengar suara dari dalam.

Mitha dengan sedikit ragu-ragu, akhirnya mulai memasuki ruangan itu dan berdiri menghadap Ronald yang kala itu tengah terduduk dengan sebuah ponsel pintar yang ia tempelkan ke telinganya.

“Ok, segera kabari saya apapun keputusan akhirnya! Emm, ok ok!" Ucap Ronald yang kemudian langsung mengakhiri panggilannya.

“Ma,, maaf pak, bapak manggil saya karena saya telat ya pak? Eemm, saya sangat minta maaf ya pak, saya tadi….”

“Mitha, untuk sementara kamu gak perlu mengurus urusan kantor dulu ya!” Tegas Ronald yang langsung memotong begitu saja penjelasan Mitha.

Mendengar hal itu, sontak membuat Mitha jadi tercengang sesaat.

“Ma,, maksudnya pak? Ba,,, bapak mecat saya pak?” Tanya Mitha syok.

Tentu saja ia begitu syok, karena ia sangat tidak menyangka jika keterlambatannya hari itu bisa membuatnya langsung di pecat.

“Oh hahaha bukan, bukan!” Namun tiba-tiba saja Ronald terkekeh sembari menggelengkan kepalanya.

Melihat Ronald yang tiba-tiba terkekeh, sontak membuat Mitha pun jadi tercengang, karena ia masih sama sekali tidak mengerti dengan maksud dari ucapan atasannya itu.

“Eeemm begini Mitha, hari ini anak sulung saya yang udah hampir 5 tahun menetap di Inggris, pulang. Berhubung satu supir sedang pulang kampung, dan satunya lagi udah dua hari jatuh sakit, jadi saya minta agar kamu yang jemput dia di bandara ya!”

“Hah?!” Mitha pun terkejut, hingga kedua matanya sontak terbelalak.

“Anak sulung bapak??!! Ma,, maksudnya anak sulung bapak yang bernama Lucas Armando???” Tanya Mitha seolah masih sedikit tak percaya.

“Iya, gimana kamu bisa tau namanya Tha? Bukannya kalian belum pernah ketemu sebelumnya?”

“Dulu kan bapak pernah cerita tentang anak bapak yang kuliah dan ingin menetap di Inggris itu. Mungkin bapak lupa.”

“Oh hahaha really??! astaga saya bener-bener lupa. Tapi iya, iya, saya mulai ingat sekarang.” Ronald pun kembali terkekeh.

Sementara Mitha, ia hanya tersenyum kikuk.

“Eemm sekitar 2 jam lagi pesawatnya landing, jadi kayaknya kamu lebih baik berangkat ke bandara sekarang juga!”

“Hah?!! Sekarang pak?!” Lagi dan lagi, kedua mata Mitha kembali terbelalak.

“Iya, memangnya kenapa Tha? Apa kamu keberatan?”

“Oh, eng,, enggak pak, bukan itu!"

“Terus kenapa?”

“Ta,, tapi sa,, saya eemm,, saya kan tidak kenal dengan anak bapak.”

“Oh ya ampun, jadi karena itu?!”

Mitha pun mengangguk pelan.

“Masalah itu kamu gak perlu khawatir, nanti saya bakal kasi kamu kontaknya biar kamu bisa ngubungin dia begitu sampai di bandara. Dan juga ini, kamu juga bisa bawa ini!!" Ronald pun membuka laci mejanya untuk mengambil selembar foto lalu langsung memberikannya pada Mitha.

...Bersambung…...

Lelaki pujaan

Mitha pun meraih foto itu untuk segera melihatnya, namun lagi-lagi ia kembali tercengang saat mendapati foto yang menurutnya benar-benar tidak sesuai. Bagaimana tidak, foto yang diberikan oleh Ronald ternyata foto ketika Lucas masih duduk di bangku SMP.

Di dalam selembar foto itu, Lucas nampak sedang mengenakan baju seragam SMP nya, ia juga terlihat masih sangat kurus, rambutnya berponi rata, serta menggunakan kaca mata baca sembari memegang sebuah buku, benar-benar terlihat seperti anak culun.

“Maa,,, maaf pak sebelumnya, tapi ini apa tidak salah??” Tanya Mitha sembari mengerutkan dahinya.

“Salah?? Hahaha ya tentu saja tidak Tha, itu memang benar foto Lucas, anak saya.” Jawab Ronald menegaskan.

“Iy,, iya saya tau ini foto anak bapak yang akan saya jemput, ta,, tapi maksud saya apa bapak tidak salah memberikan foto Lucas yang masih kecil ini??” Tanya Mitha lagi.

Saat itu Ronald tidak langsung menjawab, raut wajahnya juga seketika terlihat seolah masih sedikit bingung.

“Eemm begini pak, saya sama sekali belum pernah bertemu dengannya, dan seperti yang kita semua tau, penampilan dan wajah setiap orang itu pasti mengalami banyak perubahan seiring bertambahnya usia. Jadi saya takut jika berpatokan pada foto lama ini, sepertinya saya tidak akan bisa mengenalinya.” Jelas Mitha dengan sedikit lebih detail.

Setelah mendengar hal itu, barulah Ronald paham.

“Eeemmm benar juga apa yang kamu katakan.” Ronald pun mulai mengangguk-anggukkan pelan kepalanya sembari seperti tengah memikirkan sesuatu.

“Tapi masalahnya…” tambahnya lagi.

“Masalahnya apa pak?”

“Masalahnya, hanya itu foto Lucas yang saya punya. Karena Lucas teramat sangat tidak suka di foto, semakin dewasa dia semakin anti dengan camera.”

“Oh ya ampun, sampai segitunya pak?” Mitha pun semakin mengernyitkan dahinya.

“Eeemmm," Jawab Ronald mengangguk singkat.

Keduanya pun sontak saling diam sejenak dengan pikiran masing-masing, namun setelah beberapa saat saling diam dan berfikir, akhirnya Mitha pun kembali bersuara.

“Eemm, ya sudah lah kalau begitu, bapak tidak perlu ikut pusing memikirkannya! serahkan semuanya pada saya, sebisa mungkin saya akan mengusahakan agar bisa menemukannya. Lagi pula saya bisa menghubunginya nanti.”

“Nah bagus! Itulah yang saya suka darimu Mitha, inisiatif!  hehehe.” Ronald pun seketika memetikkan jarinya, sembari kemudian terkekeh senang.

Mitha pun hanya bisa tersenyum meskipun di dalam hatinya, penuh rasa keragu-raguan.

“Baiklah pak, kalau begitu saya izin untuk masuk ke ruangan saya sebentar.”

“Ya, ya ok."

Namun belum sempat Mitha beranjak, tiba-tiba saja seseorang terdengar mengetuk pintu dengan singkat dan langsung masuk ke dalam ruangan Ronald.

“Permisi pak, bapak memanggil saya?” Tanya seseorang yang kini telah berdiri di dekat pintu.

“Oh Vino, ya masuk lah!” Jawab Ronald dengan tenang.

Vino adalah lelaki muda yang juga tak kalah bertalenta di bidangnya, bahkan berkat kerja keras dan usahanya yang begitu gigih, setahun yang lalu ia pun telah resmi di angkat sebagai GM ( General Manager ) di perusahaan itu.

Vino memiliki tubuh tinggi dan gagah, kulitnya berwarna Sawo matang, alis dan bulu matanya cukup tebal, serta memiliki batang hidung yang tegas, dan itu cukup menambah ketampanan lelaki yang baru berusia 27 tahun itu.

Melihat kedatangan Vino, sontak membuat Mitha seketika terpaku, kakinya seolah mendadak terasa kaku hingga sulit baginya untuk melangkah pergi sesuai keinginannya sebelumnya. Hal itu terjadi bukan tanpa alasan yang kuat, itu bisa terjadi dikarenakan Mitha yang ternyata diam-diam sudah lama menaruh hati pada Vino.

Kebetulan pula, Vino juga merupakan kakak tingkat Mitha saat kuliah dulu. Memang sejak dulu, visual Vino memang sudah sangat menonjol bila dibandingkan dengan mahasiswa yang lain saat itu, baik di segi kepintaran, ketampanan, maupun penampilannya yang selalu terlihat keren dan wangi. Hal itu lah yang membuat Mitha diam-diam mulai tergila-gila padanya. Meski sudah bertahun lamanya, namun Mitha masih tetap memilih untuk memendam perasaannya tanpa berniat untuk mengungkapkannya.

Sebenarnya hal itu memang lah sangat wajar, mengingat juga tidak hanya memiliki wajah tampan, jabatan Vino juga cukup bagus di perusahaan itu hingga membuat daya tariknya jadi lebih kuat. Bukan hanya Mitha, bahkan hampir setengah wanita yang bekerja disana, juga secara terang-terangan mengaguminya.

Namun Mitha, hingga saat ini tidak ada yang tau perasaannya pada Vino kecuali satu orang saja, yaitu Vina.

Vina lah yang menjadi satu-satunya saksi kunci bagaimana Mitha yang begitu menyukai Vino, bahkan hampir setiap hari ia selalu curhat tentang Vino ketika jam istirahat.

"Mitha, kamu disini juga?” Tanya Vino yang kemudian berdiri di samping Mitha yang kala itu masih berdiri di depan meja Ronald.

Pertanyaan itu pun sontak membuat lamunan singkat Mitha yang sebelumnya terlihat begitu terpana saat melihat kedatangan Vino, tiba-tiba buyar.

“Eh iya kak, ehh maaf ma,, maksud saya pak. Iya pak Vino.” Jawab Mitha yang sontak jadi gelagapan sendiri.

“Hehe it’s ok.” Vino pun hanya tersenyum tipis.

“Vino, hari ini anak sulung saya akhirnya kembali dari Inggris, jadi nanti malam saya ingin mengadakan syukuran di aula gedung ini dan mengundang semua orang yang bekerja disini. Jadi tolong informasikan ke seluruh staff dari seluruh divisi, agar menghadiri acara syukuran itu nanti malam!”

“Eemm baik pak, akan segera saya info kan pada semuanya tanpa terkecuali!”

“Bagus! Kamu boleh kembali.”

“Baik pak, saya permisi.”

Ronald pun mengangguk singkat. Vino langsung beranjak pergi meninggalkan ruangan itu, dan di susul pula dengan Mitha yang juga ingin permisi pergi.

“Baik pak, kalau begitu saya juga permisi.”

“Oh ya Mitha, tunggu!” Panggil Ronald lagi.

Langkah Mitha pun terhenti dan kembali menoleh ke arah atasannya itu.

“Kamu juga jangan sampai tidak datang, ok?”

“Iy,, iya pak.” Jawab Mitha mengangguk pelan.

“Saya juga sudah mengundang ayah dan bundamu, tapi nanti tolong ingatkan lagi mereka, takutnya mereka lupa.”

“Oh iya pak, siap.”

Mitha pun beranjak pergi, memasuki ruangannya untuk meletakkan beberapa barang yang di bawanya dari rumah. Tak lama sebuah bunyi pesan baru terdengar, Mitha bergegas meraih ponselnya, ia segera membuka pesan itu yang ternyata dari Ronald.

“Oh ya Tha, nanti tolong langsung antar Lucas ke rumah, setelah itu kamu juga boleh langsung pulang, tidak perlu kembali ke kantor.” Bunyi pesan Ronald.

Mitha pun tersenyum tipis, ia cukup gembira karena akhirnya hari ini otaknya bisa sedikit beristirahat dengan tenang tanpa adanya gangguan dari kantor.

“Eeemm begini baru bagus.” Celetuknya seorang diri.

Memastikan semuanya telah siap, Mitha akhirnya keluar dari ruangannya dengan hanya membawa tas sandangnya saja. Ia terus melangkah cepat menyusuri koridor yang menghubungkan beberapa divisi di kantor itu.

“Mitha!!” Teriak Vina yang tiba-tiba muncul dari belakangnya.

Mitha pun menoleh sesaat, lalu kembali melanjutkan langkahnya, Vina pun segera mengejar langkahnya hingga akhirnya berjalan beriringan dengannya.

“Ada apa lagi?” Tanya Mitha santai.

“Heh, kamu udah denger kabar terbaru yang lagi hot belum??"

“Kabar apa?!” Tanya Mitha yang terus melangkah tanpa menoleh sedikit pun ke arah Vina.

“Kabar soal anak sulung pak Ronald yang katanya baru balik dari Inggris.”

“Oh itu, heem ya aku udah tau!" Jawab Mitha dengan santai.

“Dan kamu tau, kata pak Vino dia bakal sampe sebentar lagi setelah hampir 5 tahun gak pulang-pulang."

“Iyaaa, yang itu aku juga udah tau.”

“Dan nanti malam, pak Ronald bakal buat acara syukuran dan jugaq sekalian bakal ngenalin anaknya itu pada seluruh karyawan dan staff disini.”

“Iya, iya aku tau!!"

...Bersambung......

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!