Ikatan Berdarah
Hidup bahagia selamanya. Itulah harapan. Semua orang berupaya untuk mewujudkan mimpi meski kadang takdir tidak selalu sekehendak hati.
Waktu adalah cambuk untuk terus maju. Dia yang tertinggal, selamanya dalam keterpurukan. Namun dia yang berusaha akan memetik buah pada masanya.
Dia adalah Fahri Irawan. Pemuda yang enam tahun lalu telah menyelesaikan pendidikan tingkat akhir. Lalu berlanjut ke perguruan tinggi terfavorit di kota dengan dana beasiswa. Pemuda cerdas yang memiliki wawasan luas serta beradab.
Dalam setiap gunjingan oleh para wanita baik tua maupun muda hanya sifat baiknya lah yang dominan di gosipkan. Selebihnya tentang paras tampan Fahri.
Dan adiknya yang manja juga ceria bernama Syafa. Sikap kekanakan yang hanya Syafa tunjukan pada Fahri dan Sibu. Selebihnya akan terlihat anggun bila di mata para tetangga. Usianya jauh lebih muda daripada Fahri. Mungkin sampai terpaut empat atau lima tahun. Parasnya ayu nan manis. Tidak jauh beda dengan Fahri kebaikannya. Sibu telah mengajarkan bagaimana menjadi wanita yang sempurna.
Fahri lebih bersih kulitnya daripada Syafa. Berwarna kuning langsat dengan hidung mancung dan bola mata keabu-abuan. Sedangkan Syafa identik dengan warna sawo matang serta mata bulat coklat layaknya penduduk asli Indonesia.
Namun keduanya sama sekali tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut.
Hari-hari dilalui Fahri dengan bekerja sebagai petani. Kadang dia bercocok tanam di ladangnya sendiri, kadang juga membantu di ladang orang lain dengan ilmu yang dia timba semasa belajar di perguruan tinggi. Kelompok pertanian yang dia bangun, berhasil memajukan masyarakat. Sumber daya alam yang sebelumnya terbengkalai, kini telah berubah menjadi sumber penghasilan. Perubahan ekonomi nampak jelas dengan semakin pesatnya kemajuan pasar setempat.
Semua itu dia lakukan sebagai wujud bakti kepada sang ibu. Dan juga keinginan untuk bisa menyekolahkan Syafa hingga tingkat tinggi seperti dirinya. Karena ibu mereka yang terbilang renta tak memungkinkan lagi untuk memikul beban nafkah keluarga.
Seperti hari ini, Fahri tengah bermandikan keringat di bawah teriknya matahari. Musim tanam jagung telah usai. Hamparan kekuningan bagaikan emas yang berserakan. Jagung telah di lepaskan dari pohonnya. Siap untuk diproses pada bagian pemipilan ketika sampai rumah nanti. Sebenarnya tanah ini adalah persawahan. Tapi karena musim kemarau tiba, Fahri memilih menanam jagung yang lebih sedikit membutuhkan air daripada padi.
Irigasi di musim kemarau dibuatkan jadwal agar tidak ada lagi perebutan pengairan serta cek cok antar petani.
Hampir tiga jam lamanya Fahri bermandikan keringat. Akhirnya semua jagung telah terkumpul. Tinggal menunggu mobil pengangkut datang.
Syafa tersenyum dari kejauhan. Melihat penuh kasih kakak tersayang. Ditentengnya kiriman dari ibu untuk sang kakak.
"Kakaaaakkk!" teriak Syafa ketika sampai di seberang sungai. Fahri melambaikan tangan sambil tersenyum sumringah. Seakan hilang sudah rasa penat yang dia keluhkan sejak pagi. Wajah manis adiknya adalah penyemangat terbesar. Serta senyum Syafa bagaikan obat dahaga dikala melanda.
"Hati-hati!" teriak Fahri saat Syafa mulai menyeberang jembatan bambu yang sengaja dibuat untuk mempermudah penyeberangan tanpa harus menjebur ke kalenan.
Kalenan adalah sebutan untuk kanal bagi orang pedesaan.
"Ih, Si Kakak lebay banget deh. Selalu saja." cibir Syafa yang tentu saja hanya didengar oleh dirinya.
"Ngirim, Fa?" sapa seseorang pada Syafa. Tetangga sawah yang memang memiliki sikap ramah ini sering ngguyoni Syafa ketika menyusul kakaknya.
"Emang sudah ditunggu dari tadi, Fa. Fahriiiii....iki lho! makan o disik! oiiii." Lanjut orang tersebut.
"Eh, Nggih, Lek!" jawab Fahri sambil tersenyum.
"Yen mengko kok lawuh e asin berarti adikmu kui jaluk rabi." gurau tetangga sawah itu sambil menurunkan capingnya. Pria paruh baya itu menenggak botol minuman yang dia bawa dari rumah. Dia juga mengambil bekalnya kemudian mendekati saudara kakak beradik itu.
"Diambil mantu juga boleh-boleh saja kok, Lek!" gurau Syafa tanpa ragu. Langsung disambut gelak tawa pria paruh baya itu.
"Sama anak-ku-cing cilik ya!" gurau pria paruh baya itu lagi.
Mereka bertetangga sejak lama sehingga mengenal satu sama lain. Pria paruh baya itu hanya memiliki satu anak dan sudah berumah tangga. Jadi mana mungkin bisa menikah lagi.
"Ya, maunya sama Anak Ganteng lah, Lek. mosok sama anak kucing," timpal Fahri langsung mendapat acungan jempol dari Syafa.
"Syafa, cepat bawa sini makanannya. Lek tidak akan makan duluan jika kakakmu ini belum dapat kiriman." titah Fahri disertai candaan.
"Lha salahmu juga mengapa nggak mau makan bekal saya. Padahal nasinya juga sama putihnya." sambar Lek dengan mengucurkan air pada jari-jari kemudian mulai membuka bekal duluan. Menyantapnya dengan nikmat sambil sesekali membuat lelucon.
Setelah beberapa menit berlalu, telah selesai makan. Orang tua yang disebut Lek pulang lebih dulu sebab mulai letih. Syafa masih betah pada posisinya duduk sambil mengupas jagung yang kulitnya telah mengering. Fahri kembali mengambil jagung dari pohon.
Fahri memperhatikan raut wajah adiknya dan mulai berpikir tentang masa depan apa yang akan dia berikan. Pernikahan? tentu saja Fahri memikirkan hal itu. Akankah dia sanggup membiarkan adiknya pergi dengan orang lain setelah sekian lama menjaganya?
Adiknya yang manja dan cengeng. Kini tumbuh menjadi gadis cantik yang mempesona. Bagaimana bisa dia menyerahkan adiknya ini pada sembarang orang?
"Auwhhh!"
Fahri setengah berlari meraih ujung telunjuk Syafa yang telah berwarna merah darah.
"Kenapa kau begitu ceroboh, hemmh? Sudah kakak katakan untuk diam saja di tempat. Atau mendingan pulang saja sana. Tapi kau keras kepala. Sekarang lihatlah." omel Fahri sambil mengucur darah dengan air minum. Fahri segera merobek ujung kaos lusuh yang dia pakai guna membungkus telunjuk Syafa agar bisa menyumbat darah yang keluar tidak berlebih. Syafa meringis sejenak, tapi kemudian tersenyum manis.
"Terima kasih, Kak! Luka ini bahkan seketika bisa sembuh. Kakak adalah obat terbaik di dunia." Syafa memeluk erat Fahri.
"Sudah! sudah! Jangan merayuku. Berkali-kali kukatakan agar hati-hati." Fahri menjawil dagu Syafa. Mencubit gemas pipi adiknya kemudian mengacak rambut Syafa. "Dasar bandel. Lihatlah, akhirnya kau terluka sebab keras kepalamu itu."
"Dan Kakak akan selalu menjadi obat bagiku!" sambar Syafa dengan mata berbinar.
"Tidak Syafa!" bantah Fahri membuang pandangan ke arah lain. Di ujung jalan pinggir sungai sebuah mobil angkut sayur merambat. Di sanalah mata Fahri terpaku.
"Kenapa?" Selidik Syafa.
Hening.
Semilir angin menggoyangkan bunga liar. Dia lalu terbang dan jatuh tak jauh dari keberadaan kakak beradik itu.
"Bunga tidak akan selamanya mekar di taman. Jika telah saatnya dipetik dia akan menghiasi tempat lain. Begitupun dengan bunga desa seperti adikku ini. Ada masanya kau juga akan dipetik lalu menghiasi rumah orang lain."
Suasana hati Syafa tiba-tiba berubah sendu. Dia mungkin saja dewasa, tapi hatinya selalu merasa kecil. Tak pernah dia bayangkan satu hari saja tanpa Sang Kakak.
"Kenapa Kakak membahas hal itu? Bukankah aku bisa menikah tapi tetap tinggal bersama Kakak dan Sibu?" Pertanyaan Syafa membuat dahi Fahri mengkerut. Ada benarnya juga Syafa berkata demikian. Tapi kehidupan wanita tidaklah semudah itu. Ada saatnya wanita harus berbakti dan mengikuti kemana langkah suami pergi. Saudara bahkan ibunya tidak akan bisa mencegah itu.
"Tapi, setiap istri diwajibkan mengabdi dan berbakti pada suaminya setelah dia menikah. Kakak juga berharap suamimu akan tinggal bersama kami. Tapi, jika takdir mengharuskan dirimu ikut dengannya, Kakak tidak bisa berbuat apa-apa."
"Jika begitu, Syafa tidak akan menikah!"
Syafa berdiri kemudian berlari. Fahri melengos sambil mendengus. Tak berapa lama terdengar Syafa berteriak.
"Kaaaakkkk?"
"Astaga!"
Bersambung........
Mohon dukungan untuk karya ini. Dengan cara like, bintang lima, vote, hadiah, masukkan daftar favorit juga share ke sosmed kalian. Terima kasih. Emmmuachhhh..
Sebab ada kesalahan teknis, novel ini mengalami revisi total.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Saya
keren thor, bunga untukmu
2022-12-26
1
gegechan (ig:@aboutgege_)
Tulisan author enak banget di baca, ceritanya juga menarik, semangat terus ya kak. Salam dari #ARCTURUS mari mampir dan saling mendukung
2022-12-25
2
Lee
Mampir kak..
salam dri Berpisah karna Mandul...
2022-11-05
1