Bab 4

Deru mesin mobil mengalihkan perhatian keduanya. Bejo dan Fahri telah sampai. Mereka bergegas sibuk menurunkan jagung-jagung. Diletakkan di teras yang tak jauh dari Ibu dan Syafa berada.

"Baunya harum banget, kayaknya enak nih. Makan disik yo!" tawar Bejo setelah menurunkan separuh barang. Tanpa permisi ataupun sungkan lagi, Bejo telah memenuhi piringnya dengan nasi serta lauk pauk.

"Mbuk yo cuci tangan dulu, Kang," kata Syafa yang langsung ditanggapi dengan cengiran.

"Pakai sendok, Fa!" bantah Bejo.

Fahri geleng kepala saja sambil terus bekerja.

"Makan disik to, Ngger!" nasehat Ibu khusus buat Fahri. Anak gila kerja itu memang tiada tandingan semangatnya.

"Nanggung, Sibu. Tinggal beberapa saja kok." Bejo telah memasukkan satu sendok penuh makanan hingga belepotan di sana sini. Mana bisa dia ikut nimbrung. Syafa merasa telah kenyang hanya melihat cara makan Bejo.

"Berapa hari kamu ndak nemu nasi, Jo?" Kelakar Ibu.

"Ratusan menit yang lalu, Bu!"

"Nggak sekalian dihitung per detik, Kang?" Hanya diacungi jempol Bejo. Tenggorokan nya seperti kesusahan menelan sampai-sampai Ibu harus turun tangan menuangkan segelas air untuknya. Yah! Langsung tandas.

"Assalamualaikum warahmatullahi wa barokatuh." Ketika asyik berbincang datanglah seorang wanita paruh baya di papah oleh seorang pemuda tampan.

"Waalaikum salam!" Jawab serempak hampir berbarengan. Fahri yang telah selesai dengan pekerjaannya pamit undur diri untuk bebersih.

"Alhamdulillah, setelah sekian lama Mbakyu ku ini berkunjung juga pada akhirnya." Ibu antusias menyongsong kedatangan sahabat lamanya.

"Yah, beginilah jika umur tidak lagi muda." Jawab Bu Zaenab. Dia adalah kakak perempuan Haji Ali. Setelah beberapa lama tidak bisa berjalan sebab jatuh. Kini tertatih berada di pagar rumah Ibu.

Ibu dan Bu Zaenab bersalaman kemudian diikuti oleh Syafa.

"Lha, ini siapa ya? Saya kok pangling?" tanya Ibu. Sedangkan Syafa terlihat salah tingkah.

'Kok! Kenapa dia bisa ada disini?'

"Apa Mbak yu lupa? Dia ini Dunka Satya anak saya yang pergi belajar ke luar kota."

Senyum secerah mentari terbit tak terkendali. Dunka mengulurkan tangannya pada Sibu, namun matanya tetap melirik Syafa.

"Owalah! Yang dulu dapat beasiswa itu to ...anak berprestasi yang kita banggakan. Owalah, Ngger. Kamu ganteng banget sekarang. Tidak menyangka jika dulunya kamu itu anak desa yang dekil. Sekarang berubah macam bule Eropa."

"Bulepotan!" Syafa segera menutup mulutnya yang tak beradab. Tatapannya bertemu pandang dengan Dunka yang malah melemparkan ciuman jauh. Otomatis mata Syafa melotot.

"Hush! Jangan suka ngawur gitu. Maklum anak muda sering asal jika bicara." Mencubit lengan Syafa. Mata ibu melotot tajam lalu bergerak seirama gerakan kepala memerintah. Sebagai isyarat agar Syafa mau meminta maaf. Syafa pun memutar bola mata malas sebagai tanda tak mau.

"Ndak papa, Mbak yu. Namanya juga anak-anak. Mereka masih lucu kayak dulu ya. Padahal lama banget lho nggak ketemu." Zaenab menengahi. "Syafa ini juga siswa pintar lho, Dunka. Prestasinya luar biasa. Dia juga sering juara dalam berbagai kesempatan lomba."

'Bisakah dia tidak melihatku begitu tajam. Ah! Kenapa jantung ini tak karuan saat bertatapan dengannya.' Syafa memilih menunduk.

"Nak Dunka pasti masih ingat sama saya kan?"

"Tentu saja! Bahkan saya sering merindukan jagung manis gula merah buatan Anda." Tanpa mengalihkan pandangan. Padahal telinganya mendengar dengan seksama apa kata Sibu alias Maya.

"Eh, sejak tadi saya belum persilahkan Kalian masuk. Mari."

Syafa melirik Bejo yang sepertinya kerepotan membereskan sisa makanan mereka. Syafa hampir saja melangkah pergi jika tangan Zaenab tidak menyentuh lengannya.

"Syafa terlihat lebih cantik jika dari jarak dekat begini ya. Saya sering melihatnya jika lewat. Namun hanya bisa menyapa dari teras."

"Lha... siapa dulu ibunya." Ingin sekali Syafa tenggelam ke bumi daripada melihat kenarsisan ibunya yang kelewat batas. Bahkan gaya centil milik siapa yang ditiru oleh sang ibu.

"Ya! Ya! Saya tak menyangkal hal itu. Namun sepertinya pesonamu telah luntur. Sebab ngikut ke anakmu." Zaenab terkekeh.

"Sudah! Jangan banyak cakap. Ayo kita segera duduk. Takutnya boyokmu kumat lagi. Sibu semakin tertawa lebar kala Zaenab menatap sinis padanya.

Boyok adalah nama lain dari panggul bawah.

Mereka duduk serentak. Hanya Syafa yang ke dapur menyiapkan minuman dan segera kembali guna menyuguhkan untuk tamu.

"Kang, makanannya taruh saja di meja makan. Kak Fahri belum makan. Sibu juga." Bejo menurut dan meletakkan makanan yang tersisa di meja makan.

"Aku langsung pamit ya, Fa. Bilang sama kakakmu kalau nanti malam aku tunggu di tempat biasa. "

"Baik, Kang." Bejo menghilang dibalik pintu dapur. Syafa kembali membuat minuman.

Setelah selesai Syafa bergegas menyajikan.

"Terima kasih, Nak!"

"Terima kasih."

"Silahkan di unjuk pumpung masih hangat."

"Ngomong-ngomong ada angin apa yang membawamu kemari? Tidak biasanya lho...kamu menyempatkan diri berkunjung begini." Zaenab sepertinya enggan menjawab. Melirik Dunka beberapa kali dengan wajah gelisah.

'Sepertinya ada suatu rahasia yang hendak Bu Zaenab Katakan.' batin Syafa.

"Saya ingin pinjam kamar mandi sebentar. Bisakah Anda menolong saya dan menunjukkan dimana kamar mandinya berada?"

'Gagal deh mau curi dengar. Dasar pria aneh.'

Yang aneh ya kamu lah Syafa. Mau ada yang bahas rahasia eh malah mau nguping. Dasar kepo.

"Disana kamar mandinya!" Menunjuk  ruang tertutup yang masih terdengar air mengalir. "Sepertinya Kakakku masih mandi. Sebentar lagi pasti selesai. Jadi... tunggulah sebentar."

"Lama pun tak apa. Aku sebenarnya tidak ingin buang air. Hanya saja sepertinya orang tua kita tak ingin di ganggu."

"Sok tahu."

"Memang tahu." Gaya tengil Dunka menjengkelkan.

Syafa hendak berlalu. Namun tangannya di cekal oleh Dunka.

"Apakah kau lupa siapa diriku?" Syafa terhenti ketika Dunka menanyakan perihal dirinya.

"Tidak, tapi sedikit samar. Kau berubah melebihi apa yang kukira."

Melepas lengan Syafa, namun tubuhnya merangsek. Membuat Syafa reflek mundur perlahan.

"Kau kira aku seperti apa?"

'apa maksud pria ini? Aneh sekali.'

"Ka-kau mau apa?" Ketika jarak keduanya semakin tak berjarak. Dinding kayu membuat Syafa tidak lagi bisa menghindar. Bahkan kedua tangan Dunka yang sengaja membatasi pergerakan Syafa.

"Aku ingin kamu. Sekian lama aku jauh merantau hanya untuk kembali suatu saat nanti guna membuatmu jadi istriku?" Kedua tatapan bertemu. Jantung terpacu tak terkendali. Syafa speechless. Otak encernya mendadak tersumbat. Matanya berkedip-kedip bak lampu hias. Dunka tergelak namun tubuhnya tetap pada semula.

"Kenapa? Hemmh? Kagetkah? Atau mungkin tak percaya? Tapi itulah kenyataannya. Aku kembali setelah sekian lama hanya untuk dirimu. Aku menyimpan perasaan ini sejak kita bermain bersama di waktu kecil dulu."

Tanpa keduanya sadari jika Fahri telah selesai mandi.

Fahri cukup terkejut dengan adegan romantis yang langsung terpampang nyata kala dia membuka pintu kamar mandi. Saking terkejutnya dia tak lagi berpikir panjang.

"Lancang!" Menarik kerah bagian punggung milik Dunka lalu melayangkan bogeman mentah hingga  Dunka mundur beberapa langkah.

"Apa yang kau lakukan pada adikku." Fahri berdiri tegak antara Syafa dan Dunka. Syafa berusaha bangkit dari keterkejutan. Dunka mengusap sudut bibirnya yang memar. Ada noda merah menempel pada jempolnya. Pantesan saja rasanya ngilu.

Syafa meringis dalam keadaan panik.

"Kakak! Jangan pukul lagi. Oke! Jangan pukul."

Bughhh

Terlambat. Dunka terhuyung membentur daun pintu dapur.

"Jangan pukul dia Kak."

Entah kenapa Fahri semakin tak terkendali ketika Syafa justru terkesan membela pria lain daripada dirinya.

Bugh

Bugh.

"Kak, jangan begini. Aku tidak mau Sibu memarahi kakak nanti."

Tangan terkepal itu menggantung di udara. Mendadak bibir Fahri tersenyum.

"Kau ku ampuni."

To be continued

Terpopuler

Comments

Peony

Peony

mampir ya, kak, estafet bacanya. semangat 💪🥰

2023-01-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!