Kekasihku Anak Tiriku
Arumi, seorang gadis belia berusia 19 tahun. Wajahnya yang ayu nan manis, dengan tubuh yang bagus karena sering berlatih menari.
Gadis cantik itu kehilangan kedua orang tuanya dua tahun yang lalu, saat ia sedang mengikuti turnamen dance internasional di Inggris, rumahnya terbakar hebat, dan kedua orang tuanya meninggal saat kebakaran itu.
Setelah kejadian itu, Arumi tinggal bersama Paman dan Bibinya, mereka yang membantu membiayai sekolah Arumi hingga lulus SMA.
Setelah lulus sekolah, Arumi bekerja di sebuah cafe, lalu sore harinya ia membantu mengajar di sebuah sanggar tari.
Bakat menari Arumi, turun dari Mamanya, yang seorang balerina. Dulu, Mamanya pernah bersekolah di Julliard, dan menjadi salah satu murid berbakat di sana. Beberapa pementasan balet telah diikuti oleh Mamanya. Namun, setelah menikah dengan Papanya, Mama akhirnya mengikuti Papa membangun bisnis di Indonesia dan mengubur dalam-dalam impiannya menjadi seorang penari dunia.
Mama yang mengajarkan basic menari pada Arumi. Lalu memasukkan Arumi ke sekolah menari sejak berusia 3 tahun, hingga ia besar, dan dengan bakat menarinya itu, tak hanya balet, namun tarian kontemporer pun ia kuasai.
Berbagai lomba dance diikuti oleh Arumi sejak kecil, baik personal, maupun kelompok. Hingga akhirnya membawanya ke Inggris dan mendapat juara ke 2 saat itu. Namun, kejadian buruk itu menimpanya.
Impiannya bersekolah di Julliard, seperti Mamanya harus dilupakan.
Kini, ia harus menjalani hidupnya sebagai yatim piatu, dengan belas kasihan Paman dan bibinya.
Bibinya adalah adik dari Papanya. Paman dan bibi, memiliki dua orang anak Laki laki dan perempuan, bernama Thomas dan Gisel. Gisel berusia 17 tahun, dan Thomas berusia 20 tahun. Saat ini Thomas berkuliah di Amerika, sedangkan Gisel masih duduk di bangku SMA.
Arumi sedang menyapu kafe pagi itu, lalu ia membersihkan setiap meja yang ada dalam kafe.
"Hai Arumi." Sapa temannya.
"Hai.." Balas Arumi.
Mereka melanjutkan pekerjaan membersihkan kafe sebelum tempat itu buka pada pukul 8 pagi.
Sore harinya, saat hendak menuju sanggar tari, Arumi terjebak dalam sebuah tawuran di sebuah gang. Arumi bersembunyi di dekat tempat sampah karena ketakutan.
Dua kelompok anak muda masih mengenakan seragam sekolah saling baku hantam, aneka benda tajam terlihat dalam tawuran itu. Batu terlempar dari kedua belah pihak.
Terlihat beberapa ada yang terluka, entah itu dari lemparan batu, ataupun benda tajam.
Arumi menutup mulutnya, tak berani bersuara sedikit pun, ia menyesal melewati gang itu karena ingin mengambil jalan pintas menuju tempat bekerja selanjutnya.
Tiba tiba suara sirine polisi ke arah gang itu, para pelajar yang sedang bertarung itu segera pontang panting melarikan diri. Polisi dengan sigap mengejar dan menangkapi mereka.
Seorang polisi berdiri di hadapan Arumi.
"Sedang apa kamu di sini?"
"Ma-maaf Pak, Sa-saya hanya bersembunyi." Jawab Arumi terbata karena takut.
"Mengapa si sini?"
"Saya mau ke sanggar tari di ujung jalan itu, namun terjebak tawuran."
"Saat ini sudah aman, lain kali lewat jalan ramai saja, karena gang ini rawan kejahatan." Polisi itu menasihati Arumi.
"Terima kasih Pak."
Arumi melanjutkan jalannya ke sanggar tari.
Selesai mengajar, ia menuju ruang ganti, di sana ia mendengar suara aneh di ruang gudang yang berada di seberangnya.
Arumi memberanikan diri memeriksa gudang.
Betapa terkejutnya Arumi, melihat seorang pemuda perutnya tertusuk pisau dan berlumuran darah.
Arumi berteriak minta tolong, lalu beberapa petugas keamanan dan temannya membantu menolong dan membawa pemuda itu ke klinik terdekat.
Petugas keamanan kemudian pamit kembali lagi ke sanggar untuk melanjutkan pekerjaannya, sedangkan rekan kerja Arumi harus segera pulang ke rumah.
Kini tinggal Arumi yang harus menemani pemuda yang tertusuk pisau tadi.
Sekitar setengah jam Arumi menunggu proses pencabutan pisau itu. Lalu pemuda itu dibawa ke sebuah kamar untuk beristirahat sambil menunggunya sadar dari pengaruh obat bius selesai operasi.
Arumi menemani pemuda itu, ia tak tau harus menghubungi siapa, karena pemuda itu sama sekali tidak membawa identitas apapun, bahkan uangpun tak ada.
Ia menatap pemuda yang tertidur itu, terlihat tenang dan tampan.
Arumi menebak dia salah satu dari gerombolan pelajar yang tawuran tadi. Saat mengingat kejadian tadi, rasanya ingin dibiarkan saja hingga kehabisan darah. Namun, Arumi masih punya hati nurani. Ia akhirnya membawanya ke klinik untuk menolong nyawa pemuda itu.
Arumi pun harus merelakan uang lima ratus ribunya lenyap untuk membayar biaya pengobatan pemuda itu, padahal itu adalah upahnya seminggu yang lalu dari kafe.
"Ya, aku harus berhemat seminggu ke depan." Keluhnya, sambil menatap wajah pemuda yang masih tidur nyenyak itu.
Ia pun akhirnya meninggalkan pemuda itu di klinik dan kembali ke rumah paman dan bibinya.
"Dari mana kamu? Mengapa pulang malam?" Bentak Pamannya.
"Saya ada kelas tambahan tadi Om." Jawab Arumi berbohong.
"Sudah.. Pa. Arumi benar benar bekerja, dia tidak bermain main." Bela Bibinya.
"Awas kamu kalo bohong!" Ancam Pamannya.
Arumi segera masuk ke kamar dan menguncinya.
Ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang kecilnya, tubuhnya terasa sangat letih, dan dia mulai tertidur.
Entah berapa lama dia tidur, saat bangun Arumi merasa perutnya sangat lapar. Ia baru sadar belum makan dari siang tadi.
Ia membuka pintu kamarnya, lalu menoleh kanan dan kiri, memeriksa keadaan, lalu bergegas ke dapur. Ia mengambil segelas air lalu menghabiskannya.
"Sudah lumayan kenyang." Gumam Arumi.
Tiba tiba pundaknya di sentuh, Arumi terlonjak kaget.
"Aduh, Tante, mengapa mengagetkan Arumi?"
"Kamu sudah makan?" Tanya bibinya.
"Belum Tante."
"Duduk sini, Tante siapkan makanan untukmu."
Arumi menuruti ucapan Bibinya, lalu bibinya dengan lincah menuangkan seplastik bakso ke mangkuk, lalu disodorkan pada Arumi.
"Makanlah!"
"Terima kasih Tante." Ucap Arumi, menikmati semangkok bakso pemberian bibinya.
"Setelah makan, beristirahat lagi ya!" Pinta Bibinya
"Baik."
Bibinya meninggalkan Arumi, yang masih asik menikmati baksonya. Lalu ia mencuci peralatan makannya, lalu kembali lagi ke kamarnya yang kecil. Kamar yang berada di dekat dapur, yang biasa digunakan untuk kamar pembantu.
Hanya Bibinya dan Thomas yang masih baik padanya, sedangkan pamannya dan Gisel sering membuli bahkan memperlakukan Arumi seperti pembantu.
Keesokan harinya setelah membersihkan rumah, Arumi kembali pergi bekerja ke kafe. Ia berangkat lebih awal karena ingin melihat pemuda yang tertusuk pisau kemarin di klinik.
Arumi berjalan dengan cepat menuju klinik supaya tidak terlambat untuk pergi bekerja.
Sesampainya di klinik ia menuju kamar pasien tempat pemuda itu semalam dirawat. Betapa terkejutnya Arumi saat melihat kamar itu telah kosong. Ia bergegas menuju ruang resepsionis untuk menanyakan pemuda itu.
"Ohh, anak laki laki yang tertusuk kemarin ya, Mbak?" Tanya perawat yang bertugas di bagian resepsionis.
"Iya, semalam dia masih belum sadar saat saya tinggal pulang."
"Iya, sudah keluar dari klinik, Mbak. Tadi pagi. Seseorang menjemput dan melunasi biaya perawatannya." Terang perawat tadi.
"Ohh... Terima kasih, Mbak." Jawab Arumi, sambil melangkah gontai meninggalkan klinik.
Pupus sudah harapanny untuk mendapatkan ganti uangnya kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Lusye marce wibowo
thorrr up nya jgn lama²
2022-11-09
0