Rumah Warisan

Rumah Warisan

Pengantin Baru

"Sah!" Suara orang-orang yang turut hadir menggema dalam ruangan itu.

Kedua mempelai anggun duduk di kursi pelaminan. Dengan tatapan sayang keduanya saling bertukar pandangan. Ciuman di kening mendarat manis, pertanda rasa syukur atas rampungnya puncak acara ijab qobul yang selesai dengan terucapnya kata SAH. Keduanya sekarang resmi mengarungi bahtera cinta dalam rumah tangga.

Senyum mengembang indah merekah di semburat wajah putri. Tak terbayangkan sebelumnya ia akan menikah juga dengan pilihan hatinya. Sesampainya di rumah setelah perjalanan dari kantor KUA, semua keluarga besarnya sudah menyambutnya dengan meriah penuh suka cita. Pesta sederhana pun di langsungkan hari itu juga. Keduanya bagikan raja dan ratu semalam.

Ronce melati wangi semerbak mengiringi langkah putri dan ikhwan menyambut para tamu yang hadir. Hujan yang turun tak menyurutkan semangat sanak saudara dan tetangga yang ikut memeriahkan pesta sederhana tersebut. Kebahagiaan yang tak dapat terlukiskan indahnya.

...****************...

Satu tahun setengah sudah berlalu semenjak malam pesta hari itu. Kini Ikhwan dan putri sudah di karuniai seorang putri kecil semata wayang. Perempuan kecil lucu yang mereka beri nama Nisa. Harapan dan impian tersemat indah dalam setiap doa yang terukir di senyuman keduanya.

Saat ini, Mereka masih tinggal menumpang di rumah nenek dari putri. Beliau sudah lama meninggal dunia bahkan sebelum ikhwan datang di kehidupan putri. Ikhwan yang tidak tahu menahu banyak soal keluarga putri pun hanya menuruti keinginan sang istri. Sering ia meminta pada istrinya untuk lebih baik tinggal di kampungnya saja. Disana ikhwan mempunyai sebidang tanah yang bisa mereka manfaatkan. Namun nampaknya sang istri masih enggan meninggalkan keluarga besarnya yang ada disini. Mau tak mau Ikhwan pun menuruti kemauan istrinya meski rasa kurang nyaman terus menghantui hari-harinya.

"Dek, apa nggak sebaiknya kita tinggal di desaku saja. Disana aku punya tanah sendiri. Lumayan, kita bisa bangun rumah kita sendiri dari nol." Ucap Ikhwan saat istrinya menyuguhkan secangkir kopi hitam panas di depannya.

"Aku ijeh durung siap mas, tur bangun rumah iku butuhke biaya seng ora sitik. Sementara kamu ijeh serabutan koyo ngene. (Aku masih belum siap mas, lagipula bangun rumah itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sementara kamu masih serabutan seperti ini.)" Jawab putri menatap wajah suaminya.

Ikhwan, lelaki ini memang menyadari jika pekerjaan yang ia geluti saat ini memang bisa di bilang jauh dari kata cukup. Ojek pangkalan yang ia tekuni setiap hari pun penghasilannya tak menentu. Apalagi di musim penghujan seperti ini. Otomatis ia akan lebih banyak menganggur di rumah karena hujan yang bisa turun sewaktu-waktu membuat pelanggannya berkurang drastis.

"Bakal tak usahakan dek, aku bakal golek kerja sing tetap. (Akan aku usahakan dek, aku akan nyari kerja yang tetap.)" Jawab Ikhwan setelah sejenak terdiam.

"Hm.." ucap putri hanya berdehem saja. Seperti biasa, setiap kali Ikhwan membujuknya pasti akan berakhir seperti ini. Ia hanya bisa bersabar dan terus memanjatkan doa. Berharap Tuhan masih mau mendengarkan lagi pujian-pujian dari mulutnya.

"Aw..aw..aw.. panas... Aduh lambeku (aduh mulutku)" Tukas Ikhwan yang langsung saja menyeruput kopinya. Ia tak sadar jika kopi itu masih panas.

Rumah ini sejatinya memang bukan punya putri atau bapaknya putri. Sejak awal memang putri tinggal disini hanya karena rumah ini kosong setelah di tinggal meninggal dunia mbah Yani. Pernah suatu ketika rumah ini juga di rebutkan oleh anak-anak mbah Yani yang lain. Entah bagaimana ceritanya hingga bapaknya putri bisa mendapatkan rumah ini. Meskipun masih atas nama pemilik sebelumnya. Semua itu terjadi saat putri masih kecil, hingga tak banyak yang bisa putri ingat.

"Mas, kamu masih ada uang nggak? Pampers punya adek habis." Sergah putri mengejutkan Ikhwan yang sedang bersantai sambil menikmati alunan rintik hujan. Sejatinya putri merasa tidak tega jika menanyakan ini pada ikhwan. Ia tahu suaminya itu sedang tidak memegang uang sama sekali. Namun ia pun juga demikian.

"Siapa tahu kamu masih punya tabungan mas." Lirih putri mendekati Ikhwan. Manik mata mereka berdua terlihat saling menatap menahan kepiluan.

"Aku kan wis tiga hari ora kerja dek, aku ndak punya uang. Tabunganku wis resik dek. (Aku kan sudah tiga hari nggak kerja dek, aku nggak punya uang. Tabunganku sudah habis dek.)" Jawab Ikhwan lirih. Tak di pungkiri, hatinya benar-benar terasa gregel (tidak tega).

"Yaudah mas, besok saja kalau punya rejeki, kita beli ya. Doaku selalu menyertaimu mas." Jawab putri menatap wajah suaminya yang terlihat sayu. Ia mengerti betul bagaimana perasaan suaminya.

"Apa kamu tidak menyesal dek, menikah denganku?" Tanya Ikhwan tiba-tiba.

"Bukan aku yang memilih mas Ikhwan jadi suamiku. Tapi Tuhan lah yang sudah mempersatukan kita berdua. Jadi aku yakin jika memang mas Ikhwan yang terbaik untuk diriku terlepas dari apapun keadaan kita. " Jawab putri. Matanya terlihat berbinar menahan air yang hampir tumpah.

Oekk...oekkk..

(Suara tangisan bayi terdengar dari kamar mereka)

"Nisa bangun mas." Ucap putri segera bangkit dan berlari menghampiri ke kamar.

Ikhwan yang sedang duduk selonjoran pun segera mengekor di belakang istrinya. Baru berjalan beberapa meter, ia melihat istrinya hanya terpaku di ambang pintu kamar. Rasa berdesir langsung menguasai ikhwan seketika.

"Ada apa dek? Nisa kenapa?" Sergah ikhwan langsung menghampiri tubuh istrinya yang masih terpaku di tempatnya berdiri.

"Ssstttt..." Ucap putri menyuruh suaminya untuk diam sejenak.

Terlihat di atas kasur, anaknya masih tidur dengan pulasnya. Sesekali bahkan terlihat berguling-guling dengan nyaman. Dengkuran halus terdengar lembut dari bibir mungil itu.

"Ada apa dek?" Tanya ikhwan kali ini lirih.

"Rungokno mas. (Dengarkan mas). Kamu denger nggak?" Ucap putri sedikit berbisik.

Oekk...oeek...oek..

Suara tangisan bayi kali ini terdengar kembali. Suara yang sangat jelas menggema di telinga Ikhwan. Suara lirih tangisan bayi yang seakan datang dari plafon atas di kamar mereka!

Deg...

.

.

.

.

bersambung..

Terpopuler

Comments

Yuli Eka Puji R

Yuli Eka Puji R

keren amat tu bayi bs di atas plafon🤣😂

2023-01-10

0

Yuli Eka Puji R

Yuli Eka Puji R

orang susah aja sok sokan di pempesin anaknya aq yg punya penghasilan aja klo ga mau pergi ga sy pempesin anakku🤧🤧

2023-01-10

0

Randy_Chavaladruva

Randy_Chavaladruva

semangat

2022-10-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!